Desa Pejantan Pantai

8.5K 117 0
                                    

Sudah dua minggu kami melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat di salah satu pulau terpencil. Masyarakat pulau ini terkenal memiliki kebudayaan kental yang masih terjaga.

Pulau ini bernama pulau Pejantan. Dinamai sama dengan nama suku asli penghuninya. Suku Pejantan terbagi menjadi dua. Ada mereka yang sudah tidak terikat dengan tradisi leluhur, memilih tinggal di pesisir pantai. Sudah menerima cara hidup modern. Kerabat mereka yang masih memegang teguh nilai tradisi nenek moyang memilih untuk tetap menutup diri & tinggal di sisi pegunungan pulau ini.

Sangat sedikit sekali orang luar yang memiliki kontak dengan suku pejantan gunung sehingga sangat sedikit literatur yang menulis tentang kebudayaan suku Pejantan Gunung. Dosen pembimbing kami bercerita kalau mereka masih melestarikan tradisi yang sudah berlangsung sejak ratusan tahun lalu. Kebudayaannya masih kental & asli. Tidak tersentuh pengaruh dari dunia luar.

Salah satu budaya yang paling misterius adalah ritual pendewasaan. Anak-anak suku pejantan gunung konon harus menjalani ritual ini ketika masa remaja hingga akan menikah. Beberapa latihan & uji keperkasaan untuk mencetak prajurit suku Pejantan yang tangguh. Suku ini adalah salah satu suku yang luput dari kolonialisasi bangsa Eropa, karena keperkasaan & kegigihan mereka mempertahankan tanah nenek moyang.

Tidak banyak yang diketahui tentang bagaimana suku Pejantan bisa mencetak generasi perkasa. Sangat jarang orang luar yang berani masuk ke pemukiman Pejantan gunung. Hal ini membuat dosen pembimbing kami menantang para mahasiswa KKN untuk menjadi peneliti yang mencoba masuk ke dalam perkampungan mereka & mempelajari budaya mereka dari dekat. Pak Darto menawarkan nilai A+ bagi siapapun yang berani masuk ke suku pejantan gunung, ikut kehidupan sehari-hari mereka & mempelajari kebudayaan mereka dari dekat.

Tak ada satu pun mahasiswa yang mau, semua bergeming. Kecuali satu, Revaldo yang merupakan sainganku berebut nilai sejak SMA mengajukan diri. Dengan begitu aku juga tidak mau kalah. Kami sudah rival sejak SMA dalam memperebutkan juara umum setiap semester.

Keesokan harinya pak Darto mengantarkan kami berdua menuju ke gerbang desa Pejantan Gunung. Kami bersiap membawa ransel yang penuh berisi pakaian, makanan & segala perlengkapan. Namun pak Darto bilang kami tak perlu membawa pakaian satu potongpun, cukup hanya yang menempel di badan saja. Selama disana tidak boleh ada barang elektronik & makan serta penginapan kami sudah dipersiapkan warga.

Sesampainya di gerbang masuk desa kami disambut oleh beberapa pria. Umurnya bervariasi ada masih muda antara 20-30an tahun & ada yang sudah lanjut usia, yang aku duga itu adalah tetua adat mereka. Mereka semua hanya mengenakan sebuah kain cawat merah yang menutup bagian alat viral mereka saja. Mereka semua bertelanjang dada & memamerkan otot perut yang indah.

Betapa terkejutnya aku & Reval saat di gerbang itu kami disuruh melepas seluruh pakaian alias bertelanjang bulat agar mendapatkan tiket izin masuk ke desa Pejantan Gunung

KKN DI DESA PEJANTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang