Desa Pejantan Gunung

5.8K 88 0
                                    

Ternyata maksud dari Pak Darto meneliti budaya suku asli adalah juga ikut cara hidup mereka. Yang berarti kami harus mengikuti setiap aturan adat, termasuk cara berpakaian mereka.

Revaldo mengurungkan niatnya & memohon ke Pak Darto untuk kembali saja. Pak Darto mengatakan tidak bisa kembali lagi karena sudah berada di gerbang, jika kembali berarti sama saja memberi penghinaan kepada kepala suku Pejantan. Aku hanya bisa mengejek Reval.
"Reval, kenapa? Kamu takut ya orang lain liat burung kecilmu yang belum sunat kayak anak SD itu ya? Hahaha"

Melihat percakapan & debat kami, kepala suku pejantan menghampiri Reval. Tanpa diduga tangannya langsung merogoh ke dalam celana Reval, menggenggam kemaluannya & mengeluarkannya seketika. Reval tentu saja terkaget tidak menduga hal itu. Padahal Reval menggunakan Jeans yang cukup tebal & ketat. Tapi kepala suku berhasil mengeluarkan testis alias dua buah telur menggantung serta batang penis Reval dengan mudah.

Sontak para lelaki lainnya tertawa serta bersorak riuh. Lelaki tampan, tegap & tinggi seperti Reval ternyata punya penis yang bisa dibilang imut-imut. Apalagi Reval belum sunat, membuat burungnya tertutup oleh kulup lembab. Pak Darto juga ikut tersenyum melihat itu.

Sejumlah lelaki muda menghampiriku. Mereka menginstruksikan supaya aku melepas baju & celanaku. Pak Darto menganjurkan supaya kami nurut saja apa yang disuruh mereka. Aku dibantu para lelaki itu membuka satu persatu pakaianku. Mulai dari sepatu, kemeja, singlet, celana hingga sempak. Setelah melepas sempak aku menutup burungku dengan tangan. Namun tanganku ditepis oleh lelaki yang memegang tombak. Menyuruhku untuk membuka.

Dengan ragu-ragu aku membuka telapak tanganku. Mereka tidak bereaksi seperti saat melihat burung Reval tadi. Salah satu cowok yang masih muda memegang kepala penisku & mengangkatnya ke atas, lalu memutar untuk melihat seluruh bagian dari batang penisku. Aku gatau jelas kenapa mereka bersikap berbeda ketika memeriksa burungku. Aku rasa karena aku sudah sunat & Reval belum.

Sementara itu Reval yang tersipu malu menolak ketika ditelanjangi oleh sekumpulan lelaki suku Pejantan

Pak Darto bilang
"Udah Reval, kamu jangan melawan mereka, sudah tiba disini ikuti saja tradisi mereka."

Kemeja lengan panjang Reval dikoyak & butuh beberapa orang untuk membuka celananya. Empat orang memegang masing-masing tangan & kaki Reval sementara satu lainnya membuka celana jeans Reval. Tubuh Reval cukup bagus. Otot dada & perut sudah terbentuk. Kulitnya juga mulus kuning langsat.

Kami diberdirikan menghadap gerbang untuk dipakaikan cawat tradisional khas suku pejantan. Kain panjang direntangkan di selangkangan kami. Kemudian dinaikkan ke atas. Kain bagian belakang ditarik ke depan, lalu dililitkan di pinggang mengitari tubuh hingga kembali ke bagian pantat dibelakang lalu diikat. Ini adalah cawat pakaian khas suku pejantan yang digunakan oleh laki-laki.

Cawat ini menutup bagian depan tapi mempertontonkan belahan pantat laki-laki. Ikatannya cukup kuat tidak mudah lepas.

Kami disuruh minum air dengan gelas dari bambu. Kemudian bahu kami disiram air hingga membasahi badan kami. Mereka menyuruh untuk meratakan air ke seluruh tubuh seperti mandi. Satu orang lelaki berdiri di hadapan ku & satu orang lainnya berdiri di hadapan Reval. Tangan kami yang basah kemudian disuruh mengusap dada hingga perut dari lelaki yang ada di hadapan kami. Dua lelaki itu mengusap-usap kepala kami berdua. Saat itu juga kami harus berjanji akan mematuhi setiap aturan adat dari desa pejantan Gunung. Ini juga menyimbolkan bahwa kami sudah dianggap bagian dari suku Pejantan & diterima di masyarakat.

Kami di tuntun masuk ke dalam gerbang. Pak Darto mengucapkan sampai jumpa & baik-baik selama disana.

KKN DI DESA PEJANTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang