01. Don't Give Up!

1K 123 5
                                    

Tidak ada hal yang bisa membuat keringat dingin selain mendapatkan amplop dari atasan dan mendapat tatapan mengintimidasi darinya.

Seperti yang Jennie rasakan sekarang, wanita berusia 25 tahun itu hanya bisa menatap sepatu hitam mengkilat bosnya. Ia tak berani berkontak mata setelah keributan di kantornya beberapa waktu lalu.

"Jennie Kim, mulai besok kau tidak perlu ke sini lagi. Kau dipecat!"

Dan pada akhirnya kalimat keramat itu keluar dari mulut pria berperut buncit dengan setelan jas hitam serta kumis yang menempel di atas bibirnya.

Kedua mata kucing itu seketika membulat, pertanda kaget akan ucapan bosnya.

"Maafkan saya, Sajangnim. Saya sungguh meminta maaf dan berjanji  tidak akan membawa Kuma ke sini lagi, sehingga keributan seperti tadi tidak akan pernah terjadi kembali."

Wanita dengan kemeja baby blue dan loose pants berwarna hitam pekat itu menyatukan kedua tangannya. Memohon maaf pada pria tua atas kesalahan kedua anaknya. Yap, Kuma merupakan anjing peliharaannya yang sudah ia anggap seperti anak sendiri.

"Astaga, Jennie Kim! Sudah berapa kali kau mengatakan hal seperti ini?"

Jennie mengatupkan bibirnya, benar jika ini bukan yang pertama kalinya ia membawa peliharaannya ke kantor. Namun, perlu diketahui ini adalah pertama kali anak anjingnya berulah. Sebelumnya, tidak pernah terjadi insiden karyawan dikejar-kejar anjing dan menyebabkan barang-barang berjatuhan. Jennie yakin pasti ada alasan dibalik sikap Kuma yang berubah liar seperti ini.

Pasti ada orang yang sengaja meledek  atau membuat Kuma tidak nyaman. Aku bersumpah, Kuma itu anak baik-baik, monolog  Jennie.

"Sudah, aku tidak akan percaya lagi. Sekarang kau angkat kaki dari sini, dan bawa anak anjingmu itu!"

Mendengar hal itu membuat Jennie menaikkan kepalanya. Matanya membulat sempurna, mulutnya terbuka bersiap untuk memprotes pria berperut buncit tersebut.

"Eeeh— tunggu Sajangnim."

Jennie memberontak, ia tak mau membiarkan pria ini mendorongnya begitu saja setelah memberinya uang pesangon sedikit.

"Sajangnim, kenapa uang pesangonnya segini? Ini tidak cukup."

"Kenapa?! Kau itu baru bekerja di sini selama  enam bulan, dan kau mengharapkan uang lebih dari 500 ribu won?"

Wanita bermarga Kim itu tak terima, bagaimana bisa dirinya yang seringkali lembur dan membantu karyawan lain dengan pekerjaannya justru diberi uang sejumlah 500.000 won? Semua ini tak setimpal, ia menginginkan lebih, karena itu sekarang ia mengambil ancang-ancang untuk mengutarakan pendapatnya.

"Ya tidak bisa seperti ini. Meskipun saya baru bekerja di sini selama enam bulan, tetapi saya sudah banyak berkontribusi. Tidak bisakah uang pesangonnya ditambah lagi?"

"Berkontribusi apanya?! Anjingmu itu sudah membuat keributan di sini dan itu menimbulkan kerugian. Karyawan yang lain jadi ketakutan, alhasil pekerjaan mereka tertunda. Kau ini bagaimana? Tidak tahu terima kasih sekali! Harusnya kau bersyukur sudah aku berikan uang pesangon!"

Tangan mungil itu seketika terkepal usai mendengar ucapan bosnya. Amplop yang ada ditangannya ia genggam kuat-kuat.

"Tidak tahu terima kasih katamu?"

Jennie mendecih. Lalu melempar amplop berisi sejumlah uang tersebut dihadapan bosnya.

"Kau yang tidak tahu terima kasih! Tanpa karyawan sepertiku, perusahaan ini tidak akan mencapai laba besar. Mana ada karyawan yang rela lembur tetapi gajinya tetap sama? Ck! Dasar pelit! Untuk kau saja uang itu! Aku khawatir setelah ini kau akan mengemis-ngemis pinjaman ke sana kemari, jadi uang itu untukmu! Aku tidak butuh uang itu!"

Don't Bite Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang