06. Fight

341 68 22
                                    

Melihat perubahan warna mata makhluk aneh di depannya, tentu membuat Jennie panik.

Wanita itu segera merebut ponselnya yang entah bagaimana bisa ada di tangan makhluk aneh ini. Lalu tangannya bergerak cepat untuk mengambil tanah dan melemparkannya. Alhasil, makhluk aneh si penghisap darah itu memejamkan matanya dan mengaduh.

Sukses akan hal tersebut, Jennie segera bangkit hendak melarikan diri sejauh-jauhnya. Namun hal tersebut hanyalah angan saja setelah makhluk aneh ini berhasil menarik lengannya.

Sial!

Makhluk aneh ini ternyata peka sekali!

Tubuh Jennie menegang saat manik kembar mereka kembali bertemu. Ia bisa melihat jika mata yang tadi berwarna merah kini mengisyaratkan sebuah kemarahan.

"LEPASKAN!" Perintah Jennie sembari berusaha melepaskan tangan yang memegang erat lengannya.

Seolah sengaja tak menggubris perkataannya barusan, makhluk penghisap darah ini justru terdiam sembari menatapnya tajam.

GLUP.

Jennie kembali dibuat meneguk ludahnya kasar saat menyadari sosok di depannya baru saja memandangi luka di lututnya yang berdarah.

Jangan bilang, ini adalah akhir dari hidupku.

Ya Tuhan... Bantulah aku...

Aku tidak mau mati sekarang...

"Kau—"

"STOP! JANGAN MENDEKAT!"

"Tuan penghisap darah, please lepaskan aku! Darahku ini tidak enak. Rasanya pahit! Pahit sekali! Jadi tolong lepaskan aku! Biarkan aku pergi..."

Beberapa saat hanya ada keheningan diantara mereka. Makhluk yang Jennie sebut-sebut sebagai tuan penghisap darah itu terlihat memicingkan salah satu alisnya.

"Darimana kau tahu kalau darahmu pahit? Apa kau pernah meminumnya?"

Shit!

Jennie  dibuat merinding mendengar suara beratnya. Jennie rasa ia harus menarik ucapannya. Ia lupa dengan siapa ia berbicara. Selain si makhluk aneh yang doyan darah, dia juga lupa dengan wajahnya yang terlihat arogan dan garang. "Y-ya, darahku tidak enak. Asal kau tahu, aku belum mandi. Jadi darahku akan bau, terus rasanya pahit."

"Berarti kalau sudah mandi, darahnya jadi enak?" ujar sosok pria tersebut dengan wajahnya yang berubah polos.

"Jadi boleh dong kalau aku mencicipi—"

Perkataan itu harus terpotong saat Jennie dengan cepat menarik lengannya dan berlari semampunya. Demi apapun, ia benar-benar ketakutan sekarang.

Apa katanya?

Dia mau mencicipi darahnya?

Hah! Gila! Aku bisa mati!

Untung saja aku berhasil lepas dan kabur, monolog Jennie.

Namun tiba-tiba saja perasaannya menjadi aneh. Terlebih setelah mengingat mahkluk pengisap darah itu hanya diam, tak mengejarnya sama sekali. Dia justru menatapnya sembari tersenyum.

Bukan, bukan senyum manis. Melainkan senyum miring yang entah mengisyaratkan tentang apa.

...

Nafas Jennie tersengal, hal itu yang membuat Aeri dan juga Hanbin mengerutkan dahinya bingung.

"Jen, tenangkan dirimu. Minum dengan pelan. Nanti ter—"

"Ukhuuk!!"

Hanbin menghela nafasnya. Belum juga perkataannya selesai, namun apa yang ingin ia ucapkan sudah terjadi. Jennie Kim baru saja terbatuk-batuk akibat tersedak disaat minum.

Don't Bite Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang