02. Frustrated

517 85 5
                                    

Entah kenapa Jennie merasa hari berganti lebih cepat dari biasanya. Ah tidak sebenarnya. Hanya saja karena dia sibuk melamar pekerjaan ke sana kemari sehingga durasi 24 jam terasa lebih singkat baginya.

Seperti sekarang, dirinya baru saja ditolak perusahaan manufaktur. Rasanya begitu menyakitkan. Total sudah ada enam perusahaan yang menolak dirinya dalam waktu seminggu.

Ia sengaja menaruh surat lamaran dan CV-nya dibeberapa perusahaan. Namun hasilnya nihil.

Apakah aku harus bekerja lagi di mini market?

Kalimat tersebut seketika terlintas dibenaknya.

Itu sebenarnya opsi terakhir, mengingat gaji seorang kasir di mini market tidaklah cukup untuk membiayai adiknya kuliah.

Namun, tidak ada salahnya bukan jika ia mencobanya lagi?

Maka dari itu, sekarang Jennie memantapkan dirinya untuk masuk ke dalam mini market. Tetapi sebuah kejadian tak terduga tiba-tiba saja menimpanya. Seseorang yang entah darimana asalnya berusaha menerobos masuk bersamaan dengan Jennie yang membuka pintu. Alhasil, bahunya terdorong dan ia mendesis kesal.

Orang asing itu seketika menoleh begitu menyadari sikap dirinya yang tidak sopan. Namun betapa terkejutnya ia ketika menyadari jika orang yang baru saja ia terobos adalah—

"Jennie?"

Dua pasang mata itu saling beradu pandang. Masing-masing terpaku setelah dipertemukan kembali setelah sekian lamanya.

"Hanbin?"

"Waah? Apa ini benar-benar Jennie Kim yang aku kenal?"

Kim Hanbin, pria yang ada di hadapan Jennie sekarang menjatuhkan rahangnya begitu melihat presensi sahabat  kecilnya.

"I-iya," jawab Jennie tersenyum canggung.

Ah ia tidak tahu, mengapa jantungnya tiba-tiba berdetak lebih cepat. Padahal sudah sejak lama ia mencoba menepis perasaan aneh ini.

"Bohong. Kau pasti bukan Jendeukie. Kau ini bidadari kan?"

Jennie yang mendengar hal tersebut lantas terkekeh lalu memukul pelan  lengan Hanbin.

"Gombal!"

"E-eh... Aku serius. Kau benar-benar seperti bidadari. Tidak seperti Jendeukie si bocah tengil banyak tingkah."

"Hey!" Jennie menggeram. "Enak saja kau menyebutku bocah tengil. Aku ini cantik sejak lahir tau!" lanjut Jennie dengan wajah yang berubah garang.
Meski begitu, Hanbin tak mempedulikannya. Baginya, Jennie Kim ini justru terlihat lucu jika sedang memasang muka garang akibat ia ledek.

Pipi gembul Jennie kali ini menjadi sasaran Hanbin. Pria itu mencubit kedua sisi pipi Jennie hingga sukses membuat sang empu mengaduh.

"Yaa! Jangan menyubit pipiku!"

"Astaga, ternyata bidadari ini tidak jauh berbeda dengan Jendeukie si bocah tengil ya? Kau ini sama-sama galak, ganas, tapi imut hahaha"

Jennie seketika menepis tangan Hanbin yang hendak menyentuh pipinya kembali.

"APA KATAMU? GALAK? GANAS? AKU INI TIDAK—"

"Hey!"

Baik Jennie maupun Hanbin seketika menoleh saat seorang wanita yang terlihat berumur 40-an tengah menatap mereka dengan tak suka.

"Kalau mau pacaran, jangan di sini! Menghalangi jalan saja!"  ucapnya.

Ah benar.

Jennie baru sadar jika sedari tadi dirinya masih di depan pintu, sehingga menghalangi jalan orang yang hendak keluar atau masuk ke dalam mini market.

Don't Bite Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang