Hari ini, Kaiser pulang begitu larut. Jika saja tidak ada rapat dadakan untuk menentukan menu makanan untuk bazar di sekolahnya, mungkin ia akan pulang sore hari. Dan tentunya, ada waktu untuk bermain bola dengan teman-teman pada malam harinya.
Kaiser duduk di halte bus. Ia cukup pintar untuk mengetahui jika bus tidak akan ada lagi yang melintas di jalan ini. Tetapi ia mengharapkan keajaiban, mungkin saja bus lain melintas di jalan ini. Ya, walau ia mengerti, jika bukan bus biasa yang melintas, mungkin bisa saja bus hantu.
"Bus tidak akan melintas lagi."
Kaiser menoleh ke sampingnya. Ternyata suara itu milik laki-laki berambut nevy dengan balutan hoodie putih dan celana jeans hitam. Sejak kapan laki-laki itu berada di sampingnya?
"Aku hanya beristirahat."
"Oh ya? Aku pikir sedang menunggu bus yang lewat."
"Perlu kau tau, aku cukup pintar untuk mengetahui jika bus tidak akan melewati jalan ini lagi di atas pukul 10 malam."
Laki-laki berambut nevy itu terkekeh samar. "Dengan nada bicaramu yang seperti itu, mungkin saja kau akan di takuti banyak orang."
Kaiser kembali menolehkan pandangannya kepada laki-laki di sampingnya. Laki-laki itu tengah menatap langit dan sesekali menghirup udara dingin di malam ini. Kedua matanya terpejam, seolah ia menikmati udara yang masuk ke rongga hidungnya.
"Kau takut kepadaku?"
Laki-laki itu menggeleng, "Tidak. Aku yakin kau adalah orang baik."
Tanpa Kaiser sadari ia terkekeh pelan. Yang di katakan laki-laki di sampingnya beberapa saat yang lalu memang benar. Kaiser kerap sekali di takuti oleh orang-orang yang baru mengenalinya, padahal ia bukan seorang yang arogan atau pemarah.
"Kau adalah orang asing pertama yang memberiku kesan baik."
Kali ini laki-laki itu yang terkekeh geli. "Apakah setiap orang asing yang bertemu denganmu memberimu kesan buruk?"
"Ya, begitulah."
Malam itu, Kaiser memandang langit yang hanya di hiasi beberapa bintang yang bersinar. Tentu saja laki-laki nevy itu masih melakukan hal yang sama seperti yang di lakukan oleh Kaiser.
"Lalu, apa yang kau lakukan di halte larut malam seperti ini?"
"Menunggu kakak ku."
Kaiser mengerutkan dahinya. "Apakah kakak mu bekerja shift malam?"
Ah .. ada apa ini? Ia biasanya tidak tertarik untuk mengobrol dengan orang asing. Bahkan ia biasanya tidak suka obrolan yang tidak bermanfaat untuknya, apalagi hanya sekedar basa-basi seperti ini. Mungkin karena laki-laki ini memberinya kesan baik, sehingga ia bisa menarik sisi lain dari dirinya.
Laki-laki berambut nevy itu menggeleng. Ia menarik napas dalam-dalam, dan menghembuskannya secara perlahan. "Kakak ku sedang berlatih volly."
"Larut malam seperti ini?"
Kali ini ia mengangguk. "Ya. Dia ingin menjadi setter terbaik di dunia."
Berbeda dengan kakaknya, laki-laki berambut nevy ini tidak tertarik dengan volly, ia justru lebih tertarik dengan sepak bola.
"Semakin malam, langit semakin gelap. Apa kau juga merasakannya?" Laki-laki nevy itu bertanya. Pandangannya menatap lekat ke atas langit yang mulai padam.
"Ya." Kaiser setuju dengan penuturan dari laki-laki di sampingnya. Ia kini menatap langit yang semakin gelap, bintang seolah-olah mulai menyembunyikan dirinya.
Laki-laki itu kini merogoh saku hoodienya dan mengeluarkan buku catatan kecil dengan cover bola. Ia juga mengeluarkan pena dengan tinta hitam yang isinya akan segera habis.
"Kau suka menggambar?"
Alih-alih menjawab dengan mengeluarkan suara, laki-laki itu justru tidak berkutik sama sekali, dan samar-samar hanya terlihat senyum di wajahnya.
Kaiser terkejut, ternyata laki-laki itu sedang menggambar wajahnya dari samping yang sedang menatap kearah langit.
"Kau menggambar wajahku? Bagaimana bisa?"
Laki-laki itu terkekeh samar. "Tentu saja aku bisa. Aku mengingat wajah mu ketika menatap langit, dan ingatanku tidak seburuk itu untuk langsung melupakannya."
Lagi-lagi Kaiser di buat terdiam. Perlu di ingat, buku catatan kecil yang di pakai untuk menggambar olehnya sudah hampir mencapai lembaran terakhir. Laki-laki itu telah banyak menggambar di catatan kecilnya, dan Kaiser yakin itu.
"Kau menulis sesuatu?"
"Uhm!" Laki-laki itu mengangguk. "Supaya tidak lupa, aku menuliskan hari, tanggal, bulan, juga tahunnya."
"Juga sebuah kalimat panjang," lanjut Kaiser. Mata nya tidak rabun untuk melihat sekilas sebuah kalimat yang di tulis oleh laki-laki itu di belakang gambarnya.
"HAHAHA." laki-laki itu tertawa. "Ternyata kau melihatnya."
Laki-laki itu kemudian menunjukan kalimat yang di tulisnya tepat di lembar belakang setelah gambarannya.
"Laki-laki dengan dasi SMA yang berbentuk kotak, menatap langit yang mulai menghitam, padam."
Kaiser tertawa kecil setelah membacanya. Sejujurnya ia sudah berusaha supaya dasi nya tidak berbentuk kotak, tetapi tetap saja hasilnya kotak. Aneh sekali. Padahal, ia telah melihat tutorialnya pada salah satu channel YouTube.
Kaiser memberikan kembali buku catatan milik laki-laki berambut nevy itu. Ia menerimanya dan mulai memasukan catatannya itu kedalam saku hoodienya lagi.
"Ngomong-ngomong, tinta di penamu sudah hampir habis."
"Tidak apa-apa. Justru bagus, aku bisa menggantinya dengan yang baru."
Alih-alih menjawab, Kaiser hanya menyandarkan punggungnya pada kursi halte. Ia terdiam sejenak, menatap kearah samping—tepatnya kearah laki-laki berambut nevy itu dan kemudian larut dalam pikirannya. ia berpikir, mungkin ia bisa berteman dengan laki-laki ini? Atau mungkin tidak?
"Bukannya kau harus segera pulang?" Laki-laki nevy itu menoleh kearah Kaiser yang memang sendari tadi tengah menatap kearahnya.
"Ah, ya." Tiba-tiba Kaiser gelagapan. Mungkin karena ketahuan jika ia sedang menatap lawan bicaranya.
Tentunya ia tidak pernah melakukan itu, kecuali topik obrolannya adalah hal yang serius.
"Hati-hati di jalan."
Laki-laki nevy itu memperlihatkan seulas senyumannya. Kaiser terpegun. Bukan karena kalimat yang di ucapkan laki-laki nevy itu padanya, melainkan seulas senyum yang di perlihatkan laki-laki itu padanya.
"Ya. Terimakasih."
Setelah kata terima kasih, Kaiser secara spontan membalikan tubuhnya untuk memunggungi laki-laki itu. Kaiser berpikir jika laki-laki itu terlalu rendah hati, bagaimana jika ia di manfaatkan oleh orang lain?
Belum lima menit Kaiser berjalan, ia menoleh kebelakang, ia hanya ingin memastikan apakah laki-laki itu baik-baik saja atau tidak. Ternyata laki-laki itu sedang menyandarkan punggungnya dengan kedua tangan yang di masukan ke saku hoodienya. Matanya terpejam, mungkin ia sedikit mengantuk.
Kaiser terkekeh pelan,"Laki-laki yang aneh .." batinnya.
•••
TBC. Jangan lupa vote dan komen !
Kalian bisa baca cerita aku yg lain, cek aja di profil yaaaSee u next part 👋
KAMU SEDANG MEMBACA
Pena | kaisagi
Random"Aku hanya perlu bernapas untuk hidup. Jika ada hal lain untuk membuatku hidup, maka jantungku harus terus berdetak." Ini kata Isagi, si hobi menggambar wajah orang lain. Hanya kisah klise Michael Kaiser yang bertemu dengan Isagi Yoichi si pembenci...