"Kaiser, kau melamun."
Pukulan Noa pada pundaknya membuatnya tersadar dari lamunannya. Ah .. sepertinya ia penasaran bagaimana kabar laki-laki berambut nevy itu.
Sudah satu minggu berlalu, dan ia masih memikirkan laki-laki yang bahkan ia tidak tahu siapa namanya.
"Maaf. Bisa jelaskan ulang?"
Noa menghembuskan napas gusar, "Aku sudah menjelaskan itu selama lima kali. Dan pada lima kali penjelasanku, kau selalu melamun."
Kaiser terdiam, apa yang terjadi padanya? Alih-alih fokus kepada kegiatan bazar untuk menyambut kelulusan, ia justru memikirkan bagaimana kondisi dari laki-laki berambut nevy itu.
"Jika ada masalah yang mengganggumu, berbagilah denganku." Ness menepuk pelan punggung Kaiser.
"Tidak ada."
Kaiser menarik napas panjang, mungkin dia perlu keluar sejenak untuk mendinginkan pikirannya.
Tok! Tok!
"Permisi .."
Suara itu ... Dengan spontan Kaiser menoleh kebelakang, tepatnya kearah si pemilik suara.
"Kau?"
Laki-laki itu melangkahkan kakinya mendekati Noa. Ia membungkuk hormat, lalu menyerahkan sebuah formulir kepada Noa.
"Adikku .. tidak bisa mengikutinya."
Kaiser termenung, ia mengingat percakapannya dengan laki-laki berambut nevy satu minggu yang lalu. Kala itu, ia mengatakan jika memiliki seorang kakak yang ingin menjadi setter terbaik di dunia.
Penampilan laki-laki ini ... mirip sekali dengan laki-laki yang ia temui satu minggu yang lalu. Hanya saja, laki-laki ini jauh lebih tinggi.
"Kau pemain volly?"
Pertanyaan Kaiser yang secara tiba-tiba membuat laki-laki jangkung itu menoleh kearahnya.
"Ya."
"Menempati posisi setter?"
Laki-laki itu mengerutkan dahinya. "Bagaimana kau tahu?"
"Hanya menebak."
Memang, Kaiser hanya menebak saja. Dan ia juga perlu memastikan sesuatu.
"Kaiser, kau mengenali Tobio?" Kali ini sebuah pertanyaan datang dari Noa.
Kaiser menggeleng. "Aku mungkin mengenal adiknya."
Tiba-tiba laki-laki yang di sebut Tobio itu sedikit terpegun. Adiknya itu jarang sekali bisa berteman dengan seseorang, dan sekarang laki-laki dari sekolah yang berbeda dengan adiknya, bahkan bisa mengenal adiknya? Bagaimana bisa?
"Kau teman adikku?"
"Mungkin?"
Tobio terkekeh seolah tidak mengerti dengan semua yang sedang terjadi. "Kau aneh sekali, pirang."
Kaiser mengulurkan tangan kanannya kepada laki-laki yang di panggil dengan sebutan Tobio itu. "Michael Kaiser."
Tobio terdiam sejenak. "Aku tidak berniat berken—" ucapannya terpotong.
"Untuk adikmu. Aku tidak mungkin bisa berteman dengannya, jika aku tidak mengetahui namanya."
Posisinya masih sama, Kaiser masih mengulurkan tangan kanannya. Tobio menarik napas dalam, ia kemudian menerima uluran tangan dari Kaiser dengan mimik wajah yang datar. "Aku harus mengenalkan diriku sebagai adikku, begitu?"
"Ah ... Kau ternyata suka bertele-tele."
"Isagi Yoichi." Sejujurnya Tobio tidak menyukai tutur kata laki-laki di hadapannya ini. Dan harapnya adalah, semoga adiknya tidak pernah bertemu dengan laki-laki arogan sepertinya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pena | kaisagi
Random"Aku hanya perlu bernapas untuk hidup. Jika ada hal lain untuk membuatku hidup, maka jantungku harus terus berdetak." Ini kata Isagi, si hobi menggambar wajah orang lain. Hanya kisah klise Michael Kaiser yang bertemu dengan Isagi Yoichi si pembenci...