2

439 57 3
                                    

Tangan kecil Minjae tengah sibuk menerima banyak kertas yang disodorkan kepadanya. Dengan sabar ia mengambil satu persatu membumbukan tanda tangannya dan mengembalikan kertas itu pada pemiliknya.

Saat ini kelas 10 tengah disibukkan dengan misi mencari tanda tangan anggota osis inti. Mereka tersebar di penjuru sekolah guna membiasakan para siswa mengenal tempat mereka akan belajar 3 tahun kedepan.

Minjae kali ini kedapatan untuk berjaga di kantin sebelah gedung olahraga. Setelah memberikan tanda tangannya yang terakhir ia beristirahat sejenak. Lengannya lumayan pegal.

"Hari yang cukup berat." Monolog anak itu. Tiba-tiba dia merasa ada benda yang sangat dingin menempel di pipinya.

"Aku membawakan minuman untukmu." Ucap Hunter teman sesama osis sekaligus kekasihnya.

"Makasih." Minjae tersenyum lalu langsung meneguk minuman bersoda kesukaannya itu.

"Hari ini kan hari pertama MOS. Sepertinya kita akan pulang cepat, mau jalan-jalan?" Tawar Hunter.

Minjae menutup botol soda yang sudah kosong lalu melemparnya ke tong sampah. "Ada murid nakal yang harus aku hukum. Sepertinya akan lumayan lama karena aku memberinya hukuman membersihkan kolam berenang."

Hunter mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia tidak masalah dengan jawaban Minjae lagipula mereka bisa pergi ngedate di lain waktu.

"Kalau begitu mau ku tunggu?"

"Gak usah, kamu pulang duluan aja aku harus mengawasi anak itu kan."

"Anak yang diceritain kak Sumin tadi?" Tanya Hunter. Ia sempat bingung melihat Sumin yang masuk ke dalam ruang osis dengan aura suram belum lagi tangannya yang mengepal sangat erat seperti siap melayangkan tinju kemanapun.

"Iya yang bikin Sumin ngamuk." Jelas Minjae. Minjae pun tidak mengira Seeun seberani itu di depan kakak kelas, ia ingat betul dulu anak itu sangat takut dengan kakak kelas.

"Bukan cuma kak Sumin, kak Jinsik juga keliatan bete. Separah itu ya kelakuan dia."

"Yahh...begitulah. Makanya daripada kamu emosi mending kamu pulang duluan aja. Aku bisa kok ngatasin dia."

"Oke deh, aku balik dulu ke ruang osis yaa."

"Mesra amat." Komentar Seeun yang berjalan menghampiri Minjae sambil membawa tasnya. Selesai melaksanakan MOS hari ini anak itu berniat kabur tetapi ia malah diseret ke tempatnya sekarang oleh anggota osis kelas. Dalam hati Seeun meruntuki manusia-manusia budak organisasi itu.

"Ck, bikin mood jelek aja. Sini lo." Minjae mengajak Seeun masuk ke dalam gedung olahraga. Mereka berjalan menuju kolam berenang.  Minjae meraih ember dan pel lalu melemparnya ke arah Seeun.

"Hukuman lo bersiin kolam berenang." Perintah Minjae.

"Kalau gue gak mau?"

"Terpaksa gue masukin daftar hitam."

"Gak peduli."

"Serius? Daftar hitam mempengaruhi kenaikan kelas." Minjae mengangkat buku yang ia pegang. Memamerkan buku itu di depan Seeun.

"Udah gue bilang gak peduli. Gak mungkin gue gak naik kelas cuma gara-gara omong ini." Seeun menepis lengan Minjae. Membuang pel dan ember ke sembarang arah. Lalu berjalan ke arah pintu keluar.

Minjae menggeram tidak terima. Baru kali ini ada orang yang tidak mempan dengan gertakan yang ia lakukan. "Hey berhenti!" Perintahnya.

Seeun terus berjalan mengabaikan ucapan Minjae yang tengah menyusulnya.

"Yak! Park Seeun ku bilang berhenti!!" Minjae terus berteriak. Keberuntungan tidak sedang memihaknya. Pinggiran lantai kolam berenang yang licin membuatnya kehilangan keseimbangan.

Byurr

Seeun yang mendengar suara orang jatuh ke kolam berbalik. Ia melihat Minjae yang sedang berusaha naik dari kolam. Pemandangan di depannya tentu membuat tawanya pecah.

"Ututu lihat ketua osis cebol kita hahaha." Yang lebih muda mengeluarkan ponselnya untuk merekam Minjae yang masih berusaha naik ke atas kolam.

Si manis kesulitan karena baju seragam yang ia gunakan menjadi berat karena menyerap air. Setelah puas merekam Minjae Seeun menjulurkan tangannya pada anak itu.

"Sini gue bantu." Seeun tersenyum merendahkan ketika tangannya langsung disambut oleh Minjae. Namun, tanpa di duga si manis justru menarik Seeun hingga anak itu juga tercebur ke dalam kolam.

"Yakkk! Ketua osis tolol." Umpat Seeun. Minjae pun langsung tertawa lepas. Ia tidak akan kalah dari adik kelas tengilnya itu.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Hanbin meregangkan badannya. Berjam-jam duduk dan berkutat dengan komputer, laptop, dan dokumen rupanya menguras banyak energinya. Ia menutup laptopnya dan berkemas. Jam kerjanya sudah selesai saatnya ia pulang.

"Ada rencana selepas kerja ketua?" Tanya Matthew yang baru saja memasuki ruangannya.

"Engga sih Matt, paling cuma mau beli kue buat Seeun."

"Seeun ulang tahun?"

"Bukan, hari ini hari pertama dia di sekolah barunya. Kau mau membantuku memilih kue di cafe ibu?"

Tawaran Hanbin tentu saja Matthew terima dengan senang hati. Karena cafe ibunya Hanbin berada satu kawasan dengan apartemennya.

Setelah rumah Hanbin dan Zhang Hao selesai dibangun, Matthew menempati apartemen mereka. Membuat Matthew otomatis menjadi tetangga Gyuvin dan Yujin.

Mereka sampai di cafe ibunya dan disambut langsung dengan pelukan erat dari ibu Hanbin. "Ah, kalian sudah lama sekali tidak kesini."

"Bin kan sibuk ma." Ucap Hanbin sambil cemberut pada ibunya.

"Halah, sok sibuk kamu. Gimana kabar cucu tercinta ku?"

"Seeun baik-baik saja bu. Hari ini aku minta tolong ibu buatkan kue karena ini hari pertama dia SMA."

Ibu Hanbin mengeluarkan bungkusan kue yang sudah ia siapkan untuk cucu tersayangnya. "Cucu ibu yang paling ganteng udah SMA aja. Matthew jangan mau kalah sama Hanbin dong."

Matthew yang dari tadi tengah bernostalgia dengan mengitari dapur cafe merasa terpanggil. "Belum ada yang cocok sama selera Matthew." Jawab Matthew menanggapi ucapan ibu Hanbin.

"Mama kebiasaan! Jangan godain Matthew terus nanti dia gak mau kesini lagi lho." Tegur Hanbin yang tengah mengintip kue buatan ibunya. Setelah memastikan kue itu dalam keadaan bagus, ia menutup bungkusannya.

Ekor mata Hanbin tanpa sengaja melihat seorang anak SMA yang berjalan di depan cafe sambil memggigil. Anak itu menggunakan seragam yang terlihat kaku dan jaket yang mencuri perhatian Hanbin.

Pasalnya Hanbin yakin 100% hanya Seeun yang memiliki jaket itu. Tapi kenapa yang mengenakan itu bukan anaknya melainkan orang lain?

Hanbin keluar dari cafe dan memanggil anak itu. "Hey, kau kesini sebentar." Anak itu berbalik dan tertegun.

Tadi di sekolah Minjae sudah berurusan dengan Seeun dan sekarang ia berurusan dengan Hanbin yanh notabene nya adalah ibunya.

Hidupnya sungguh penuh kejutan.

To be Continue...

Manifesting 2 - Haobin ft. xikersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang