3

461 62 2
                                    

Minjae meletakkan kedua telapak tangannya pada cangkir cokelat panas yang disajikan oleh Hanbin. Berusaha mencari kehangatan pada cangkir tersebut. Tubuhnya saat ini setengah menggigil akibat cuaca berangin dan seragam sekolahnya yang basah di balik jaket milik Seeun.

Saat ini ia berada di dalam cafe tempat tadi ia dipanggil oleh Hanbin.

"Hey santai saja aku bukan orang jahat." Ucap Hanbin yang tepat berada di depannya.

"Aku tau terima kasih kak Hanbin." Minjae berdiri dan membungkuk dengan sopan lalu kembali duduk. Dalam benaknya sudah ketakutan, takut Seeun mengadukan apa yang terjadi tadi di sekolah.

Tapi itu bukan salah Minjae, seharusnya ia tidak perlu takut kan? Atau haruskah?

"Bagaimana kau tau namaku? Aku bahkan belum memperkenalkan diri." Hanbin mengangkat sebelah alis bingung kenapa anak SMA di depannya ini mengetahui namanya.

Minjae menggigit bibir bawahnya, ia merasa gugup saat ini. Ia menundukkan kepala berpikir bagaimana cara menjawab pertanyaan Hanbin.

"Bin udah beres kan ayo cabut." Sosok yang sangat Minjae kenal menghampiri mereka. Matthew yang datang bingung kenapa ada Minjae bersama Hanbin di satu meja.

"Loh Minjae? Gak pulang?"

"Kamu kenal anak ini?" Kali ini Hanbin melemparkan pertanyaan pada Matthew.

"Iyalah. Dia anaknya kak Jiwoong yang dititipin ke Gyuvin sama Yujin sekitar 2 bulan yang lalu. Makanya kalau ngumpul tuh nyimak bukan pacaran terus!" Jawab Matthew sambil menoyor pelan kepala Hanbin.

"Iya aku keponakannya kak Gyuvin. Salam kenal kak Hanbin." Tambah Minjae dengan sopan.

Hanbin menganggukkan kepalanya tetapi ini masih belum menjawab pertanyaan dalam benaknya perihal jaket Seeun yang ada pada Minjae.

"Maaf sebelumnya Minjae. Tapi kau dapat itu darimana?" Tanya Hanbin sambil menunjuk jaket yang dikenakan Minjae.

"Ah, ini milik temanku. Dia meminjamkannya karena aku tidak sengaja terjatuh ke kolam berenang."

"Kau temannya Park Seeun?"

Minjae membolakan matanya. Bagaimana bisa Hanbin tau kalau jaket itu milik anaknya?

"Iya ini milik Seeun."

"Hum ternyata benar. Yasudah kalau begitu. Aku kira kamu mengambilnya dari anakku."

"T-tidak Seeun benar-benar meminjamkannya padaku."

"Aneh sepertinya aku pernah melihatmu sebelumnya." Hanbin menatap lekat-lekat wajah Minjae. Berusaha menggali ingatan tentang dimana ia melihat wajah Minjae.

Minjae yang ditatap menelan ludah kasar. Astaga, sampai sekarang pun Hanbin masih sama. Terlalu protektif pada anaknya. Minjae masih ingat betul dulu Seeun pernah dibully oleh anak seangkatannya. Besok harinya anak-anak itu dipindah sekolahkan.

"Jangan nakutin anak orang woi." Matthew menjitak Hanbin. Ia merasa kasihan oleh Minjae yang ditatap sangat intens oleh temannya itu.

"Aku cuma takut Seeun diganggu saat sekolah!"

"Yak! Lihatlah dia mana mungkin makhluk segemes Minjae merundung anakmu yang tampang preman persis seperti ayahnya." Ucap Matthew sambil menunjuk ke arah Minjae.

Dipikir-pikir benar juga, yang ada Seeun yang harus Hanbin curigai. Minjae mana mungkin bisa merundung Seeun. Yang ada malah sebaliknya.

"Bisa ceritakan bagaimana Seeun mau meminjamkan jaket ini?" Tanya Hanbin kesekian kalinya pada Minjae.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Seeun meletakkan kartu miliknya diatas kartu Zhang Hao. "Stop! Aku menang!." Pekiknya girang.

Saat ini ia dan Zhang Hao sedang fokus bermain go-stop di ruang keluarga. Ini sudah ronde ke-5 dan sudah 5 kali pula Seeun menang dari ayahnya.

Zhang Hao yang tidak terima mulai melirik curiga pada anaknya. "Kau selipkan kartu lagi di lengan bajumu kan!"

"Enak aja emang dasarnya papa Hao aja yang payah."

"Coba sekali lagi!"

"Kalau Seeun menang papa mau kasih apa?"

Zhang Hao berpikir sebentarlalu menyeringai. "Papa bayarin kamu dan teman-temanmu liburan ke Hawaii nanti pas liburan semester. Tapi kalau Seeun kalah, Seeun harus bolehin papa dan mama pergi bulan madu trip Eropa."

"Bulan madu lagi?! Papa sudah melakukannya 3 kali."

"Tapi belum pernah trip Eropa."

"Astaga udah tua juga."

"PARK SEEUNN!" Teriakan nyaring Hanbin membuyarkan fokus mereka berdua. Kali ini apalagi? Seeun merasa tidak melakukan hal apapun yang memancing keributan dengan sang mama.

"Seeun gak tuli ma, kenapa harus teriak-teriak begitu." Seeun berucap ketika Hanbin menghampiri mereka. Hanbin menatap kartu-kartu yang berhamburan di atas meja.

Hanbin meletakkan bungkusan berisi kue di atas kartu-kartu itu. Lalu cemberut ke arah Zhang Hao yang bingung dengan apa yang Hanbin lakukan.

"Kenapa sayang?" Tanya Zhang Hao. Seeun dan Zhang Hao saling pandang lalu kembali melihat ke arah Hanbin. Mencoba bertukar pikiran tentang apa yang membuat Hanbin jadi marah seperti ini.

"Anak kamu ini bandel banget, hari pertama sekolah udah nyemplungin kakak tingkatnya."

"Bagaimana mama tau?"

"Minjae sendiri yang cerita ke mama."

"Si cebol itu ngadu ke mama?"

"Hush omongan kamu yaa! Pokoknya mama tadi gak sengaja ketemu Minjae di cafe." Hanbin dengan lihai membuka bungkus kue yang ia bawa. Kini kue yang sangat cantik sudah ada di depan mereka.

"Mamaa Seeun kan gak sepenuhnya salah." Rengek Seeun. Setelah itu dia mendapat suapan potongan kecil kue miliknya.

"Kamu salah sayang. Kata Minjae kamu gak mau ngelakuin hukuman kamu."

"Yaa abisnya kak Minjae nya tengil! Bahkan di rumah pun Seeun gak pernah disuruh bersihin kolam berenang sendiri ini kenapa Seeun harus bersihin kolam berenang sekolah? Itu bukan hukuman tapi penindasan!" Ucap Seeun membela dirinya. Enak saja ia harus membersihkan area kolam berenang sekolah yang sangat luas itu.

Hanbin menggeleng pelan, dia menyender pada Zhang Hao yang berada di sebelahnya. Seeun memang sudah SMA tapi jika ke Hanbin anak itu akan berubah kembali menjadi anak kecil yang ia adopsi 5 tahun yang lalu.

Ia memijat pelipisnya. Pusing. "Anak mu ini sifatnya mirip banget kamu! Keras kepala!"

"Aku kan tadi pagi bilang dia mirip kamu. Pantesan tadi Seeun pulang kayak bebek jelek" ujar Zhang Hao. Ia memang tadi mendapati Seeun pulang dalam keadaan baju seragam yang sangat lembab dan rambut yang kaku.

"Kamu juga nyebur?" Tanya Hanbin pada anaknya.

"Iyaa! Parah kan ma. Padahal kak Minjae terjatuh sendiri tapi aku ikut-ikutan ditarik."

"Ya itu karena kamu tidak menuruti ucapannya sayang."

"Seeun bakal nurut kalau hukumannya gak seberat itu."

"Sudahlah apapun alasannya nurut aja sama Minjae. Toh, dia juga sekarang tinggal sama om Gyuvin dan bibi Yujin. Jadi kamu harus akur."

Seeun membelalakkan matanya. Hanbin tersenyum kecil melihat reaksi anaknya itu. "Iya, kamu gak salah denger. Minjae itu keponakan Gyuvin. Akhir pekan nanti dia akan mampir kesini."

Seeun tersenyum masam. Berarti sampai akhir pekan Seeun harus menahan sifatnya di sekolah bila tidak ingin diadukan pada mama nya.

Yak Kim Minjae sialan - Seeun

To be Continue...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 09, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Manifesting 2 - Haobin ft. xikersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang