Peran

330 51 6
                                    


"Romi, pemikiran macam apa itu?" Pak Aby melotot.

"Pak, saya yakin anda memiliki pemikiran yang sama dengan saya. Anda sudah bosan dengan cerita klasik dengan tema cinta yang terlalu monoton. Penderitaan, pengorbanan, gila, mati, tidak bisa bersama selamanya!" Romi mengoceh panjang lebar.

"Tapi ini terlalu sensitif," sahut  Pak Aby masih dengan ekspresi yang sama. Mengetatkan rahangnya.

"Menurut saya tidak. Selama tiga tahun saya tinggal di asrama. Saya tahu apa yang terjadi antara anda dan Pak Wiryo!" Romi menaik turunkan kedua alisnya. Pak Aby langsung menutup mulut Romi, sambil matanya melirik ke segala arah.

"Perhatikan kata-katamu, jangan sampai ada yang mendengarnya!"
Pak Aby mengambil napas panjang, "Baiklah, aku akan diskusikan ini dengan guru yang lain."

"Anda memang yang terbaik!" seru Romi sebelum pergi. Menyisakan sedikit senyuman di bibir gurunya.
Ide anak itu boleh juga.

.
.
.

Mereka kini berada di panggung tepat di aula utama asrama. Hari ini gladi bersih, sesuai apa yang Romi ajukan pada Pak Aby dua minggu yang lalu. Mereka akan mementaskan drama perpaduan cerita Romeo Juliet dan Layla Majnun, esok malam.

Romi mengangkat tangannya tinggi-tinggi untuk mulai membacakan syair cinta. Seperti biasa, aktingnya ini sungguh alami. Seakan ia benar-benar memuja kecantikan kekasihnya yang diperankan oleh teman sekamarnya Jungkook.

Di bagian akhir, Romi meminta adegan ciuman sebagai penutup. Hingga saat ini baik Pak Aby maupun Jungkook sendiri menolak. Membuat kerutan di wajah Romi untuk kesekian kali. Padahal ia berharap bisa mencium Jungkook alih-alih sebagai bagian dari akting dalam drama.

.
.
.

Berbalut jubah merah muda, Romi Kim terlihat sangat tampan. Di balik riasannya yang elegan tersimpan banyak kemesuman. Ia tak henti melirik ke arah Qais Jungkook yang sedang dirias dalam balutan busana ala timur tengah warna putih tulang. Kulitnya terlihat bersinar dan bibirnya semakin merekah indah tatkala perias menambahkan sedikit lipglos warna peach.

Dalam perjalanan hidup seorang Romeo dari kelahiran hingga remaja, harusnya ia jatuh cinta pada sosok wanita yang cantik jelita seperti Juliet di kehidupan sebelumnya. Di kelahirannya yang ke-21 ini, ia justru tergila-gila pada pemuda bernama Qais Jungkook.

Ia melupakan bahwa sebelum dilahirkan kembali, sebuah suara menuntunnya untuk menghindari nestapa dan air mata ia akan dipertemukan dengan seorang pemuda keturunan Persia. Secara alami, di alam bawah sadar Romi, perasaan suka itu tiba-tiba muncul sejak pertama melihat Jungkook sebagai siswa baru di asrama.
Getar-getar itu seperti senar dari gitar yang dipetik di atas dawai, menciptakan melodi cinta layaknya lagu H. Rhoma Irama.

Dawai asmara bergetar syahdu mengalunkan senandung rindu
Belaian mesra, membuai jiwa
Tak terlukiskan bahagia
Hanyut dalam gelora cinta
Hanyut di dalam suka cita
Tenggelam dalam madu cinta
Tenggelam di dalam bahagia

Yah, seperti itu kira-kira lagunya.

''Semuanya, waktunya bersiap! Lima belas menit lagi kita akan tampil!!" Suara Pak Aby membuyarkan lamunan Romi, ia melihat dengan jelas bagaimana indahnya seorang Qais Jungkook. Semua orang boleh saja menyebut malaikat itu tak kasat mata, namun bagi Romi Kim sosok malaikat tak bersayap benar-benar ia lihat dalam diri Qais Jungkook sekarang.

Saking terpananya Romi tak bisa menutup mulutnya yang menganga, sampai Pa Aby menepuk pundaknya dua kali. "Romi, apa kau sudah siap?"
Romi menoleh ke arah gurunya, matanya memohon mengedip beberapa kali.

"Pak, satu ciuman saja, please!"

"Tidak ada ciuman Romi!" jawab Pak Aby tegas, membuat Romi kembali menggigit jari. Pupus sudah harapannya untuk mencicipi manis bibir Qais Jungkook. Hanya itu satu-satunya cara untuk membuat Jungkook dengan sukarela dicium olehnya.

Romeo Without Juliet (End)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang