Hot Ending

481 48 2
                                    

Romi membuntuti Jungkook saat berjalan kembali ke asrama tepat jam sembilan malam. Kondisi Romi benar-benar pulih, Jungkook yang merasa bertanggung jawab atas kejadian itu, dengan suka rela ikut menjemput Romi ke rumah sakit.

"Kau benar-benar tidak ingin berciuman denganku?" Romi berusaha mensejajarkan langkahnya, dengan Jungkook yang membawa tas milik Romi. Menyusuri lorong kamar asrama yang mulai sepi.

"Tidak," jawab Jungkook tanpa menoleh.

"Sungguh?"

"Aku bilang tidak!"

"Bagaimana jika aku sangat menginginkannya? Kau berhutang padaku, ingat?"

Jungkook menghentikan langkah, ia berbalik menatap Romi tajam. Seperti silet tatra yang siap mencukur bulu ketek dan bulu selangkangan.

"Cium saja foto-foto wanita cantik di majalah yang kau koleksi di bawah tempat tidurmu!"

Romi bengong, dari mana Jungkook tahu, jika ia suka melihat gambar gadis-gadis hampir tanpa busana itu? cantik berbikini di majalah dewasa, yang ia curi diam-diam dari perpustakaan. Apa ia tak salah dengar? Jungkook juga mengatakan itu semua dengan wajah merah menahan amarah. Apa temannya itu cemburu? Karena Romi sering menghabiskan waktu memandangi tubuh model berbikini  di majalah dewasa, yang ia curi di perpustakaan.

"Qais Jungkook tunggu!" serunya.

"Aku akan mengembalikan majalah-majalah itu ke tempat asal mereka. Apa kau senang sekarang?"

"Tidak!" Jungkook menjawab datar.

"Memang harusnya aku tidak mengembalikannya, itu koleksi yang cukup bagus untuk berfantasi."

Jungkook membanting pintu kamar, tepat di saat Romi hendak masuk. Sehingga daun pintu yang terbuat dari kayu itu menyentuh hidung mancungnya secara dramatis dan pasti sakit.

"Aduh! Sayang, jangan marah dong!" teriak Romi dari luar kamar.
Jungkook sudah menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Pura-pura tak mendengar keluhan Romi yang baru masuk sambil mengelus-elus ujung hidungnya yang merah.

"Jika seorang Qais Jungkook tidak suka melihaku berfantasi dengan model-model itu. Maka, biarkan Romeo yang mesum ini berfantasi dengan tubuhmu!" bisik Romi, tepat di belakang Jungkook yang memunggunginya, lengkap dengan nada suara seperti membaca syair dalam drama.

Sebuah bantal melayang tepat mengenai jidat Romi. Membuat pemuda itu sekali lagi mengaduh.
"Aku anggap ini sebagai persetujuan!" Romi nyengir lebar.

Jungkook membuka selimutnya dan melempar benda tak bersalah itu ke wajah temannya yang berperilaku seperti lelaki hidung belang. Romi menangkap selimut itu dengan suka cita.

"Terimakasih, sudah meminjamkan selimut yang beraroma tubuhmu. Ini akan melengkapi imajinasiku," ujar Romi seraya mencium selimut Jungkook seperti maniak gila.

Jungkook memutar bola matanya, malas meladeni pemuda dengan hormon abnormal. Jungkook memilih tidur menghadap jendela, memunggungi kasur Romi yang berada di belakangnya.

Belum setengah jam tertidur, Jungkook mulai menggigil. Udara di bulan Februari sangatlah dingin, dua puluh satu derajad selsius. Itu cukup dingin di Indonesia.

Romi sendiri belum tidur, ia masih merapikan baju-bajunya di  lemari. Sambil sesekali menghirup selimut Jungkook di tangannya, seolah itu adalah bunga sedap malam. Melihat Jungkook menggigil, membuat otak Romi tersentil. Ingin sekali mengerjai temannya itu dengan perbuatan jahil.

Romi berjalan mengendap menaiki kasur Jungkook dengan gerakan cukup pelan, sampai tak menimbulkan suara. Jungkook terkejut ketika tiba-tiba ada tangan ajaib yang muncul di atas perutnya. Bersarang tepat di pusarnya.

Romeo Without Juliet (End)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang