EP. 14

94 18 12
                                    


"Ah!! Aku ingat sekarang.. dia suami Ahra kan? Benarkan?" Teriak Nari dengan semangat sambil menunjuk-nunjuk Sehun yang sejak tadi hanya diam menikmati makannya.

"Hem.. dia suami Ahra." Jawab Sehun sekenanya dengan malas.

"Pantas saja aku tidak asing dengan namanya.---jadi.. benarkah soal pernikahan itu? Ku pikir kau hanya mengada-ada karena cinta dengan Ahra."

"Kau tahu benar bahwa aku tidak pernah berbohong.. teganya kau menuduhku seperti itu." Gumam Sehun kesal.

"Eyy.. siapa tahu kan? Kau juga berbohong padaku soal semalam.---yak! Kau sungguh akan menyerah dengan Ahra? Mwo.. aku memang tidak tahu pasti apa yang sebenarnya kau rencanakan tapi bukankah jika kembali secepat itu sama saja kau menyerah?"

Sehun diam, namun sorot matanya jelas menunjukkan bahwa mengakui atas apa yang Nari katakan adalah kebenarannya. Menyerah mungkin iya, tapi jika ia tak pergi maka hatinya yang harus kembali berkorban, jadi keadilan mana untuk Sehun bertahan lebih lama meski tak mendapatkan apapun walau pada akhirnya pun berakhir sama. Tanpa harapan.

"Jangan berpikir terlalu jauh. Aku tidak pernah berniat merebut wanita yang sudah bersuami." Ucapnya kembali fokus pada makanannya.

"Kau pria yang aneh." Sindir Nari tak habis pikir.




****




Semua tidak ada yang mudah untuk Ahra jalani dalam hidupnya. Kehidupannya sejak kecil tak seperti apa yang orang lain kira yang hanya melihat dengan segala dugaan dalam angan tinggi imajinasi semua orang.

Kaya raya, orang berada dan bak seperti putri kerajaan. Padahal angan semustahil itu justru menjadi tamparan keras untuk Ahra selama hidupnya. Orang tua yang begitu penyayang namun memanfaatkannya, menyakitinya secara mental dengan begitu parahnya. Sampai Ahra sempat lupa bagaimana dirinya harus memulai cara menangis sampai akhirnya kini hidupnya ternyata jauh lebih menderita dari masa kelamnya.

Mengira telah keluar dari lingkaran hitam, justru ternyata tenggelam begitu dalam sampai terlalu lelah untuk Ahra mencari jalan keluar.

"Kau datang hanya untuk berbicara tentang Baekhyun? Maaf saja aku tidak tertarik, jadi per---"

"Baekhyun menyuruhku membuatmu menjalin hubungan dengan Sehun." Ucap Chanyeol.

"Mwo?"

Chanyeol menyeringai tipis menyamankan duduknya seraya menyandarkan tubuhnya menatap wanita itu penuh kemenangan. Lagipula sebenci apapun Chanyeol dengan Ahra, ia tak pernah berniat menyakiti wanita itu sama sekali. Tapi Baekhyun bagi Chanyeol, kawannya itu sangat keterlaluan.

"Taruhan bodoh yang kau ajukan membuat dia memintaku untuk melakukan hal gila itu padamu."

Ahra menggelengkan kepalanya sambil tertawa, "aniya.. Baekhyun tidak mungkin sejahat itu. Kau temannya kan? Bukankah kau seharusnya lebih tahu dia daripada aku?"

Chanyeol berdecih tak percaya menatap Ahra terperangah akan pemikiran wanita itu yang ternyata jauh dari dugaannya.

"Woah liatlah.. ternyata kau jauh lebih bodoh dari yang kukira."

"PARK CHANYEOL!!" teriak Ahra marah.

"SADARLAH!!! BAEKHYUN MENGINGINKANMU HAMIL ANAK DARI SEHUN, APA KAU TAHU?!"

Seketika itu juga Ahra terdiam, bungkam dengan apa yang barusan dirinya dengar. Terduduk di atas sofa dengan lemas terperangah akan keterkejutannya.

"Maldo..andwe.. aniya"

"Kau pikir Baekhyun secinta itu padamu?----aku memang membencimu tapi aku tidak pernah berniat sedikit pun menyakitimu, terlepas dari apa yang pernah kita jalani dulu. Maksud kedatanganku kemari adalah karena ini.."

Meletakkan sebuah amplop berwarna putih dengan nama rumah sakit tertera di atasnya yang bahkan masih tertutup rapat. Mengundang kernyitan samar dari kening wanita itu seketika.

"Hasil tes kandungan Hyejin." Ucap Chanyeol yang langsung membuat Ahra mendongak menatap pria Park itu meminta penjelasan.

"Baekhyun belum mengetahuinya. Hanya ini yang bisa aku lakukan untukmu, karena aku tahu kau akan selalu bodoh mencintai pria seperti Baekhyun."

Setelah mengakhiri kalimat itu Chanyeol bangkit berdiri dan pergi meninggalkan tempat membiarkan Ahra termenung diam dalam duduknya menatap arah amplop di hadapannya belum tersentuh olehnya. Meyakinkan diri terutama hatinya yang masih dipenuhi keterkejutan yang tak berkesudahan.






🦋





Niat hati ingin mengistirahatkan diri dengan segala kelelahan harinya yang tak berkesudahan justru kini Ahra harus kembali menyiapkan hati sekuat baja ketika di depannya kini sosok suaminya tengah menatapnya seolah memang menunggunya pulang sejak tadi.

Mendesahkan nafasnya kasar seraya mengunci mobilnya selesai terparkir Ahra pun berjalan pelan berdiri tepat di hadapan Baekhyun pada akhirnya.

"Kenapa menungguku di sini?"

"Untuk memastikan kau pulang ke rumah." Jawab Baekhyun yang justru mengundang gelak tawa tertahan dari Ahra yang hampir tertawa mendengarnya.

"Jangan gila, satu-satunya orang yang tidak pernah pulang hanya kau bukan aku." Sindirnya lalu berjalan berlalu masuk ke dalam rumah meninggalkan Baekhyun setelahnya.

Pria Byun itu tak menyerah, menurutnya apa yang dirinya katakan bukanlah sebuah bualan yang mencoba romantis hanya karena ada tujuan lain tapi memang itulah yang Baekhyun ingin katakan berasal dari hati, tidakkah Ahra seharusnya mengerti itu?

Mengikuti istrinya masuk ke dalam rumah memperhatikan setiap apapun yang Ahra itu lakukan tanpa mengalihkan pandang. Bahkan ketika sang istri sedang berganti pakaian pun dengan tenangnya Baekhyun masih setia berdiam sambil berdiri menyandar pada pintu ruang ganti kamar mereka memperhatikan.

Dan Ahra pun tak menyangkal jika dirinya sempat merasa aneh akan apa yang kini sedang suaminya itu lakukan sekarang. Membiarkannya sejenak sampai selesai berganti pakaian barulah Ahra menatap Baekhyun dengan helaan nafasnya yang kasar mulai kesal.

"Wae?"

Untuk sebentar Baekhyun tak urung langsung menjawab pria itu justru masih diam dalam posisinya sebelum kemudian berjalan mendekat lalu menarik tengkuk Ahra dan menciumnya tepat di belah bibir sang istri sambil melumatnya.

Posisi bahkan gambaran terintim sepasang suami istri yang seharusnya tergambar romantis saat ini tak mampu melupakan betapa sakitnya kehidupan Ahra dibalik romantisnya mereka sekarang.

Kata-kata berbagi suami dan kenyataan tamparan keras jika ada istri lain yang harus Ahra terima tak mampu membendung tangis air mata yang mencoba tertahan di pelupuk mata. Sekuat apapun Ahra bertahan mencoba diam dirinya tetaplah seorang wanita yang lemah.

Nafas keduanya terengah bersaut-sautan memburu saling menerpa wajah, Ahra mengusap air matanya segera lalu menunduk terdiam merenungi apa yang tengah dirinya lakukan. Seharusnya tidak seperti ini kan?

Baekhyun mengerti, ia tahu benar apa yang Ahra rasakan, resiko konsekuensi yang dirinya akan hadapi saat ini adalah hal wajar dirinya harus terima.

Mengangkat dagu Ahra pelan mempertemukan kedua pasang netra mereka untuk saling menatap.

"Liat aku sebentar." Ucap Baekhyun lembut.

"Jangan pernah memintaku untuk mengerti lagi. Karena aku sudah terlanjur hancur sekarang." Kata-kata Ahra sungguh menggores hati Baekhyun menyayat hatinya semakin dalam.

"Kata maaf tidak akan pernah cukup untukmu terima, jadi aku tidak akan pernah mengatakan kata maaf. Tapi tolong dengarkan aku untuk yang satu ini.---berjanjilah untuk tetap bahagia jangan menangis lagi hanya untuk orang bodoh sepertiku." Ungkap Baekhyun diakhiri kecupan di kening Ahra cukup lama memberi seluruh segenap hatinya yang dirinya punya.

Mengakhiri kecupannya dengan begitu dramatis menatap keteduhan netra yang sendu penuh kelembutan kasih sayang yang Ahra terima, mengingatkan akan sosok Baekhyun yang pernah ia cintai sejak awal pertemuan mereka.

Perlakuan manis yang lama tak Ahra ingat sejak sekian lama. Pernikahan yang manis namun berjalan pahit.

"Ahra, ayo kita bercerai."

[]

TWICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang