EP. 13

109 16 1
                                    

Dua cangkir keramik di atas meja yang masih mengeluarkan kepulan tipis asap dari panasnya teh yang tersaji tak membuat Ahra menaruh minat untuk mengambilnya segera setelah minuman itu siap tersaji untuknya.

Arah matanya justru terus tertuju pada taman di luar rumah yang penuh bunga mawar berbagai warna merekah begitu cantiknya. Atensi fokus yang luar biasa sebagai pemandangan alam di halaman rumah.

Wanita paruh baya yang sejak tadi juga turut diam pun pada akhirnya membuka suara guna menghancurkan keheningan diantara mereka berdua.

"Bagaimana kabarmu?"

Kalimat tanya yang mungkin tak seharusnya terucap padahal kenyataannya sudah terlihat jelas. Namun menutup mata mencoba abai pun bukan hal yang dibenarkan. Sebagai ibu mertua yang baik ia jelas berusaha untuk tetap bersikap sebaik mungkin.

"Aku tidak tahu jika ibu menyukai bunga mawar sebanyak itu." Ucap Ahra.

Meski bukan jawaban dari apa yang ditanyakan tapi sang ibu tetap menjawab dengan kegugupan yang kentara jelas.

"O? Oh.. itu.. ya ibu menyukainya beberapa bulan terakhir ini. Jika kau mau, ibu bisa meminta bibi Jung untuk---"

"Tidak perlu. Baekhyun akan terkejut jika aku tiba-tiba membawa bunga mawar ke rumah." Jawabnya setenang mungkin.

Wanita paruh itupun tak berani membantah apapun hanya menganggukkan kepalanya mengiyakan sambil menyeruput teh miliknya dengan pelan, pelampiasan kecanggungan.

Ahra yang belum mengalihkan pandang dari taman bunga mawar itu pun justru menyunggingkan senyum kecilnya sebelum kemudian mengambil teh miliknya dan meminumnya pelan.

Karena Ahra tau benar Hyejin tidak mungkin tinggal diam demi mendapatkan hati seorang mertua yang bahkan luluh hanya untuk setangkai bunga.

****

Agenda makan siang yang tak terjanjikan sebelumnya, hal paling Hyejin sukai jika Baekhyun sudah seromantis ini. Jarang memang tapi menyenangkan.

"Apa nanti kau akan pulang larut malam?" Tanya Hyejin penuh senyum mengembang penuh rencana.

"Aniya.. hari ini aku akan pulang ke rumah dan menemani Ahra. Kau tidak perlu menungguku."

Tegas dan juga lugas tapi mampu membuat Hyejin merubah raut wajahnya menjadi datar seketika menahan kesal dalam hati setelah apa yang suaminya itu katakan barusan.

Tersenyum menyeringai menyuap kembali daging steak miliknya dengan gerak cepat mencoba memperlihatkan kekesalannya yang sengaja Hyejin tunjukkan.

"Kapan kau akan bercerai dengannya?"

Kunyahan pada mulut Baekhyun terhenti langsung dan menatap sang istri dengan tatapan matanya yang tajam.

"Aku tidak pernah membahas tentang perceraian. Jadi apa maksudmu mengatakan hal itu?"

Hyejin menggigit bibirnya menahan amarah berusaha setenang mungkin, "sudah saatnya kau harus bersikap adil untuk memilih. Kau pikir aku diam selama ini karena aku menerima berbagi suami? Gila!" Decihnya lalu menegak wine miliknya hingga tandas.

Baekhyun masih dengan tatapannya yang semakin tajam tanpa mengalihkan pandangan, bahkan ia berusaha keras untuk memahami apa yang menjadi maksud setiap perkataan Hyejin di tengah nada marahnya.

"Apa yang sebenarnya terjadi? Kau ada masalah?"

"Wae? Menurutmu aku mengalami sesuatu? Apa aku juga tidak berhak marah?"

"Katakan.. aku tidak akan menuduhmu untuk itu, tapi aku tahu pasti kau memendam sesuatu sekarang sehingga kau melantur seperti ini." Ucap Baekhyun masih berusaha tenang.

TWICE [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang