Hari Minggu. Banyak pasangan yang menggunakan hari Minggu untuk menghabiskan waktu weekend bersama pasangannya.
Termasuk Kaven dan Dista, yang memilih untuk menonton bioskop. Setelah gagal ngedate di pasar malam, Mereka berdua memutuskan untuk menonton bioskop atas permintaan kaven.
"Kamu mau nonton apa?" Tanya Dista.
"Terserah"
Dista mencubit perut Kaven. "Kamu kayak cewek aja terserah terserah"
Kaven tersenyum lebar menganggapi nya.
"Aku bingung mau nonton apa. Tapi kalo bisa yang horor aja"
"Mau modus ya kamu?" Tuduhan Dista membuat Kaven melotot.
"Enak aja! Engga"
"Masa?" Kaven mengangguk cepat.
"Yaudah mau nonton apa?"
"Horor aja ay" Dista memicing matanya.
"Serius? Kamu berani?"
"Beranilah" jawab kaven dengan nada percaya diri. Walau dalam hati ketar ketir.
"Oke, aku beli tiketnya dulu" pamit Dista.
Kaven menyerahkan kartu pada Dista, dan di terima baik oleh gadis itu.
Kaven tersenyum kemenangan, tangannya mengepal dan bergerak keatas bawah.
"Yes pasti ntar Dista modus meluk meluk gue hahaha" monolog nya."Kamu kenapa senyum senyum sendiri?" Tegur Dista sambil menyodorkan kartu Kaven.
"Engga ah, aku gak senyum senyum kok"
"Masa sih?"
"Iya sayang"
"Ohh, yaudah kalo gitu. Ayo anterin aku dulu ke toilet." Ajak Dista. Tangan nya menggandeng tangan tegas Kaven.
Kaven tersentak dengan serangan Dista.
"Tumben?"Dista mendongak karena tinggi kaven lebih darinya. "Tumben apa?" Kaven menunjuk tangan mereka yang bertaut.
Dista mengangguk paham, "gapapa, mau aja. Emangnya gak boleh?"
"Eh bukan gitu maksudnya, boleh kok. Cuman kaget aja dikit"
Kaven menoleh ke arah Dista saat mendengar suara tertawa dari gadis itu. "Kamu kenapa?" Dista menggeleng.
"Lucu aja, padahal aku cuman gandeng tangan kamu, tapi kamu sampe kaget kayak gitu." Kaven tertawa kikuk.
Ya memang sangat aneh karena ia terkejut saat lengannya di gandeng oleh Dista. Karena biasanya jika mereka berdua jalan bersama, Dista tidak mau berpegangan dengannya. Jalan samping sampingan saja tidak mau.
"Eh kamu mau kemana ay?" Kaven yang tadi nya ingin berjalan masuk ke toilet wanita, berhenti dan menoleh kaget pada Dista.
"Ay?!" Ulang Kaven.
Dista mengangguk cepat. "Iya ay. Gaboleh kah aku panggil kamu ay?"
Kaven menggaruk pipi nya yang tak gatal. "Ya boleh lah. Cuman aneh aja gitu, tiba tiba kamu manggil aku ay."
"Udah ah aku udah kebelet, ini tolong pegangin tas aku." Setelah memberikan tas nya pada Kaven, Dista berlalu memasuki toilet.
"Ini bocah agak lain nih." Gumam kaven.
Dahi nya dari tadi tak berhenti berkerut karena melihat perilaku aneh Dista.
"Kayaknya mensiv masih lama deh, kok sifatnya dia tiba tiba berubah gini?" Ia menggelengkan kepalanya.
"Udah, malah bagus kalo Dista udah berubah kayak sekarang. Perjuangan gue ga sia sia dong" Kata kaven.
****
Dista tertawa terbahak melihat raut pucat Kaven setelah menonton film horor yang ia pilih.
"Katanya gak takut" ledek Dista, sedangkan oknum yang di ledek hanya cemberut.
"Kamu milih filmnya serem banget, udah tau aku penakut."
Roll eyes di tunjukkan oleh Dista. "Hadeh, udah tau penakut sok minta nonton film horor" Cibir Dista
"Yakan aku kira kamu bakalan takut terus modus peluk peluk aku gitu ay" Jelas Kaven.
"Terus ternyata?"
"Ternyata malah aku yang takut, malah aku yang ngumpet di belakang punggung kamu."
Dista tertawa melihat wajah kaven yang cemberut seperti anak kecil. Sedangkan kaven mencibirkan bibirnya karena kesal.
Shit, dia gagal modus.
"Lain kali kita nonton film yang sad aja ya. Biar aku bisa nangis di pelukan kamu."
Kaven melempar sebiji kentang ke arah Dista. "Di ajarin gombal sama siapa kamu?"
Dista tertawa, "Gak ada, ini murni kok bukan gombalan."
"Pret"
"Udah mending kita makan" Dista mengangguk.
Mereka berdua menyantap makanan masing masing dengan keadaan senyap.
"Eh ay. Semalam kamu ke mana? Aku ke rumah kamu kok ga ada orang?" Tanya Kaven di sela makan mereka.
Dista yang diberikan pertanyaan itu spontan memelankan kunyahannya.
"Semalam?" Kaven mengangguk.
Berbeda dengan Dista yang bingung menjawab pertanyaan kaven, kaven malah menatap intens mata Dista yang membuat Dista berusaha untuk tidak eyecontact.
"Semalam aku ada acara keluarga di rumah Oma. Maaf ya ngabarin kamu nya malam banget, soalnya buru buru." Kata Dista cepat.
Alis kaven mengernyit mendengar jawaban Dista. Jelas Dista berbohong padanya, karena semalam ayahnya ada di rumah dan ia melihat Dista di pasar malam bersama seorang lelaki.
"Iya gapapa, btw Ada acara apa emangnya?"
"Sweetseventeen Aqila. Kamu kenal Aqila kan?"
"Kenal kok."
"Emang Aqila udah 17? Bukannya dia masih 15 tahun ya? Dia seumuran sama adek aku kan?" Dista menggeleng kaku.
"Engga, Aqila sama adek kamu beda 2 tahun ay."
"Ohh"
Dista mengangguk cepat.
Syukurlah Kaven percaya padanya, semoga ucapannya sangat masuk akal agar kaven tak merasa curiga padanya.
Usia Aqila saja sebenarnya Dista tidak tau, karena Aqila tipe cewek yang cuek dan tertutup soal dirinya sendiri. Yang tau ia umur berapa dan kapan hari jadi nya hanya keluarga Aqila saja.
"Yaudah udah mau malam, ayo kita pulang. Aku bilang sama mamah sampai sore doang."
*
*
*TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
KAVEN
Teen Fictionsepasang kekasih yang masih duduk di kelas 12 SMA. Mereka bukan pasangan seperti pada umumnya yang uwu uwuan. Menjalin hubungan karena rasa kasihan. iya itu yang mereka alami. Kaven Aldiasa, lelaki yang berusaha mempertahankan hubungannya, lelaki y...