Happy Reading,
***
"Dasar anak tak tahu diuntung! Pergi dari rumah saya sekarang juga kamu! " pengusiran yang entah sudah keberapa kalinya terjadi Chessy rasakan, siapa yang mau diusir oleh orang tuamu secara terang-terangan dihadapan publik pula?
Keinginan Chessy hanya satu, hidup dengan damai. Tidak ada hal lain yang dia inginkan selain kedamaian, namun tiada hari tanpa rasa sesak menekan dada rasanya tidak akan bisa hengkang dari kehidupan nya.
Padahal, niatnya kembali lagi kerumah kedua orang tuanya hanya ingin mengambil semua barang-barang nya yang tersisa untuk dia bawa pergi, pergi menjauh dari mereka semua yang gemar menyakitinya.
"Untuk apa kau kembali jika masih mempermalukan keluarga saya hah? " tidak Chessy dengarkan, sudah cukup kebal dia mendengarkan caci maki keluarga nya, setelah mengetahui ada yang tak beres dengannya.
Tangan Chessy sibuk mengepak sisa pakaian nya yang dia masukkan kedalam koper, tak lama ia selesai membawa semua yang bisa dia bawa akhirnya Chessy melangkah keluar dari rumah dua lantai itu, menggeret keper nya.
Dia sudah bersumpah tidak akan kembali lagi menginjakkan kedua kaki nya dirumah ini, mau mereka bersujud sampai menangis darah pun Chessy sudah tak peduli.
Sudah terlalu banyak luka yang mereka bertiga torehkan padanya, dan sulit untuknya meninggikan rasa kepercayaan dirinya kembali.
Dia tak akan mau repot-repot menerima mereka kembali yang hanya bisa menyiksanya, sudah cukup sampai disini dia merasa tertekan, sudah cukup. Chessy tak mau merasakan nya kembali.
Mata keluarga yang telah membuangnya itu menatapnya dengan sinis, seolah dia sebuah sampah yang layak untuk dibuang.
Lain hal dengan satu sosok yang menatapnya memelas, mencoba untuk menahan Chessy agar tak pergi meninggalkan nya.
Jauh diluar gerbang rumah ini, sudah ada kedua sahabat nya yang menunggunya, rela pergi bahkan menemaninya untuk pergi ke hunian barunya yang sudah disiapkan sang kakek.
Mungkin hal baik setelah dia diusir terang-terangan oleh keluarga nya, adalah Chessy yang bertemu kedua orang yang ternyata sibuk mencarinya hingga pontang-panting karena khawatir akan keadannya.
Berbulan-bulan ia bersama mereka, bahkan tahun, Chessy tak pernah menceritakan mereka pada keluarga nya, tidak pada ayah, ibu ataupun kakaknya. Tidak, hanya dia dan kedua sahabatnya lah yang mengetahui siapa yang siap membelanya, separah apapun kondisi nya.
"Jangan pernah menginjakkan kedua kakimu kembali dirumah kami sialan! " hah, itu Ziara, si wanita perebut apapun yang Chessy miliki, termasuk kekasihnya sekalipun. Jika perlu.
"Haram hukumnya saya kembali ketempat ini. " sudah cukup, lembaran baru akan kehidupan nya siap menanti nya dibagian bumi lainnya, tak perlu merasa sendiri, karena Chessy tak akan pernah membiarkan dia disakiti kembali.
"Qeena!" ah, itu suara kembarannya. Carlino, pria tampan yang selalu siap membelanya, namun mau dia membujuknya dengan segala macam rayuan pun dia tak akan mau kembali lagi.
"Carl, tidak udah hiraukan makhluk aneh itu sayang, tidak usah! " sakit? Sudah terlalu biasa Chessy rasakan.
"Ayo, " Trisha mengajak Chessy agar segera masuk kedalam mobil, meninggalkan rumah penuh siksaan itu lebih cepat akan lebih baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Flow Of life
WerewolfWARNING 18+ Turning Point Of Life *** "Kau tahu, seperti lebah_" "Saya werewolf. " "Ck! Dengar dulu! " "Ok." *** Bagi Chessy, tak ada hal yang lebih membahagiakan selain mempercayai keberadaan makhluk immortal yang dianggap mitos belaka dari pad...