Happy Reading,
***
Chessy menatap datar Luther dan temannya yang tidak mau Chessy ketahui namanya, kedua pria itu diundang secara pribadi untuk menemui kakeknya, sedang dia kini menunggunya diruang tamunya bersama sang nenek.
Namun, seringai lebar nampak jelas diwajah kedua sahabatnya, tahu apa yang membuatnya bisa seperti itu.
"Tenanglah, tidak apa-apa, " Emma mengelus lengan sang gadis dengan lembut, bagaimana bisa kedua orang tua gadisnya membuangnya hanya karena Chessy bisa melihat bahkan mendengar hal yang tak bisa dirasakan orang lain?
"Grandma? " Anica tersenyum masam menatap sang nenek yang siap untuk tergelak, suaminya sedang berbicara 6 mata dengan warrior yang Chessy katakan selalu terlihat di pos perbatasan, tepat didepan rumahnya.
"Ada apa sayang? " tanya wanita tua itu dengan lembut, ah bagaimana Chessy tak menyayangi nya jika Emma dan Rhett saja memperlakukan nya bagai sebongkah berlian berharga?
"Bagaimana ini? " kedua matanya sudah berkaca-kaca, Trisha ingin menertawakan dengan keras gadis itu.
"Apa? " Emma tidak mengerti, memang terlalu banyak rahasia yang kedua sahabat gadisnya itu telan bulat-bulat, namun, ada apa dengan Anica?
"Janji adalah janji, kau masih ingat apa katamu bukan? " rasanya Anica ingin menjambak habis rambut panjang Trisha, bisa-bisanya dia berkata seperti itu disaat sahabat nya dilanda kebingungan.
"Kalian sudah selesai? " Chessy terlihat menyunggingkan senyum sinis, bangga karena dia bisa membuktikan jika dia sama sekali tak membual.
Dan apa-apaan pula tataan Luther padanya itu?
"Maafkan saya karena saya tak mempercayai perkataan anda nona, " Luther terdengar menghela nafas panjang sebelum meminta maaf pada Chessy karena meragukannya.
"Tidak apa-apa, " katanya sembari tersenyum lembut, dia tak bisa untuk memusuhi mereka, karena memang mereka tak memiliki salah apapun padanya.
Kakeknya menepuk pundak Luther dengan pelan, dan menganggukkan kepala nya, mempersilahkan kedua pria itu untuk kembali melakukan tugas mereka.
"Kakek? " rengek Anica, Rhett menaikkan alisnya bingung melihat Anica yang siap menangis.
"Ada apa girls? " tanya pria itu pada mereka semua.
"Huaaaaaaaa aku tak mau kakek, aku tak mau ikut, " Rhett menatap Anica yang histeris dihadapannya.
"Terima saja kekalahan mu An, " dan kenapa pula cucunya itu terlihat sangat bahagia melihat sahabat nya menangis histeris begitu?
"Huhu aku menang, aku menang! " sorak nya, Trisha? Dia tak ikut dalam pertarungan mereka berdua, dia hanya penonton. Menonton betapa gilanya kedua sahabat nya itu.
"Kakek! Kalian menginap kan? " Rhett menggelengkan kepalanya, tanda jika dia tak akan lama dirumah sang cucu, masih ada banyak pekerjaan yang harus dia selesai kan secepatnya.
"Prahan akan mengamuk jika kakek tak kembali, " ringisnya, sedang Emma hanya mengedikkan bahu begitu tatapan ketiga gadis itu tertuju padanya.
"Kakek pergi dulu, baik-baik kalian disini, ok? " Chessy mendengus, hanya untuk mengklarifikasi statusnya saja dan begitu pulang, tidak menyenangkan sama sekali.
"Apa nenek saja yang menginap disini? " Rhett menatap cucu kesayangan nya itu dengan tajam yang dibalas cengiran tak bersalahnya.
"Ayolah kek, nenek disini? " pintanya, kakeknya itu menggelengkan kepalanya dengan tegas, tak mau berpisah dengan wanitanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Flow Of life
Hombres LoboWARNING 18+ Turning Point Of Life *** "Kau tahu, seperti lebah_" "Saya werewolf. " "Ck! Dengar dulu! " "Ok." *** Bagi Chessy, tak ada hal yang lebih membahagiakan selain mempercayai keberadaan makhluk immortal yang dianggap mitos belaka dari pad...