***
"Lo yakin, ga mau gue anter, Kak?" Seorang laki-laki yang tak lain adalah adik kandungku tengah berdiri di depan pintu kamarnya, menatapku dengan tatapan bingung.
Aku mengangguk, menepuk lengannya beberapa kali."Yakin. Gue bukan anak kecil lagi, gue bisa pergi kemana-mana sendiri, kok."
Dia berdecak pelan."Bukan itu maksud gue. Gue cuma takut lo nyasar. Lo baru pertama kali kesini, sedangkan gue udah sering."
"Ya elah, kan ada hp, gue bisa telpon lo kalau gue nyasar. Ya udah, gue pergi dulu, lo beneran ga mau nitip apa-apa?" tanyaku lagi.
Dia menggeleng."Ga ada, ya udah, sana pergi. Jangan pulang malem-malem."
Aku mengangguk dan berlari kecil menuju rak, mengambil sandal lalu membuka pintu. Udara malam langsung menerpa wajahku begitu aku melangkahkan kaki keluar.
Malam ini cerah, langit malam dihiasi oleh bintang-bintang yang cukup banyak, membuat jalanan terlihat lebih terang dari biasanya.
Mengandalkan ingatanku tadi siang, aku memilih berbelok ke kanan, kemudian berjalan lurus hingga aku menemukan sebuah minimarket di sebrang jalan.
Setelah menoleh kekiri dan kanan, aku segera menyebrang jalan dan memasuki minimarket dan segera mengambil barang-barang yang aku perlukan.
Hari ini, aku baru saja pindah ke kota baru, ayahku dipindahkan kerja disini hingga membuatku dan adikku mau tak mau harus ikut dan juga pindah sekolah.
Hah, padahal aku sudah nyaman sekali berada di sekolah lamaku.
Setelah memastikan bahwa barang belanjaan ku tidak ada yang kurang atau terlupakan, aku bergegas menuju kasir dan membayarnya.
Semilir angin menerpa begitu aku keluar dari minimarket, melirik jam yang ternyata masih menunjukkan pukul setengah delapan membuatku memutuskan untuk berjalan-jalan sejenak di daerah terdekat.
"Tenang ... sambil melihat-lihat, sambil mengingat jalan pulang," gumamku di sepanjang jalan.
Jalanan di sini masih sangat ramai, banyak kendaraan yang berlalu lalang, anak-anak muda seusiaku yang tengah berkumpul bersama teman-temannya, ada pula sepasang kekasih yang tengah bermesraan di depan umum hingga membuatku jijik.
Oh ayolah, aku bukannya anti dengan yang namanya pacaran. Tapi, menurutku, pemandangan di depanku memang sangat menjijikan. Bagaimana tidak, si wanita terus menempel memeluk lengan si lelaki sambil terus mengucapkan kata-kata manis dari mulut mereka. Si wanita beberapa kali terlihat salah tingkah setelah mendengar ucapan lelaki tadi.
Tatapanku beralih ke sebrang jalan, tepatnya di sebuah kaki lima tempat berkumpulnya lima orang laki-laki yang tengah bernyanyi. Yang memegang gitar memiliki suara paling merdu diantara yang lainnya, itu yang kupikirkan setelah mendengar lelaki itu bernyanyi setelah seorang temannya menunjuk dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Siarya
Novela JuvenilNamaku Sia Narendra. Aku hanyalah seorang gadis biasa seperti gadis lainnya, menghabiskan waktu dengan belajar di sekolah, pulang, lalu tidur. Tidak ada yang spesial dariku. Tapi, semuanya berubah setelah aku bertemu dengannya. Tepatnya setelah dia...