9.30 Malam
Suara alunan musik menggema diseluruh penjuru ruangan. Meja-meja yang tertata rapih penuh dengan alkohol dan dessert mewah dengan harapan mengesankan para eksekutif. Obrolan para kolega pun tak luput mengiringi. Tentu saja bukan hanya sekedar obrolan biasa melainkan tentang bisnis, uang. Tidak ada hal lain lagi.
"Pesta yang luar biasa, Max"
"Tentu saja aku bekerja keras menyiapkan semua ini untuk memuaskan tamu tuan Zee haha."
Terlihat Max pengacara hukum Zee yang kini tengah berbincang dengan Tay salah satu kolega Zee.
"Terimakasih atas jamuannya. Kudengar Zee datang kesini untuk mengambil alih BKK Industri apakah itu benar?"
"Tentu. Zee kesini bukan hanya untuk bermain kau tau itu"
"Bolehkah aku ikut haha?, ngomong-ngomong dimana Zee aku belum melihatnya sejak tadi"
"Mungkin dia sedang berduaan ditempat yang sepi dengan seorang wanita yang sangat cantik" gurau Max.
Sementara itu, di sudut ruangan yang cukup sepi terdapat orang yang tengah di bicarakan sekarang.
"Aku sudah bilang kepada sekretarisku untuk mengaturnya, apa dia sudah menghubungimu?" Zee tengah berbicara dengan lawan bicara melalui saluran telepon.
"Ya, dia sudah menghubungiku. Kau tau aku lebih sering berbicara dengan sekretarismu ketimbang denganmu. Aku punya kehidupanku sendiri Zee." Sahutnya
"Yah. Aku menyesal mendengarnya, Tapi kumohon ini minggu yang sangat penting, Aku membutuhkanmu"
"Kau tidak pernah memberitahuku Zee, Kau selalu memperlakukanku seperti orang panggilan. Kau menghubungiku hanya saat kau membutuhkanku, aku lelah. Mungkin sebaiknya memang kita berpisah, mulai hari ini aku akan pindah dari apartmentmu selamat tinggal Zee."
tutt.. tuttt...
"Jennie, Tunggu Jennie. arrgghh" Zee teriak frustasi membanting teleponnya.
Zee mendudukan dirinya ke kursi secara kasar, meraup oksigen untuk menenangkan pikirannya. Merenungkan apa yang akan ia lakukan selanjutnya. Zee selalu punya rencana, selalu tahu langkah selanjutnya baik itu di dunia bisnis maupun kehidupan pribadinya.
Zee bangkit dari posisinya berjalan keluar melewati kerumunan orang yang tengah berpesta ria.
"Zee, Kau mau kemana?" panggil Max ketika melihat Zee, mengikutinya keluar dari pintu samping yang mengarah ke taman.
"Aku perlu waktu sendiri Max" sahut Zee, matanya mengamati mobil yang kini terparkir rapih di parkiran.
"Apakah itu mobilmu" tanya Zee kepada Max sambil menunjuk sebuah mobil sport mewah.
"Hei Zee jangan konyol. Kembalilah kedalam semua tamu tengah menunggumu. Kita bisa membicarakan masalahmu berdua didalam" Max mencoba membujuk Zee.
"Berikan kuncinya" Zee menghiraukan Max, Ia mengulurkan tangan meminta kunci mobil Max
"Zee kau sedang kesal, kau tak boleh mengendarainya sendiri aku akan ikut denganmu" meski berkata seperti itu Max tetap memberikan kunci mobilnya
"Kubilang aku ingin sendiri Max kau paham kan" Zee menggertak Max. Max tahu saat ini Zee sedang kacau, dia bisa melihat dari sorot matanya.
"Tapi Zee kau tidak tau daerah sini, kau bisa saja tersesat" Zee tetap pergi mengemudi tanpa menghiraukan ucapan Max tentang ketidakmampuannya mengemudi di kota yang tidak di kenalnya.
Setelah mengemudi tanpa tujuan dan dengan susah payah karena mobilnya yang tersendat-sendat selama tiga puluh menit, Zee menyadari bahwa dirinya kini jauh dari arah hotelnya. Zee membanting stirnya kekiri untuk mengatur pedalnya. Melihat papan di pinggir jalan, dirinya kini berada di Sukhumvit Road.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pretty Man | zeenunew vers.
FanfictionAdaptasi Movie Pretty Woman 1990 Zee seorang pengusaha kaya raya yang selalu gagal dalam masalah percintaan. Menyewa Nunew seorang pekerja prostitusi yang ia temui dalam perjalanan bisnis untuk menjadi pendampingnya mengikuti event sosial bersama k...