bab 51

1.3K 101 2
                                        

Regan menatap keluar jendela kamarnya dengan kedua tangan yang dimasukkan pada saku celana. Ia baru saja pulang dari kantor karena tadi ada sedikit masalah jadi ia pulang terlambat dan tidak bisa menemui putranya sebelum anak itu tidur. Ya tersenyum kecil mengingat bagaimana putranya yang akan marah jika tidak mendapati ayahnya ada di sampingnya sebelum ia tidur. Vin sangat dekat dengan Regan ketimbang dengan Aquila, anak itu juga lebih suka menghabiskan waktu bersama dengan ayahnya saat libur sekolah. Dia rela hanya berada di kantor bersama ayahnya, dibandingkan dengan ibunya yang sering ada di rumah.

Grep

Regen semakin tersenyum lebar saat merasakan sebuah lengan memeluk dirinya dari belakang. Ya yakin itu istrinya wanita yang tidak bisa jauh darinya meskipun hanya sehari.

"Apa pekerjaan kantor sudah beres?" Tanya Aquila lembut.

"Semua udah beres dan aku juga udah ngatur pekerjaan yang bisa aku lakukan dari Indonesia selama kita ada di sana. Mungkin lusa kita baru bisa datang ke Indonesia, karena besok masih ada beberapa meeting yang harus aku pimpin." Jelas Regan, ia berbalik menatap istrinya. Membalas pelukan wanita cantik itu dengan erat. Tak bisa di pungkiri, jika ia juga sangat merindukan sang istri, walau hanya berpisah satu hari karena pekerjaan.

"Pasti capek banget ya? Sini aku pijat, buat mengurangi rasa lelah kamu." Aquila menarik lengan suaminya untuk duduk di atas ranjang. Lalu ia naik ke atas ranjang dan duduk di belakang rekan untuk mulai memijat pundak suaminya.

"Sayang, sebenarnya aku nggak capek banget sih. Daripada kau pijat mending mending kita persiapan kasih Vin adik." Ujar Regan sambil memegang tangan istrinya yang ada di pundaknya.

"Vin bilang dia nggak pengen punya adik,"

"Dia akan berubah pikiran kalau adiknya udah lahir." Ujar Regan tak mau kalah.

Regan menarik Aquila untuk duduk di pangkuannya, memeluk wanita itu dengan erat dan mencium aroma wangi dari lehernya. Selamat tinggal di negeri orang, Regan benar-benar berusaha untuk membangun kepercayaan yang kokoh pada istrinya. Iya juga selalu berusaha belajar untuk menjadi suami dan Ayah yang terbaik untuk istri juga anaknya.

"Terima kasih karena kamu mau ada di samping aku dan menerima semua kekurangan aku selama ini. Maaf kalau aku bisa belum bisa menjadi yang terbaik untuk kamu, tapi aku akan terus berusaha untuk menjadi yang terbaik agar kamu tetap mau berada di samping laki-laki ini." Ucapan Regan cukup menyentuh Aquila, wanita itu bahkan menangis mendengar pernyataan suaminya.

Iya bahkan masih sering tidak percaya karena menjadi istri dari seorang Regan. Dulu saat sekolah ia hanya mampu melihat rekan secara sembunyi-sembunyi karena kekagumannya. Mengingat dulu iya selalu berdandan seperti seorang gadis cupu karena permintaan kakaknya.

"Kamu udah menjadi suami dan ayah terbaik untuk aku dan Vin, aku juga berterima kasih karena kamu mau menerima wanita tidak sempurna ini untuk menjadi pendamping hidupmu dan menjadi ibu dari anak-anak kamu." Balas Aqila dengan suara bergetar karena menahan isak tangis.

Regan mempererat pelukannya pada sang istri, menenggelamkan wajahnya pada punggung sang istri. Wanita yang entah sejak kapan, bisa membuat hati Regan terbuka. Padahal dulu ia sangat tidak tersentuh, dan enggan memiliki sebuah hubungan.

Cklek

Suara pintu kamar keduanya terbuka lebar, menampakkan seorang bocah tanpan dengan wajah lesunya berdiri dengan memeluk boneka kucing yang selalu ia bawa kemana pun. Melihat kedua orang tuanya yang malah asik berpelukan seperti itu membuat Vin segera berlari. Menerjang ibunya untuk masuk ke dalam pelukan wanita itu. Ia tidak bisa langsung memeluk ayahnya, karena posisi sang ibu sedang ada di pangkuan sang ayah.

Regan dan Cintanya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang