1. Seandra

54 12 85
                                    


◇SEANDRA◇





Suara burung yang terus berkicau riang di luar jendela membuat seorang lelaki dengan kaos polos berwarna hitam itu terbangun dari tidurnya.

Ia mengusap lembut kelopak matanya dan menghirup napas panjang yang mengisi ruangan. "Ukhh masih hidup."

Rafandra Askarava, dengan tatapan yang penuh karisma, memancarkan keberanian dan kepercayaan diri saat ia berdiri dengan tegak. Meskipun tingginya tidak mencolok, aura yang ia pancarkan berhasil menarik perhatian banyak orang di sekitarnya.

Setelah melewati malam yang dingin dan tak nyaman, Rafandra terbangun dengan rasa pegal yang melintasi setiap serat tubuhnya. Lantai yang keras dan tanpa kasur telah membuat tidurnya menjadi tantangan tersendiri. Ia mengangkat dirinya dari lantai dingin dengan tekad yang tak tergoyahkan, siap menghadapi hari yang baru dengan semangat yang menggebu-gebu.

Tanpa berlama-lama, Rafandra bergegas untuk membersihkan dirinya, setelah selesai dengan kegiatan mandi, Rafandra memakai baju seragam sekolah yang tampak kecil di tubuhnya.

Sebelum ke sekolah, anak mandiri ini harus bekerja demi memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Rafandra memang masih mempunyai orangtua, bahkan dia punya 3 orangtua. Bukan berarti Rafandra bisa bahagia mempunyai banyak orangtua dan mendapatkan kasih sayang. Tidak, bahkan dari 3 orangtuanya saja.. dia tidak bisa merasakan satu pun kasih sayang.

Rafandra melangkah keluar dari pintu rumahnya, dan tak lama kemudian, panorama laut yang memesona dengan ombak yang perlahan bergulung ke tepi pantai mulai terhampar di hadapannya.

"Laut selalu cantik." Seperti menyentuh hatinya dengan kelembutan, pemandangan indah ini memberikan Rafandra sedikit kelegaan dan kedamaian di setiap pagi yang ia sambut.

Dalam sekejap, Rafandra dengan sigap menggulung celananya hingga setinggi lutut agar ombak-ombak kecil tidak membasahi celananya.

"Andra! Jangan lama-lama."

Rafandra menoleh ketika namanya di panggil, itu pamannya. Rafandra bekerja di tempat pamannya. Memang cuma pekerjaan biasa, tapi bisa menghasilkan uang. Rafandra sering memakai uang hasil pekerjaannya ini untuk jajan di sekolah.

"Iya paman, ini Andra udah siap." Rafandra mulai mengangkat ember besar yang berisi ikan itu menuju ke pasar.

Ya, paman Rafandra bekerja sebagai nelayan, dan tugas Rafandra hanya mengangkat ember yang berisi ikan itu ke pasar yang jaraknya tak terlalu jauh. Walaupun begitu, Rafandra harus bolak-balik untuk membawa ember yang berisi ikan-ikan besar untuk di jual.

Dan kenapa pamannya Rafandra tidak memakai alat transportasi untuk mengantar ikan? Di Desa ini, untuk menyewa mobil, motor atau semacamnya.. itu mahal. Maka dari itu, para nelayan lebih memilih untuk mengantarnya sendiri atau mempekerjakan seseorang.

Tanpa disadari, Rafandra sudah selesai dengan pekerjaannya. Dia mengipas wajahnya yang dibanjiri keringat. "Paman, hari ini banyak. Dapat tambahan kan?"

Paman Rafandra memutar bola matanya dan berbicara dengan nada sarkas. "Gak ada! Hari ini gak ada. Besok saya kasih uangnya, kamu tau? Ikan makin gak ada harganya sekarang. Jadi, saya tunda dulu. Mungkin besok saya kasih uangnya."

Rafandra menggeleng tak terima. "Enggak bisa gitu! Udah dua hari Andra gak di kasih uangnya. Paman.. Andra mohon, dikit juga gak papa. Andra gak punya uang buat makan," ucap Rafandra memohon.

"Kamu tuli? Saya bilang gak ada, ya gak ada! Sana pergi, saya sibuk."

Rafandra tetap menggeleng dan kembali memohon. "Paman.. Andra gak bisa. Gimana caranya Andra belajar nanti di sekolah kalau perut Andra lapar? Dua hari.. Andra gak makan selama dua hari. Paman An–"

SEANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang