00 - SL

997 58 1
                                    

"Kalian jahat, manusia manusia jahat! Ini rumahku, kalian tega sekali ingin menggusur rumahku!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kalian jahat, manusia manusia jahat! Ini rumahku, kalian tega sekali ingin menggusur rumahku!"

Para pekerja yang memakai helm proyek itu saling memandang bingung. Sudah dari tadi mereka mengusir anak kecil yang menghadang di depannya, tetapi tetap saja anak itu tidak juga pergi dan malah terus diam seraya berteriak sambil menangis. Jika sudah begini, para pekerja itu menyerah, lebih baik Tuannya saja yang mengurus anak kecil itu.

*****

"Kalian mengusir anak kecil saja tidak bisa? Apalagi hanya anak perempuan? Lemah sekali kalian!" Bentak Akira seraya berjalan menuju anak kecil yang menghadang pekerja proyeknya.

"Mana anak itu?"

"Di sana, Tuan" tunjuk salah satu pekerja mengarahkan pandangan tuannya pada anak kecil yang sedari tadi mengganggu mereka

Akira melihat arah yang ditunjuk pekerjanya, dalam hati dia berdecih ketika melihat seorang anak kecil yang berjongkok memainkan batu batu di tanah. Anak kecil itu tampak rapuh dan lemah, bisa-bisanya para pekerja yang dia bayar tidak bisa mengusir anak kecil itu?

Tanpa berlama-lama, Akira langsung menuju anak kecil itu yang masih dalam posisi berjongkok memainkan batu di tanah.

"Hei!" Panggil Akira agar anak itu menghadapnya

Anak kecil itu yang melihat ada sepatu boots diam di hadapannya langsung mendongakkan kepalanya, menatap seseorang yang memakai sepatu boots dan yang baru saja memanggilnya.

Akira terpaku pada mata anak kecil yang mendongakkan kepalanya dan berani membalas tatapannya. Wajah anak itu terlihat kotor, begitupula baju dan celana yang ia pakai, sudah kotor terkena tanah. Entah dimana orangtua anak kecil yang masih berjongkok di bawahnya ini, seakan-akan anak ini tidak ada yang mengurusnya.

"Kenapa paman?" Tanya anak itu masih dalam posisi yang sama

"Paman?" Ulang Akira menyebut panggilan yang diberikan anak kecil di bawahnya. Akira perkirakan anak perempuan ini berumur 10 atau hanya beda 7-8 tahun dengannya, dan bisa-bisanya anak ini memanggilnya paman?

"Dimana orangtuamu?"

"Kenapa? Kenapa kalian mencari orangtuaku? Disini hanya ada aku! Bicara saja padaku!" Ucap anak itu berani.

"Tidak seharusnya kau bermain di tempat seperti ini, tempat ini akan ku bangun penginapan. Jadi pergilah, main ditempat lain"

"Pergi? INI DAERAH RUMAHKU, PAMAN! Kenapa kau mengusirku? Kalian memang jahat!" Teriak anak kecil itu dengan lantang

Akira spontan terkejut mendengar teriakan anak itu, benar-benar anak perempuan yang berani.

"Astaga, aku sudah memberikan uang ganti rugi kepada orang-orang yang tinggal di daerah ini, apa tidak cukup?"

"Uang ganti rugi? Apa itu? Orangtuaku berkata tidak mendapatkan uang apapun atas penggusuran rumah kami" ucap anak kecil itu kebingungan

"Tidak mendapatkannya? Siapa nama orangtuamu?" Tanya Akira bertanya kembali

"Tidak tahu. Aku tidak mau memberitahumu, paman"

Akira menghembuskan napasnya, berusaha menahan sabar, "baiklah, kalau gitu siapa namamu?"

"El-"

Belum sempat anak itu menyebutkan namanya, ada sebuah suara menginterupsi pembicaraan mereka.

"HEI!" Akira dan anak kecil di depannya menoleh ke arah orang yang memanggilnya.

El berdiri saat melihat orang yang ia kenal memanggilnya, bang Agam. Teman sekaligus tetangganya.

"Apa?" Tanya El menyahuti

"Cepat balik, hari sudah mulai gelap. Biarkan saja orang-orang itu melakukan sesuka mereka" ucapnya mengajak El pulang.

"IH! AKU GAMAU DIUSIR!" Teriak El marah

"Biarlah, El. Kita kan dikit lagi mati, jadi biarlah mereka yang hidup lebih lama melakukan apapun" anak lelaki itu berbicara, pasrah dengan apapun yang orang-orang kaya lakukan. Toh, dia tidak punya apa apa untuk menghentikan perbuatan manusia manusia itu.

El menangis, "KALIAN MANUSIA MANUSIA JAHAT!" teriak anak itu sambil menangis dan berlari kencang setelahnya, pergi meninggalkan Akira yang sedari tadi hanya diam mendengarkan pembicaraan anak kecil yang bernama El, dengan lelaki yang tadi berbicara dengan anak itu.

Entah mengapa, tangisan anak perempuan itu mengusik hatinya. Membuat perasaannya sedih, seolah-olah hatinya dicabik-cabik oleh sesuatu yang asing. Akira tidak menyukainya, tidak menyukai perasaan yang saat ini ia rasakan.

Akira membalikan badannya, menghadap pekerja proyek yang berbaris dibelakangnya, ternyata sedari tadi mereka melihat kejadian yang terjadi sebelumnya.

"Hentikan pekerjaan untuk sementara" ucap Akira seraya berjalan menuju mobilnya dimana asistennya sudah menunggu.

"Kumpulkan pekerja yang terlibat dalam proyek ini di ruang rapat, kita bicarakan setelah saya tiba disana" ucap Akira memberi perintah.

"Baik, tuan"

"Baik, tuan"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sweet Lie'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang