CETAKKK!!
"Arghhhh!!"
"Wuhuuuu!! Mena kono sekai wa!" pemuda itu bersorak heboh dengan kedua tangan di rentangkan dan melihat langit-langit seolah ada beberapa bintang yang bertaburan di sana.
Juan, pemuda itu kini hanya merengut karena ia kalah dalam permainan berbeda dengan Riki yang tengah bersorak ria.
Juan menatap jam di dinding dan seketika ia teringat sesuatu, pemuda Andreas itu bergegas keluar membuat Riki kebingungan karena raut wajah anak itu yang kini terlihat panik.
"Eh! Ju? Tungguin napa!" Riki segera menyampirkan tas ransel-nya di sisi kiri lalu berlari menyusul sang teman.
Saat tungkai itu tengah melangkah, tiba-tiba saja ia berhenti karena melihat sosok itu tengah berdiri di hadapannya dengan beesedekap dada serta raut wajah yang terlihat kecewa?
"Juan? Kamu ke warnet lagi?" Tanya seorang wanita berkelapa tiga itu yang hanya dibalas cengiran oleh anak semata wayang-nya.
"Maaf ma, tadi Riki yang ajak," ujar-nya sambik menggaruk belakang telinga yang tak gatal.
Hanya helaan nafas sang ibu yang ia dengar, jujur sebenarnya ia merasa tidak enak hati.
"Mama udah bilang ke pasar kenapa kamu ke warnet?"
"I-itu ma, Riki-"
"Jangan salahin Riki! Kamu juga sama aja!" Juan hanya bergeming mendengar omelan sang ibu, beberapa kali merapalkan kata maaf yang hanya dibalas helaan nafas.
Tangan lentik itu mengulur mengeluarkan lembaran uang dan dengan senang hati diterima oleh Juan. "Jangan ke warnet lagi! Mama tunggu jangan sampai pulang telat!"
Senyuman itu merekah hingga menampilkan lesung pipi, satu tangannya terangkat di ujung alis dan tubuh-nya sengaja ia tegak-kan. "Ay! Ay! Captain!"
+ו••Accident•••×+
Kini kedua pemuda itu tengah berkeliling menyusuri pasar. Sebenarnya ia tak suka dengan aroma campuran itu bahkan bau menyengat itu bisa membuat ia mual tapi apa boleh buat? Ini perintah sang ibu tentu saja itu sulit untuk di tolak.
"Ju? Masih lama, gak?" tanya Riki sambil berdecak dan berkacak pinggang menunggu sang teman membeli beberapa keperluan dan bahan makanan.
"Kenapa ke supermarket aja si?"
"Gak tau! Nyokap gue yang nyuruh," ucap Juan abai sambil tungkai-nya tak berhenti melangkah kesana kemari.
Setelah beberapa waktu akhirnya ia selesai dengan keperluan-nya kini mereka berdua keluar dari arena pasar dan berniat untuk pulang. Namun, mata kucing itu menangkap sosok yang sangat ia kenali.
"Yogi? Ngapain dia?"
Tiba-tiba ia merasakan pundak sebelah kanan-nya berat dan saat ia menoleh ia hanya menghela nafas berat karena lagi-lagi lelaki aneh itu datang begitu saja.
"Kok diem aja? Lawan dong,"
Juan tak mengindahkan ucapan itu, ia hanya terus menatap Yogi Pratama itu yang tengah memalaki seorang berpenampilan kutu buku.
"Lo emang pada dasarnya pengecut! Juan Andreas."
Tindakan Antonio itu sungguh membuat Juan terkejut, bagaimana tidak? Antonio mendorong punggung lebar Juan ke arah mereka berempat membuat atensi-nya beralik kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTONIO
Action"Lo siapa?!" "Gue? ... Antonio. Alter ego, lo." Bukankah itu membingungkan? bagaimana jika diri kalian menemukan sosok yang sama seperti kalian dan mengaku bahwa ia masih menjadi bagian dari dirimu. Apa yang akan kamu lakukan?