02. That Guy?

5 2 0
                                    

~kringggg






















Suara bel terdengar dan semua murid berlomba-lomba keluar kelas, suara riuh memenuhi sesisi gedung membuat mereka tak lain berdesak-desakan untuk dapat posisi paling depan mengambil jatah makan siang mereka.

Juan, pemuda itu tengah mengunyah dengan kedua netra ia fokuskan kepada pria berdarah campuran Jepang itu dengan tatapan bingung.

"Kenapa si? Segitunya lo belain gue waktu itu,"

Riki berdecih dan menyuapkan sesendok nasi ke mulutnya, "siapa juga yang nolongin elu, gue gak terima aja dihina sama si Yogi itu." ucapnya dengan ketus.

"Yaelah, gue tau banget lo kayak gimana gak usah denial."

Riki tak merespon, ia hanya fokus menyantap jatah makan siangnya tanpa mengatakan sepatah kata pun lagi.

Hingga...
















"Juan Andreas!"














Kantin yang semula ramai tiba-tiba hening mendengar suara lantang seorang pemuda tampan dengan perawakan tinggi berdiri dengan kedua tangan ia saku-kan.

Manik tajamnya menatap sengit ke arah pemuda bermata kucing dengan jarah 1,5 kilometer.

Tungkai panjangnya melangkah mendekati sang target yang tengah menatapnya takut-takut, semua atensi tertuju padanya tak sedikit pula yang memuja muja karena wajah tampan paripurna-nya.

Ia berhenti tepat di meja yang Riki dan Juan tempati, sang empu masih memfokuskan pandangan menatap manik polos itu yang membuat siapa saja mungkin akan merinding.

"Pulang sekolah lo temuin gue di lapangan!"

Juan terhenyak, ia tak mengerti mengapa ia harus menemui pemuda tampan itu? Bertegur sapa saja tidak pernah lalu untuk apa ia harus menemuinya? Juan tidak pernah berurusan dengan mereka yang tak lain kakak kelas-nya.

"Ada apa lagi dengan para opet itu," celetuk Riki menatap datar sambil menggelengkan kepalanya.

"Kenapa, ya? Kok bisa kak Satya nemuin anak gila itu?"

"Masa iya, dia merasa tersaingi?"

"Tersaingi sama orang gila? Yang bener aja kocak!" Bisik para siswa yang sebenarnya Juan bisa mendengarnya jelas.

"Eh Juan gila! Awas lo macem-macem sama ayang gue!" Hardik seorang perempuan berambut panjang dengan wajah cantik-nya bak bidadari.

"Ngapain orang gila bersanding sama pangeran?!"

Suara tawa menggelegar mengisi penjuru ruangan, sang empu hanya menunduk mendengar kalimat menyakitkan itu. Sebetulnya ia sudah biasa mendengar julukan anak gila namun kali ini bener-bener keterlaluan, hatinya sakit bahkan lebih sakit dari sebelum sebelumnya.

Atmosfer seolah berubah, tubuh Juan mulai memanas dan wajahnya mulai memerah kedua matanya mulai merabun, buliran bening itu akan siap berjatuhan jika saja ia berkedip.

"Wuuuu!! Anak gila sok sok-an! Wuuu!" Beberapa anak mulai melempari makanan ke arah Juan bahkan tak sedikit pula yang melempar sendok mereka.



















BRAK!!!











"GUE GAK GILA! GUE WARAS! GUE GAK GILA!!" Teriak Juan dengan suara lantang membuat mereka semua terkejut.

ANTONIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang