Jam yang tertera pada arloji Hiero menandakan bahwa ini bukan waktu yang tepat untuk duduk santai di kantin outdoor FEB. Matahari tengah bersinar seterik-teriknya, tepat menghujani wajah Hiero dan teman-temannya dengan sinar UV.
"Ro, PS apart Jisnu?"
Hiero lanjut mengetik entah-apa di ponselnya setelah menoleh tanpa minat. "Sikon."
Jisnu-salah satu sohib Hiero-mendecak sebal. "Sikon mulu pala lo lima!"
"Gue sorean aja dah, ke sana," lanjut Hiero, masih dengan wajah datarnya.
"Bener, ya?" Jisnu mengacungkan kelingkingnya ke arah Hiero seperti anak kecil. Hiero menautkan kelingkingnya dengan milik Jisnu, mengiyakan apa saja yang dikatakan bocah yang setahun lebih muda darinya itu.
Hiero, Jisnu, Joel, dan Gio lanjut menyeruput es kelapa mudanya yang tak habis-habis. Tak lama kemudian, kesunyian kantin tengah hari ini dipecahkan oleh tawa nyaring yang keluar dari salah satu murid FSRD yang lewat.
"Manu cakep amat," gumam Gio, sengaja menyenggol Joel.
Balasan yang Gio dapatkan tak kurang dari satu tojosan mengenai kepala serta peringatan dari Joel. "Adek gue!"
Gio terbahak, lalu memanggil kedua mahasiswa yang lewat tadi. "Manu! Aca!"
Yang dipanggil menoleh, lalu menghampiri. Manu tersenyum tipis, "Kak Jisnu," sapanya.
"Alah, gue nggak disapa!" umpat Gio dan Joel bersamaan.
"Joel 'kan udah disapa tadi."
"Kapan?"
"Tadi pagi di rumah."
"Ah, sialan."
Joel menyeruput es kelapa muda miliknya sampai habis. "Untung gue sabar banget jadi kakak."
Gio tergelak, walau kali ini sudah terhitung keberapa kali ia mendengar Manu memanggil Joel tanpa embel-embel 'Kak'. "Kak Gio," lanjut Manu menyapa.
Kakak yang lagi satu memang jarang disapa. Karena jika tidak dibalas hanya dengan sebuah "Hm." ya tidak digubris. Manu dan Tashya jadi agak segan menyapa.
"Berdua doang? Bocah yang lagi satu mana?" celetuk Jisnu.
Tashya-barusan dipanggil Aca-mengedikkan bahu tanda tak tahu. "Lagi bikin cangkir-cangkiran kayaknya. Tadi gue cari satu gedung nggak ada."
"Lho, bukannya satu fakultas sama dia?" Jisnu bertanya.
Aca membalas dengan anggukan. "Tapi barusan beda matkul, Kak."
Ketiga kepala milik Jisnu, Joel, dan Gio mengangguk serempak. "Ya udah, makan sana."
"Iya, Kak."
"Joel, pinjem duit."
"Emang duit lo kurang dari Papa?" tanya Joel kepada adiknya. "Mau beli apa?"
"Goceng aja mau beli bakso. Uang gue mau pake beli kaos kaki nanti," jawab Manu.
Tanpa babibu, Joel segera mengeluarkan dompetnya dan memberikan selembar uang biru kepada Manu. "Bakso goceng nggak dapet apa."
Manu tersenyum kecil. "Makasih Kakak."
"Yeu! Baru gini aja pake 'Kakak'!"
Manu dan Aca sudah keburu lari duluan.
"Cabut."
Sebuah suara yang tadi terdiam keluar kembali. Hiero mengambil tas ranselnya yang barusan ia letakan seadanya menyandar ke kursi.
"Rumah bokap?"
KAMU SEDANG MEMBACA
About Time
Teen FictionSejak Hiero menginjak umur empat belas tahun, banyak tante, om, sepupu, bahkan anggota yang tak ia kenal dari keluarga Ayah suka bertanya, "Hiero pas gede mau jadi apa?" Hiero hanya tersenyum tipis, tidak tahu harus menjawab apa. Visualisasi cita-ci...