3

836 31 186
                                    

Kalo gak suka, bisa skip. Gak perlu bertele-tele di ceritaku. Tq.

×××××



5 hari kemudian,

Ryan kini berada di depan Kevin Fans, sang protagonis pria, sedang makan siang bersama.

Tunggu...! Tunggu...!

Bukan Ryan yang menginginkannya tapi dia dipaksa oleh Kevin untuk makan siang bersama. Jika dia tidak mau Kevin sialan itu akan memotong gajinya bulan ini.

"Ryan, Mau makan apa?" Tanya Kevin dengan lembut.

"Tidak, Aku tidak lapar!" Ryan menjawab dengan kasar sambil menyilangkan lengannya di dada.

Yah, Ryan sebenarnya masih kesal dengan Kevin karena memanfaatkan Ryan asli untuk memenangkan hati Claretta, sang protagonis wanita.

Claretta Smith, ternyata adalah sepupunya. Jadi dengan mendekati Ryan, Kevin selalu bisa melihat Claretta yang juga tinggal serumah dengan Ryan.

"Aku akan memesankannya untukmu sekali, aku tahu kau pasti lapar, kan?" Kevin tersenyum menawan pada Ryan. Namun dibalas dengan tatapan jengkel oleh Ryan.

Ryan tidak menjawab dan hanya mendengus. Pelayan yang mengambil pesanan mereka ragu-ragu untuk menulis pesanan mereka.

"Hmm," Kevin berpikir sejenak. "Dua spaghetti Carbonara dan jus apel." Pesan Kevin.

"Itu saja?"

"Iy–"

Kevin ingin mengangguk tapi Ryan tiba-tiba menyela dengan malu-malu untuk memesan pencuci mulut.

"Aku mau kue coklat dengan es krim strawberi di atasnya." Pesan Ryan tanpa menatap Kevin yang sepertinya sedang menahan tawanya.

"Ah, oke..." Pelayan itu mengangguk sambil nyengir sebelum mengambil langkah untuk mengantar pesanan mereka di dapur.

Setelah pelayan itu pergi, Kevin terus terkekeh sambil menatap Ryan yang memalingkan wajahnya ke samping dengan daun telinganya yang memerah.

"Kau tsundere juga ya." Kata Kevin.

"Diam!" Protes Ryan. Lalu, mendengus

‘Sial, kenapa plotnya jadi seperti ini?!! Bukankah Kevin sialan ini seharusnya makan siang dengan Claretta?’

•••

Setelah makan siang bersama, Kevin mengajak Ryan jalan-jalan di taman dekat dengan perusahaannya.

Ryan pada awalnya menolak ajakan tersebut karena katanya ada pekerjaan yang harus diselesaikan hari ini. Tapi Kevin dengan santai mengatakan bahwa perusahaan itu miliknya.

Jadi jika Ryan tidak menyelesaikan pekerjaannya karena dia diajak jalan-jalan oleh CEO perusahaan. Salahkan saja CEO-nya nanti. Bukan?

Ryan langsung terdiam dan memasang ekspresi malas dan mengantuk di wajahnya. Otaknya masih anak SMA tapi setelah bertransmigrasi dia harus menggunakan otaknya untuk mengerjakan pekerjaan orang dewasa.

Untung dia memang anak yang pintar!

Tapi itu tetap saja membuatnya tertekan dan ingin menangis setiap kali melihat berkas-berkas menumpuk di mejanya.

"Kenapa kau tiba-tiba berubah sekarang? Kau sangat kasar padaku. Apakah kau sudah berubah hati sekarang? En?" Kevin menatap Ryan yang hanya terdiam dari tadi.

Ryan menjawab acuh tak acuh dengan wajah dingin dan mengantuk, "En."

"Apakah kau benar-benar sudah menyerah untuk mendapatkan cintaku?" Tanya Kevin lagi.

Ryan hanya mengangguk pelan.

Yah, seperti di novel aslinya kalau Kevin sudah tahu tentang perasaan Ryan padanya. Itu sebabnya dia memanfaatkan Ryan yang bodoh itu.

Tapi kali ini Ryan tidak akan bodoh lagi. Ia hanya ingin menjalani hidupnya dengan damai dan harmonis tanpa terlibat dengan para tokoh utama dalam novel tersebut.

"Jika aku–"

"Uwahh..." Tiba-tiba Ryan menguap dengan mata sedikit menyipit karena terlalu mengantuk.

"Apa kau lelah?"

"En, aku mengantuk. Kepalaku juga sedikit pusing." Ryan kembali menguap.

"Kalau begitu kau bisa tidur di ruanganku, kalau kau mau."

Ryan mengangguk cepat tanpa curiga. "En, tentu saja aku mau!"

Kevin langsung tersenyum lebar dan mengelus ringan kepala Ryan. Namun, apa yang ada di pikiran Ryan sekarang adalah tidur, tidur, dan tidur.

Dia ingin bermalasan sebentar!

.
.

To be continued.

(BL) FIGURAN | ON GOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang