• TAEYANG JOUVAL KANTATA and EUNWOO ARVANKA KANTATA : Dua Saudara

131 15 21
                                    

2020, Januari.


"Nyokap lo, baik, 'kan?"

Satu pembicaraan itu dibuka oleh Taeyang Jouval Kantata, ketika makanan pesanan mereka telah diantar oleh pelayan, di sebuah diner, tempat mereka bertemu. Bukan di ibukota, namun di kota Kolenmijn tepatnya. Karena memang di sela waktu kosong itu, Taeyang yang mendatangi saudara setengah darahnya.

Adalah Eunwoo Arvanka Kantata, yang memilih untuk pindah dari ibukota bersama ibunya sejak umur lima tahun. Keputusan itu diambil oleh sang ibu, yang merasa muak dengan kehidupan di kota besar, selagi pekerjaannya memang tak mengharuskan ia keluar dari rumah. Terlebih, sebagai programmer, sang ibu lebih memilih untuk mengambil pekerjaan di luar Negeri, tanpa harus berpisah dengan anak, maupun suaminya.

Dengan penuh pertanyaan, Taeyang memperhatikan Eunwoo, sembari membuka saus sachet dengan giginya.

Sedangkan Eunwoo saat itu perlu menarik napasnya pelan, lalu menjawab pertanyaannya. "Baik. Nyokap lo gimana?"

"Baik juga." Taeyang tak butuh waktu untuk menjawab, mengeluarkan seluruh isi saus tomat tersebut pada wadah kertas makanannya, lalu mengemut bungkusan saus untuk sisa terakhirnya. "Gimana hasil diskusi sama bokap? Dapat jalan keluar gak?"

Tahu bahwa itu akan menjadi topik mereka, di pertemuan yang jarang dilakukan itu, Eunwoo terkekeh sembari mencoba membuka bungkusan saus miliknya. "Bisa gak sih, kita ngomongin hal lain aja, setiap ketemu?"

"Gak bisa." Taeyang menjawab santai, lalu mengambil alih sachet tersebut dan membukakannya untuk Eunwoo. "Soalnya kita ujian kelulusan SMA bulan April nanti. Lo juga pasti dapat surat undangan masuk UBB, karena lo pintar."

"Gak yakin."

Taeyang menatapnya dengan tatapan, 'jangan pura-pura bodoh', yang mana membuat Eunwoo menghela napas, dan menerima sachetnya kembali untuk dituangkan. 

"Gue gak mau nerusin bokap, Tae." Eunwoo mengeluh, merasa berat sendiri saat mengatakannya. "Ayolah."

"Makanya, memang gue, 'kan?" Taeyang bertanya balik. "Bokap cuma minta lo masuk UBB juga. Udah. Gak perlu lo nerusin legasinya walau kebetulan kita ada di angkatan yang tepat."

Agak menaruh bungkusannya kasar, Eunwoo membalas, "makanya gue gak mau masuk UBB. Gue gak bisa ngebayangin orang yang dekat sama gue, teman-teman gue, taunya bagian dari organisasi bangsat, atau bahkan bisa jadi budak."

"Keep your voice low." Taeyang memperingati, sembari memperhatikan sekitar. Sebelum dirinya agak mencondongkan tubuh, untuk menatap Eunwoo lebih lekat. "Gue paham. Lo pasti berat karena--"

"Karena nyokap gue budak, sedangkan nyokap lo cinta matinya bokap." jawab Eunwoo, sinis, lalu memilih untuk mulai mengambil kentangnya, sambil agak menggelengkan kepala. "Capek gue mikirinnya, Tae."

Taeyang tak menjawab, diam memperhatikan, karena paham betul bahwa Eunwoo terluka.

"Lo bayangin aja; bokap nikahin nyokap cuma biar bisa diatur. Bokap sengaja ninggalin nyokap lo. Taunya malah... sebulan sebelum nikah, mereka ngewe dulu dan lo lahir. Anjing, 'kan?" lanjut Eunwoo, yang kemudian memakan kentangnya.

Tak ada jawaban dari Taeyang.

Eunwoo tersadar dan terbawa emosinya, membuatnya berhenti mengunyah dan melirik Taeyang, sambil bergumam, "sorry, Tae. Gue gak maksud..."

"Bukan salah lo." Taeyang tersenyum.

Agak malu karena tiba-tiba emosi, Eunwoo juga membalas. "Lo lahir juga... bukan salah lo. Sorry..."

ARCHIVE - SEASON 3 (OCTAGON UNIVERSE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang