*APRIL CHALLENGE*
Tema: SELINGKUH
Genre: Roman
Sub genre: Bebas pilih, boleh lbh dr 1 (horor, komedi, gore, religi)
1. Anak Punk
2. Buaya buntung
3. Batang Tegang
4. Lingerie bolong
5. Titid portable
.
.
.
Langit sore di kota Bije hari ini tampak cerah. Secerah hati seorang gadis bernama Jeje yang tengah duduk di sebuah bangku di taman kota.
Hari ini Jeje hendak bertemu untuk pertama kali dengan kekasih online-nya. Mereka berjanji untuk bertemu di taman kota Bije tepat pukul 10 pagi dan Jeje sungguh tidak bisa menahan perasaan berbunga-bunga yang dia rasakan. Dia bahkan sudah datang ke sana sejak jam tujuh pagi.
Dua tahun menjalani hubungan tanpa bertemu, Jeje juga sudah menghafal kebiasaan sang kekasih yang mengaku Anak Punk. Jeje menerimanya dengan senang hati seperti apa pun penampilan kekasihnya. Dia merelakan pekerjaan hari ini demi pergi ke kota tempat tinggal Bobi—sang kekasih online—yang tinggal di Bije.
Gadis berusia 27 tahun itu terkikik kala menatap ponsel yang memutar video percakapan mereka saat melakukan video call.
“Andai batang tegang itu bisa melayang ke sini melalui kurir, pasti aku akan senang. Mengapa tidak dikirim saja?” goda Jeje dalam video itu.
“Memangnya Ayang pikir ini titid portable? Awas saja kalo ketemu malah lari ...,” jawab Bobi tidak kalah manjanya.
Jeje rupanya tidak sadar memutar video terlalu keras sehingga menimbulkan bisik-bisik dari orang sekitar. Apalagi video itu terdengar oleh seorang perempuan bernama Ara yang kini memicing tajam di belakang Jeje.
Apa benar itu suamiku? Awas saja kau! Dasar buaya buntung! Ternyata di belakangku begini kelakuanmu!
Wanita bernama Ara pergi dari sana. Menuju sebuah mobil yang mana di sana suami dan anaknya tengah menunggu. Pantas saja tiba-tiba dia ingin membeli rujak yang tidak jauh dari sana. Ternyata insting seorang istri benar-benar tidak bisa diremehkan.
Setelah sekian lama curiga dengan tingkah suaminya, akhirnya kini dia melihat sendiri seperti apa kebenaran itu. Hanya saja dia masih butuh kepastian. Apakah benar lelaki di layar ponsel itu suaminya? Walau dari suara dan latar tempat sangat dia kenali, tetapi penampilan itu tidak pernah dia dapati lagi semenjak sang suami menikah dengannya.
Ara mencoba menarik sudut bibir. Tersenyum manis seperti biasa lalu membuka pintu mobil.
“Bagaimana, Sayang? Dapat rujaknya? Kalau sudah dapat kita pulang, ya. Aku ada keperluan mendadak nanti jam sepuluh.”
“Tentu, Sayang. Antar aku pulang dulu karena aku tidak sabar untuk mengunyah rujak dengan gigi tajamku,” desis Ara dengan senyum yang menurut Bobi terlalu lebar.
Bobi merinding seketika. Ada apa dengan istrinya?
Akhirnya karena waktu sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh, Bobi tidak ingin memikirkan hal lain lagi. Dia tidak sabar untuk bertemu Jeje yang selalu menggodanya dengan binal. Kali ini dia benar-benar memberanikan diri untuk menemui Jeje setelah dua tahun dengan pengecutnya menolak bertemu. Dulu dia selalu takut ketahuan. Akan tetapi kali ini dia benar-benar tidak sabar. Lingerie bolong yang selalu digunakan Jeje saat video call dengannya benar-benar menghancurkan setitik iman yang dia miliki.
Bobi sudah termakan nafsu setan. Perselingkuhan yang selama ini hanya dilakukan di depan layar akan menuju tahap paling menjerumuskan dalam kehancuran. Sayangnya Bobi tidak menyadari hal itu.
***
Pukul sepuluh tepat waktu, Bobi datang ke taman yang tadi dengan tampilan yang berbeda. Jika bersama istrinya dia selalu tampil rapi dan sederhana, kini dia mengenakan anting-anting dan aksesoris lainnya.
Rambut yang tidak sempat diwarnai hanya diikat ke atas membentuk seperti rumah spongebob. Bibir dipoles warna hitam juga eyeliner memenuhi matanya. Tampilannya benar-benar mencerminkan bahwa dia benar-benar anak punk.
“Ayang Bobi?”
Gadis cantik bernama Jeje itu berdiri dari duduknya. Pantatnya lumayan kram karena duduk terlalu lama. Salahkan saja dirinya yang tidak sabar.
Dengan bibir mesem-mesem, Bobi berjalan menghampiri Jeje. Ternyata sang kekasih benar-benar lebih cantik dari pada di layar ponsel. Tubuh jangkung dengan kaki panjang yang mulus itu membuat Bobi menjilat bibirnya mesum. Apalagi bagian depan yang menonjol itu sungguh menantang. Berbeda dengan milik Ara yang sudah menyusui.
Ah, Bobi benar-benar tidak sabar.
Mencoba menahan hasrat, Bobi bersikap tenang. Namun, sayangnya gadis dengan dress selutut itu langsung melompat memeluknya membuat Bobi hampir oleng.
“A-ayang?”
“Mengapa malu-malu? Bukankah kita pacaran sudah lama? Ayo pergi ke rumahmu,” ujar Jeje. Dia benar-benar ingin segera membicarakan hubungan ke jenjang yang lebih serius.
Gadis dengan rambut panjang digerai itu benar-benar mencintai Bobi. Bahkan mereka sudah layaknya suami istri jika mengobrol lewat HP. Dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan saat Bobi mengiyakan ajakannya untuk bertemu.
“Hai!”
Sapaan seorang wanita membuat Jeje dan Bobi menoleh.
Berbeda dengan Jeje yang menatap bingung, Bobi sudah pucat pasi wajahnya. Dia bahkan kini hanya menunduk tidak berani menatap Ara yang entah mengapa bisa ada di sana.
“Ya? Ada yang bisa dibantu?” tanya Jeje sedikit sebal. Mengapa kencan pertamanya ada yang mengganggu?
“Bukankah Nona ingin ke rumah dia? Ayo sekalian. Aku akan mengantar dengan senang hati,” ujar Ara dengan senyum semanis madu. Akan tetapi mata setajam sembilu terus tertuju pada Bobi.
“Dia siapa, Ayang?”
“A-anu.”
“Ayolah! Jangan sungkan. Nanti kamu akan tahu siapa aku dan juga kekasih unikmu itu.”
Sambil mengatakan itu, Ara menarik lengan Jeje yang masih kebingungan. Bobi yang melihat itu hanya bisa pasrah akan apa yang terjadi ke depannya. Sial sekali dirinya. Pertama kali pertemuan malah ketahuan.
Akhirnya Bobi mengendarai mobilnya dalam diam. Begitu pun di belakang sana. Dua wanita juga sama-sama diam dengan pikirannya masing-masing.
***
Jeje keluar dari mobil yang berhenti di depan sebuah rumah. Rumah itu lebih besar dari miliknya di kota Cino.
Jeje yang hendak menggandeng lengan Bobi terhenti kala wanita yang membawanya ke sana lebih dulu menarik tangannya.
“Ayo masuk! Dan lihat siapa kekasihmu itu. Semua jawaban ada di dalam sana. Ah, namamu siapa?”
“Jeje. Dan aku masih tidak mengerti apa ini. Siapa kamu? Dan—”
Rupanya Ara tidak membiarkan sedikit pun Jeje menoleh ke arah suaminya. Dia dengan kasar menarik Jeje memasuki rumah lalu langsung membawa gadis yang dia akui sangat cantik itu ke ruang keluarga miliknya.
“Sayang, bukankah lebih baik kamu singkirkan semua benda aneh di tubuhmu? Kita ada tamu penting hari ini,” desis Ara masih tetap dengan senyuman.
Jeje kini mulai paham apa yang terjadi saat seseorang yang dipanggil sayang oleh Ara itu dengan patuh melepaskan satu-persatu aksesoris di tubuhnya.
Wajahnya merah. Malu, kesal, marah dan yang terpenting hatinya benar-benar sakit. Apakah selama ini dia ditipu? Jeje sungguh ingin menangis. Namun, itu tidak akan dia lakukan. Dia sudah cukup malu dengan datang ke sini dibawa oleh istri sang kekasih. Apakah harus mempermalukan diri sendiri lagi dengan menangis kejer bak orang putus asa? Tidak akan!
Menarik napas dalam-dalam lalu mengembuskan dengan perlahan, Jeje mencoba tenang.
Bobi yang kini sudah kembali normal masih menghapus eyeliner dengan tisu basah.
Ara sendiri sudah tidak bisa lagi berpura-pura tersenyum. Dia sudah duduk di sofa dengan kaki terlipat di atas paha.
“Sudah berapa lama kalian berselingkuh di belakangku?”
Pertanyaan tajam itu membuat Jeje memicing. Dia tidak terima dikatai selingkuh. Dia juga tidak tahu bahwa Bobi sudah menikah. Pantas saja dia tidak bisa seenaknya melakukan video call. Pasti harus menunggu sang kekasih yang memulai.
“Jangan tanyakan berapa lama kami selingkuh. Tanya saja seberapa lama aku ditipu olehnya! Cih! Aku benar-benar malang,” ujar Jeje dengan mata mendelik ke arah Bobi.
Namun, saat Bobi menatap wajahnya penuh rasa bersalah, Jeje memalingkan wajah. Dia tidak tahan menatap wajah yang selalu dia cintai. Seperti dugaannya, di balik tampilan nyentriknya itu, wajah Bobi sangat tampan.
Hati Jeje sakit karena harus mengetahui wajah Bobi dalam situasi seperti ini. Apalagi mungkin ini terakhir kali mereka bertemu. Jeje tidak mungkin melanjutkan semuanya setelah mengetahui kebenaran ini.
“Baiklah. Kalau begitu aku akan bertanya. Apakah kalian akan melanjutkan ini? Jika iya maka aku akan pergi. Tentunya dengan putriku,” tutur Ara berusaha kuat.
“Putri?” Jeje semakin syok.
Melihat ekspresi gadis di depannya, Ara yang baik hati merasa kasihan. Sebagai wanita dia ikut merasa sakit hati walau seharusnya dia marah pada gadis itu.
“Aku sarankan sebaiknya kamu berhenti mencintai dan menemui suami buayaku. Kamu gadis cantik dan pastinya bukan gadis biasa-biasa. Pilihlah lelaki baik untuk hidupmu.”
Jeje merasa terharu karena Ara masih saja memberinya saran walau tanpa sadar Jeje sudah menyakitinya. Kini Jeje yakin bahwa memang dia harus berhenti di sini.
“Kamu tidak akan mengatakan apa pun?” Jeje bertanya pada Bobi yang hanya diam.
“Maaf,” ujarnya lesu.
Walau dia begitu menginginkan Jeje karena kecantikan dan kesempurnaannya, lelaki yang tidak bisa bersyukur itu tidak mungkin mengorbankan pernikahannya. Dia juga kapok bermain-main. Dalam hati Bobi meratap jika setelah ini selamanya dia tidak akan bisa berpenampilan kesukaannya lagi karena Ara tidak pernah suka.
“Baiklah. Maafkan aku juga yang terlalu bodoh menjadi wanita. Semoga kalian selalu bahagia,” bisik Jeje sambil bangkit dari sana.
Gadis yang selama ini hidup mandiri itu tidak tahu seperti apa hidup dia ke depannya. Akan tetapi dia tidak bisa tetap diam saja di sana layaknya orang tidak tahu malu.
Mungkin hal ini tidak akan menimbulkan trauma bagi Jeje, akan tetapi bisa saja hatinya tidak akan mudah lagi mencintai seseorang mulai sekarang.
Apakah dia masih pantas menemukan cinta? Jeje ragu karena tingkahnya bersama Bobi lewat ponsel sudah terlalu jauh. Semoga saja pria itu tidak memiliki niat jahat dengan merekamnya diam-diam.
***
“Apa penjelasanmu tentang ini?” tanya Ara setelah kepergian Jeje. Matanya berkaca-kaca.
“Sejauh mana hubungan kalian?” tanyanya lagi.
“Kami hanya melakukan video call atau panggilan-panggilan lainnya seperti biasa. Ini pertemuan pertama kami. Dia pernah menyukai fotoku di media sosial dan bilang itu sangat lucu,” jawab Bobi sambil terkekeh hambar. “Maafkan aku. Ini tidak akan terulang lagi.”
“Jadi karena sebuah foto? Apa itu foto-fotomu sebelum menikah denganku? Apakah selama ini kamu memendam keinginan untuk penampilan seperti itu?”
Ara menghela nafas berat. Kini dia mengerti mengapa barang-barang suaminya tidak pernah dibuang. Itu karena suaminya masih ingin seperti itu. Dan sayangnya dia tidak peka dengan keinginan Bobi membuat lelaki itu memilih mengeksplorasi dirinya di depan wanita lain.
“Aku juga minta maaf karena tidak peka selama ini. Lakukan apa pun yang kamu sukai dan jangan lakukan hal konyol seperti itu lagi. Selingkuh mungkin saja membuatmu bahagia dan nyaman. Tapi itu hanya sementara. Selebihnya adalah ketakutan dan kewaspadaan. Jika masih mencintaku seperti aku yang mencintai keluarga kecil ini, maka cobalah lupakan gadis itu.”
Ara bangkit dari duduknya hendak pergi.
Grep!
Bobi dengan cepat memeluk Ara dari belakang. Dia memejamkan matanya lalu menumpukan dagu di atas bahu milik Ara.
“Maaf, Sayang. Hukum aku dan pukul aku. Jangan biarkan aku seperti ini,” bisiknya parau.
Melihat sikap tegar Ara, tentu hati Bobi berdenyut nyeri.
“Inilah hukumanmu,” jawab Ara pelan. Tangan mungilnya mencoba melepas pelukan Bobi lalu melanjutkan langkahnya menuju kamar sang anak yang sejak tadi dia titipkan bersama pembantunya.
Pernikahan yang sudah berjalan lima tahun itu mungkin tidak akan sama lagi. Perselingkuhan walau hanya sebatas itu tentu membuat sedikit retakan yang membuat bentuknya menjadi beda.
Ke depannya, akan ditentukan sendiri oleh sikap si penzalim dan yang dizalimi. Seberapa kuat si penzalim berusaha bertobat dan berubah juga seberapa luas hati yang dizalimi memberi maaf.
End~
KAMU SEDANG MEMBACA
SELINGKUH
FanfictionChallenge oneshot dari author ZAY Tema: Selingkuh genre: Romance sub genre: kata kunci: 1. Anak Punk 2. Titid portable 3. Buaya buntung 4. lingerie bolong 5. Batang tegang