Chapter 00 ; Strawberry cheesecake

15 3 0
                                    

[]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[]


"Le, Mami bawa ini buat kamu."

Oke, apa lagi kali ini?

Oh, keadaan ini benar-benar super menjengkelkan untuknya.

Ryugi, membuang napasnya dalam-dalam, begitu Mami nya datang, dengan lima lembar foto gadis yang berbeda, di tujukan padanya. Sekali lagi, pria itu menatap Kasandra Lelia dengan guratan kening yang kentara. Sangat lelah, dengan tingkah Mami yang terus saja berulah.

"Apa lagi ini, Mam?" tanya Ryugi, suaranya pelan. Terkesan pasrah-lebih tepatnya.

"Ya, foto gadis-gadis, dong."

Ryugi membasahi bibirnya, memijat pelipisnya dengan resah. "Iya, Yugi tahu. Tapi, buat apa?"

Kasandra, masih menampilkan senyumnya. "Pilih calon istri, Ryugi." jeda "Ayo, pilih. Ada pegawai kantor, ada mahasiswi, ada designer, ada selebgram, ada florist. Kamu mau yang mana?"

"Nanti begitu kamu sreg, bilang Mami. Biar Mami urus sisanya." ujar Kasandra, lagi.

"Maksud Mami, sisanya?"

Ryugi, melihat senyum sang Mami semakin melebar, membuat hatinya jadi tak enak.

"Ya, kencan, toh."

Kan, benar.

Ryugi, mendecak pelan. Melirik lagi deretan foto yang berjejer di atas meja kerjanya, sekilas. "Sudahlah, Mam. Jangan teruskan. Ryugi, nggak minat." putus pria itu, kemudian.

Mendengar itu, Kasandra lantas menggeleng penuh protes. Wanita itu, menghampiri anak sematawayangnya. "Jangan di teruskan apanya, le? Nggak, ya. Mami nggak setuju." jeda "Ini juga buat kamu lho, Yug."

"Iya." jeda "Ryugi tahu, Mam. Terima kasih juga buat Mami yang sudah repot-repot. Tapi, sekali lagi Ryugi nggak bisa."

Kasandra mendecih, pada akhirnya. "Nggak bisa kenapa? Karena apa? Kamu cuma tinggal penjajakan sama mereka, Yug. Ketemu, saling kenal. Siapa tahu, cocok." Kasandra, menatap Ryugi. "Mami mau kamu cepat, menikah."

Yah, memangnya mau apa lagi yang akah menjadi topik pembahasan saat Kasandra datang menemuinya jika tidak menyangkut hal itu?

Menikah. Selalu begitu.

"Siapa lagi yang pengaruhi, Mami? Bilang Ryugi."

Kasandra menggeleng tegas. "Nggak ada yang pengaruhi, Mami. Ini murni inisiatif Mami sendiri buat carikan kamu calon istri."

Ryugi Segio Atmajaya lantas pusing tujuh keliling mendengarnya. Pria itu menjatuhkan keningnya untuk bersentuhan dengan meja, juga mengusap rambutnya sebab pening dengan sang Mami.

"Mam, Ryugi pasti akan menikah. Tapi, nanti. Bukan di waktu dekat. Apalagi, lewat biro jodoh begini." ujarnya, pasrah.

"Ini, blind date, Yug. Bukan biro jodoh." Kasandra menyela.

"Sama aja, Mam. Intinya tetep cari jodoh, kan? Ryugi tetap nggak mau." Ryugi, mengibaskan tangannya ke udara, menolaknya. "Mending, Mami pulang sekarang. Naik apa tadi ke sini? Atau mau Ryugi panggilkan Damar? Biar Mami di antar pulang? Mam, Istirahat, minum obatnya yang teratur. Jangan cari istri buat Ryugi lagi." Ryugi, menatap Mami nya dengan tatapan dalam. "Jangan pikirkan sesuatu yang buat Mami kambuh. Apalagi soal sepele begini."

"Ini bukan hal sepele, Yug." Kasandra menyela. Wanita berusia lima puluh tahun itu menggeleng beberapa kali, "Buat Mami, pernikahan kamu bukan hal yang sepele."

"Mungkin, iya. Buat kamu, ini nggak ada apa-apanya. Tapi, ini penting buat Mami."

"Mami minta maaf, harus bahas ini lagi. Tapi, Mami nggak bisa lihat kamu sendirian terus, Yug..." jeda "Kamu butuh teman hidup, le."

Ryugi, mendecak keras. Sangat tidak suka dengan kalimat Kasandra. "Ryugi nggak akan sendirian. Ada Mami. Ryugi, nggak apa-apa nggak menikah, asal Ryugi terus sama Mami."

"Memangnya kamu yakin kalau Mami akan terus hidup?"

"MAMI!"

Kasandra tahu, begitu putranya teriak-itu adalah puncak kemarahan yang Ryugi punya. Kasandra hapal betul dengan perangai, juga tingkah Ryugi. Kasandra memandang wajah kaku anak semata wayangnya dengan senyum sendu. Ia melangkah mendekati presensi Ryugi yang masih di geluti rasa marah.

"Le, Mami minta kamu untuk cepat-cepat menikah bukannya tidak bisa di samping kamu lama-lama. Kamu, juga butuh teman hidup. Sudah cukup kerja mati-matiannya. Sekarang, waktunya kamu cari wanita yang bisa nampung rasa sedih, bahagia, resahmu dan yang lain."

"Kamu sudah tiga puluh tiga tahun. Memangnya, mau kerja sampai kapan? Uangmu sudah banyak. Papi juga sudah kasih warisan. Hartanya buat kamu semuanya, itu. Sawah, peternakan, rumah joglo nya juga buat kamu."

"Ryugi nggak butuh harta warisan Papi. Ryugi punya uang sendiri."

Kasandra tertawa pelan. Wanita itu mengangguk paham. "Mami tahu, mami percaya kamu sudah bisa menghasilkan uang banyak. Tapi bukan itu intinya, Yug. Mami cuma nggak mau kamu hidup sendirian. Cari pasangan ya, le? Biar kamu nggak kesepian."

"Mami minta yang lain saja, ya? Pasti Ryugi sanggupi semuanya."

Kasandra tersenyum lagi, kali ini lebih teduh. "Mami ingat, Mami nggak pernah minta apa-apa ya sama kamu?" Kasandra melihat Ryugi yang mengangguk, ia melihat kedua tangan putranya mengusap lembut punggung tangannya.

"Sekarang, Mami minta, ya.. Mami minta, supaya kamu jangan hidup sendiri, lagi."

[]







Chef Kiss!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang