06. Arumi

540 148 9
                                        

•••

Flasback sepulang dari gramedia,

23:03

Ceklek

Arumi membuka pintu apartement. Matanya berkeliling mengamati sekitar.

Sunyi, pertanda Alaska tidak pulang malam ini. Ia menghembuskan nafas lelah, pulang selarut ini hanya karena menemani Farel mencarikan hadiah aniversary orang tuanya.

Setelah pulang dari gramedia tadi, ia langsung pergi ke mall memilih-kan hadiah yang dirasa nya cocok dibeli.

Namun sedetik kemudian ia dikagetkan dengan menyala nya lampu ruang tamu, menampakkan seorang pria perawakan tinggi dengan tatapan mendelik tajam,  yang tak lain adalah Alaska.

" Baru pulang, hmm? "

Suara serak basah yang menusuk pendengaran membuat takut sekaligus membuat bulu kuduk Arumi berdiri, merinding. Arumi panas-dingin dibuat nya.

Arumi terdiam kaku, lalu tersenyum kikuk memikirkan jawaban apa yang akan dilontarkan pada pria didepannya.

Rasa takut sangat mendominasi, membuatnya gelagapan. Sial. Kenapa mulutnya mendadak menjadi bisu disaat-saat seperti ini.

" Maaf. " pada akhirnya hanya kalimat itu yang bisa diucapkan bibirnya. Begitu singkat dan membuat emosi Alaska memuncak.

Baiklah, baiklah. Arumi mengaku salah. Karena, tak tahu diri pulang seenaknya hingga selarut ini, tanpa memikirkan aturan apa yang seharusnya dituruti.

" Kamu pikir kalau saya nggak ada, kamu bisa seenaknya? "

" A—aku.. "

" Apa hm? "

" Jangan jadi nggak tau diri, bisa? " desis Alaska tertahan penuh penekanan.

" PUNYA MULUT? JAWAB SAYA. "

" Ma—maaf.. a—aku salah.. maafin aku... " getir Arumi ketakutan.

Alaska melangkah mendekat, tangannya mencengkeram pipi Arumi kasar. Keganjenan dan tak tahu diri. Itulah yang mendeskripsikannya.

" NGGAK TAU DI UNTUNG, JALANG SIALAN! " bentak Alaska tepat di hadapan Arumi.

Jalang. Kata yang membuat ulu hati Arumi  berdenyut nyeri.

" Arum b-bukan ja—lang.. " ucap Arumi terbata-bata dengan wajah yang masih dicengkeram kuat.

Alaska berdecih mendengar itu, munafik. Bukan jalang katanya? pulang selarut ini bersama lawan jenis, pantas untuk seorang jalang.

Wajah itu dihempaskan begitu saja, ia menatap dengan remeh, seolah-olah merasa jijik.

Arumi membiarkan Alaska pergi ke kamarnya tanpa berbicara sedikit katapun lagi. Dia takut Alaska akan semakin marah dengannya.

ARUMI [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang