BAB 2

40 4 0
                                    

Windia POV

Kringg... kring... bunyi bel istirahat yg menyuruh semua aktifitas dalam belajar mengajar berhenti dan akan dilanjutkan nanti setelah istirahat.

"Tiww kantin yokk laper nih gue" teriak lisa di sampingku yg terus mengguncangkan lenganku.

"Huhh lisa apa kau tak bisa mengecilkan sedikit suaramu hah? Budek kupingku tauk!" Cibirku di depan mukanya. Dia hanya memanyunkan mulutnya

"Iya iya baiklah aku kecilkan suaraku! Tapi cepatlah kau cacing di perutku sudah tidak bisa diajak kompromi nihh" ucapnya lagi dengan suaranya yang agak berbisik.

"Iya iya sabar, ayok" ucapku datar karena aku sangat malas sekali kekantin beranjak dari tempat duduk ku saja malas sekali apa lagi harus ke kantin, tetapi cacing di perutku sepertinya sedang dangdutan sekarang karena suaranya yg tidak kunjung berhenti berbunyi.

AUTHOR POV

winda dan lisa sudah sampai di kantin, lisa pun langsung masuk ke kerumunan anak anak yg lain dasar memang dia tidak sabaran
Sedangkan winda hanya bengong saja karena ia kebingungan mau mengantri dimana semuanya ramai sekali pasar saja kalah.

Ketika winda sedang memikirkan apa yg ingin dia beli, tiba tiba saja ada segerombolan anak lewat yg dengan tidak sengaja mendorong winda sehingga ia terjatuh.

"Haii win.. kau tak apa?" Tanya laki laki itu sambil berjongkok yg menyamakan keadaanku sekarang.

"Eh? Iya aku tidak apa apa" balas winda sedikit meringis pasalnya lengannya berdarah akibat tergores besi penghalang selokan tadi.

"Sungguh? Sepertinya lenganmu berdarah" balasnya lagi

"Tak apa hanya goresan sedikit.. loh? Gio?" Ucap winda kaget karena dari td ia hanya sibuk dengan lukanya yg baru terasa perih sekarang.
Gio hanya menganguk kecil yg menandakan bahwa mamanh dialah laki laki yg bernama gio itu.

"Iya hei kau yakin tak apa? Coba ku lihat luka mu" sahutnya yg terdengar seperti nada khawatir. Sekilas terukir senyum dibibir winda saat mendengar nada kekhawatiran pada ucapan gio.

"Heiii windaa kau tak apaa kan? Ada yg sakit tidak? Apa luka mu parah?" Tanya lisa yg bertubi tubi tiba tiba datang di hadapanku dengan suaranya yg cempreng itu. 'Cih! Mengganggu suasana saja, tidak tau apah sekarang bukan waktu yg tepat kau muncul lisa' ucap winda geram dalam hati.

"Heh lisa kau ini seperti wartawan saja banyak tanya pusing tau aku mendengarnya" ucap winda
Sambil menutup kupingnya yg pengan akibat suarannya itu. Bahkan gio pun sampai menutup kupingnya dengan kedua tanganya itu, seperti wabah saja suaramu lisa ckckck.

"Hehehe maaf kan aku tiw aku kan khawatir kepadamu" ujar lisa

"Apa kau tadi? Kau panggil aku winda? Tumben sekali kau memanggil namaku dengan benar biasanya kau tidak pernah memanggil namaku dengan benar" cibir winda pada lisa

"Hehe yaa aku khilaf tiw tadi kan lagi panik spontan aku memanggilmu saat kau terjatuh tadi, tetapi kau malah tidak menengok malahan kau ternyata sedang berduaan dengan gio" ucap lisa seenaknya.

"Yaa ini kan ramai lisaku sayang mana bisa ku mendengar suara indahmu itu! Lagian aku tidak sedang berduaan dengan gio, dia malah yg ingin membantuku. Lagian kenapa
Kau hanya berteriak saja dan tidak menghampiriku langsung he?" sahutku dengan kesal.

"Yang benerrr?" Sahut lisa yg sukses membuat winda gelagapan di depan gio. "Aku terjebak dalam kerumunan anak-anak itu tau jadi mana bisa ku menghampirimu" sambung lisa lagi.

"Halah kau alasan saja, bilang saja kau senang teman mu ini jatuh ya kan?" Sahut winda kesal mengalihkan pertanyaan lisa tadi.

"Sudah sudah kalian jangan ribut disini nanti diliatin anak anak gimana? Yasudah ayo aku bantu kau masuk ke kelasmu win"
Ucap gio dengan lembut.

"Eh? Tidak usah repot repot gio aku ke kelas bareng lisa saja. Ya kan lisa?" Ucap winda sambil mengerlingkan sebelah matanya agar lisa menyetujuinya. Pasalnya jantung winda sedari tadi berdetak dengan kencang bila di dekat gio. Apa lagi gio mengantarkannya ke kelas bisa bisa ia terkena serangan jantung di jalan.

"Tidak aku ingin ke perpustakaan dulu nanti kau kelamaan menunggu ku, sebaiknya kau ke kelas dengan gio saja" jawab lisa dengan menahan tawanya.

"Tapii liss..."
"Sudahlah cepat kasian kakimu itu. Sudah sana gio antarkan winda dengan selamat ya" potong lisa

"Yaaudah ayo win ke kelas kita duluan yaa lis" sahut gio sembari merangkul pinggang winda dengan erat agar ia tidak jatuh.
dan winda hanya mengangguk pasrah pasalnya kakinya sakit sekali untuk digerakan sepertinya kakinya keseleo. Dan lisa hanya tertawa cekikikan bukanya membantu temanya itu dia malah asik tertawa huh! Sahabat macam apa itu ia membiarkan temannya sengsara dalam keadaan seperti itu

The ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang