Brave Enough
_________________________________________
Chap : 3
Malam
_________________________________________
Author note :
Di sini, author mau jelasin pembagian mobil ya.
Jadi, ini ada dua mobil. Satu mobil isinya temen-temen Sae, satu lagi isinya barang-barang. Yang ngemudiin Kaiser dan Sae nemenin.
_________________________________________Di mobil pertama, terdengar hiruk pikuk canda tawa teman-teman Sae. Entah perkara Shidou yang tiba-tiba kentut sembarangan, Ness yang tiba-tiba merengek karena camilan miliknya habis, Karasu yang sedang bernyanyi dengan suara yang menurutnya indah, dan masih banyak lagi. Intinya saja, mobil pertama itu sangat berisik. Entah sudah berapa kali Aiku mengomeli penumpang yang berada di belakang agar tidak berisik.
Berbeda di mobil kedua yang hanya di isi oleh Sae, Kaiser, dan barang-barang teman-temannya.
Sae yang menyumbat telinganya dengan earphone dan memutar playlist favoritnya, sementara Kaiser fokus mengemudi dan bersiul mengikuti alunan musik yang ada di radio mobilnya. Di mobil kedua sangat hening dan hanya di hiasi alunan musik.
Setelah empat jam perjalan, akhirnya mereka sampai di kabin tua milik keluarga Kaiser.
Walaupun kabin tua itu terlihat cukup tua dan berdebu di luarnya, kabin tua itu cukup terawat dan besar untuk menampung delapan orang.
Mereka semua turun dari mobil.
Ada yang berfoto-foto, menurunkan barang, bahkan hanya mengagumi kabin tua itu dan pemandangan di sekitarnya.
Setelah selesai memindahkan barang-barang mereka ke ruang tengah kabin itu, Kaiser mulai membagi kamar.
Di dalam kabin, hanya ada tiga kamar tidur dan dua kamar mandi di lantai atas dan bawah. Dua kamar di lantai dua dan satu kamar di lantai satu.
Berikut denah dan pembagian kamar di kabin tua, (sorry kalo miring kayak otak authornya)
Setelah menaruh barang-barang di ruang tamu, mereka memutuskan untuk masuk ke kamar masing-masing. Barang-barang mereka di putuskan untuk di bereskan dan di taruh kamar masing-masing saat pagi. Kalau sekarang, mereka masih lelah karena perjalanan yang lumayan panjang dan jalanannya tidak semulus jalan tol.
Mereka memutuskan untuk beristirahat sekitar satu setengah jam sebelum mandi.
Saat mereka satu persatu mandi, di kamar III,
Ness sedang menonton televisi dan Yuki sedang menunggu Shidou selesai mandi.
Tiba-tiba, Ness bertanya kepada Yuki,
"Yuk, ada yang janggal gak sih?" Kata Ness.
"Maksudnya? Janggal apanya? Normal semua kok," jawab Yuki.
"Sae sama Kaiser selalu deket gitu. Biasanya, kalau mereka deketkan, pasti bawa bencana," ucap Ness dengan santai.
Yuki pun menoleh dan menanggapinya dengan tertawa. Lalu, ia mulai berbicara lagi,
"Hahaha ... Udah lah, biarin aja. Mungkin mereka emang mau coba deket. Gak usah di pikirin," ucap Yuki.
Yuki yang mendengar pintu kamar mandi di buka hendak beranjak dari kasur. Namun, tangan Ness menahannya,
"Gue ngeliat ada yang ngelempar kertas ke arah lu sebelum berangkat. Tapi, kertas itu sampainya ke Sae. Jangan kasih tau siapa-siapa ..." Ucap Ness berbisik lalu mengambil handuk yang ada di lemari.
Yuki sempat menghentikan langkahnya. Ia tertegun untuk sejenak. Namun, melihat Shidou masuk ke kamar mereka, Yuki langsung keluar kamar dan berjalan ke arah kamar mandi.
Setelah mereka semua selesai mandi, mereka turun dan memasak untuk makan malam mereka.
Setelah mereka beres makan malam, mereka memutuskan untuk bersantai dan bermain game di ruang tamu.
Hari sudah menunjukkan pukul 09.21 PM.
Mereka bergegas ke kamar mereka masing-masing untuk tidur.
Di tengah malam yang sunyi dan hening, Yuki terbangun dari tidurnya. Ia lalu berjalan untuk ke kamar mandi.
Ketika hendak ke kamar mandi, ia melihat Karasu yang sedang membenahi barang. Ia pun berniat menyapa Karasu,
"Wah, tumben rajin tengah malem begini beresin barang, gak ngantuk?" Ucap Yuki sambil membetulkan posisi kacamatanya.
Karasu berhenti dan menatap Yuki. Tatapannya kosong dan kulitnya pucat. Karasu hanya menggeleng lalu melanjutkan aktivitasnya.
Yuki pun memutuskan untuk langsung ke kamar mandi.
Setelah selesai dari kamar mandi, Yuki kaget karena melihat jejak darah. Ia pun mengikuti jejak darah itu dan sampai lah dia di kamar Karasu. Ia membuka pintu kamarnya dengan hati-hati. Anehnya, pintu itu tak terkunci.
Mata Yuki terbelalak karena melihat jasad Karasu yang di gantung di sana. Darah segar mengalir dari mulut Karasu yang menganga, seutas tali menjerat ketat di leher Karasu, dan matanya terbelalak seolah ingin keluar dari tempatnya.
Yuki terbangun dari mimpi buruknya dengan terengah-engah. Ia langsung beranjak dari kasurnya dan berlari untuk ke kamar Karasu memastikan kalau ia aman.
Untungnya, Yuki melihat Karasu yang sedang berdiri menghadap pintu kamarnya.
Yuki pun bernafas lega dan berkata,
"Syukurlah ... Hah ... Untung aja lu gak kenapa-kenap-"
Belum sempat Yuki menyelesaikan katanya, ia melirik kaki Karasu yang tidak menginjak lantai melainkan melayang seolah dia mengambang di atas permukaan lantai.
_________________________________________
Yahoo~
Mudah-mudahan kalian suka ya sama chap ini~
See you next chapter (ㆁωㆁ)
-Author Bebek Tersayang-
KAMU SEDANG MEMBACA
Brave Enough | Ft. Blue Lock [ON-GOING]
HorrorSae awalnya menolak keras ajakan Kaiser tentang liburan mereka di kabin tua yang terletak di tengah hutan milik keluarga Kaiser. Namun, tak ada satupun teman mereka yang mendengar perkataan Sae. Mereka justru lebih setuju dengan Kaiser. Kaiser juga...