Uno

276 36 5
                                    

Doyoung berjalan melewati lorong-lorong kelas, dia berjalan menuju pada kelas nya

Sesampainya di kelas dia segera menuju pada kursinya dan meletakkan tasnya

Setelah selesai Doyoung berbalik badan dan melihat temannya, Doyoung mengembangkan senyumnya dan memanggil orang itu

"Riko!"

Orang yang dipanggil Riko tampak terkejut, tapi setelah itu dia menetralkan ekspresinya

"Ya"

Doyoung menghampiri Riko,
"Wih tumben datang pagi nih" ucap Doyoung sambil merangkul

"Lagi pengen aja"

Mendengar hal itu Doyoung hanya mengangguk mengerti

"Rik ayo ke kantin, gue belum sarapan nih"

Sebelum Riko membalas Doyoung sudah lebih dulu menarik tangannya menuju kantin

Sampai di kantin mereka segera mesan makanan dan mencari tempat yang kosong

"Lo serius mesan minum doang?" Tanya Doyoung ketika keduanya telah duduk

"Iya gue gak lapar"

Ditengah menunggu pesanan Doyoung melihat sosok yang dikenalnya, tanpa ragu Doyoung memanggil orang itu

"Der, sini!"

Yang di teriaki tampak mencari tau sumber suara, setelah tau siapa yang memanggil dia segera menghampiri meja Doyoung dan Riko

"Sini ikut duduk" Riko menepuk tempat sebelahnya yang kosong

"Capek banget keliatannya, habis ngapain?"

"Gue disuruh ngangkatin kursi sama Bu Dina. Capek banget, mana gue belum makan lagi"

Bertepatan dengan ucapan Deri pesanan yang ditunggu sampai ke meja mereka

"Lo belum makan? Nih ambil nasi aja gorengnya"

Riko berucap sambil mendorong piring nasi goreng itu kehadapan Deri

"Doy, lo pesan aja lagi. Kasihan Deri belum makan udah ngangkatin kursi"

"Yaudah nanti gue pesan lagi" ucap Doyoung dengan senyuman

Dia sebenarnya lapar, tapi tidak apa lah lagi pula dia bisa pesan lagi

Baru saja Doyoung berdiri untuk memesan makanan bel sekolah berbunyi dengan keras memenuhi seisi kantin

Mendengar itu Doyoung mengurungkan niatnya dan segera pergi ke kelas menyusul Deri dan Riko yang sudah jalan duluan

✿✿⁠✿⁠✿⁠✿⁠✿⁠✿⁠✿✿⁠✿⁠✿⁠✿⁠✿⁠✿⁠

"Baiklah anak-anak sudah jelas apa yang ibu katakan tadi? Jika begitu silahkan bagi kelompok kalian dan kerjakan sesuai apa yang dijelaskan"

"Siap Bu! Terimakasih Bu!" ketua kelas menggebrak meja sambil mengucapkan terimakasih,

"Terimakasih Bu!" Diikuti murid lainnya berdiri dan melakukan hal yang sama, tanda jam ibu Mela telah berakhir

"Riko! Deri! Ayo kita sekelompok"
Doyoung mengajak kedua temannya, saat ini mereka di meja Deri

"Maaf Doy, kita berdua udah ada kelompok. Lo bisa sama yang lain" Deri berucap

"Beneran? Kalian sekelompok sama siapa?"

"Zidan dan Dafa. Maaf ya, kata ibu kan maksimal satu kelompok 4 orang"

"Ah kaya gitu, nggak papa gue bisa ngajak yang lain"

Setelah itu Riko dan Deri pergi ke meja Zidan untuk membahas tugas yang akan dikerjakan. Meninggalkan Doyoung sendiri.

✿✿⁠✿⁠✿⁠✿⁠✿⁠✿⁠✿✿⁠✿⁠✿⁠✿⁠✿⁠✿⁠

Udara sejuk menerpa wajahnya, sinar matahari menyinari. Doyoung sedang berjalan-jalan disekitar lapangan sekolah

Dengan memasukkan tangan pada jaketnya, Doyoung menggerakkan kakinya menuju kelas.

Tetapi saat hampir sampai dikelas dia melihat orang yang dikenalnya, jadi dia memutuskan untuk berhenti dan berjalan menghampiri temannya.

Ternyata tidak cuman ada Riko dan Deri, tetapi juga ada Zidan dan Dafa.

Baru saja Doyoung sampai dan berniat mengejutkan mereka pergerakan nya terhenti karena mendengar ucapan Riko

"Bodoh banget emang si Doyoung, masa nggak tau kalo kita cuman manfaatin dia"

"Gue kalo jadi dia sih udah bakal langsung ninggalin"

"Yoi, emang dasarnya tu anak aja yang bodoh" Zidan membalas ucapan Deri sembil memakan snack kacang

"Tapi menurut gue dia udah tau cuman ya dia nggak punya temen makanya masih sama kita"

Ucap Dafa yang langsung dijawab Riko,

"Kasihan banget bergantung sama kita, padahal nggak tau aja kita temenan sama dia karena dia kaya"

"Makanya berawal karena kasihan eh ternyata dia kaya yaudah manfaatin aja sekalian"

Ucapan Deri tersebut langsung mengundang tawa mereka berempat, tidak tau saja ternyata Doyoung dibelakang mereka

Doyoung dari tadi diam mendengarkan.

Mengapa mereka tidak mengetahui keberadaannya? Karena posisi mereka saat ini membelakangi Doyoung, dan saking asiknya sampai tidak menyadari ada orang dibelakang mereka

Tanpa basa-basi dia segera menajuh pergi dari tempat itu, tujuannya saat ini adalah halaman belakang sekolah


"Bodoh banget emang si Doyoung, masa nggak tau kalo kita cuman manfaatin dia"

Kalimat itu terus berputar di kepalanya, sekarang dia berada di halaman belakang untuk menjernihkan pikiran

"Tapi menurut gue dia udah tau cuman ya dia nggak punya temen makanya masih sama kita"

Iya itu benar. Doyoung sebenarnya sudah curiga, akan tetapi dia memantapkan hatinya bahwa pemikirannya salah.

Tapi lihatlah sekarang? Pemikirannya yang menang. Doyoung benci, dia ingin menepis kebenaran ini namun ini lah faktanya.

Doyoung selama ini berusaha berfikir positif, berusaha meyakinkan hati dan pikirannya.

Karena Doyoung takut kehilangan temannya, dia takut. Dia mencoba terus meyakinkan diri bahwa temannya tidak mungkin menghianati nya

Ah apa sekarang mereka masih bisa disebut teman?


Dan ya teman Doyoung hanya mereka, pantas saja mereka kasihan dengan dirinya










-----------------------------------------------------------

Keritik dan saran sangat diperlukan, jika ingin memberi keritik/saran jangan lupa menggunakan bahasa yang sopan, terimakasih ^^

warn: Jika ada kesamaan nama tokoh ataupun alur cerita itu murni ketidak sengajaan. Semua gambar bersumber dari pin.

Amicizia sincera | Kim Doyoung Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang