Gue arka

15 2 1
                                    

"Gue arka, Lic."

Alicia menggeleng pelan, merutuki pertanyaan bodoh yang keluar dari mulutnya.

"Lupain, Yaff--"

"Yapa udah balik dari tadi, lo ngalamun mulu sih," Arka memotong perkataan gadis disebelahnya, Alicia meringis.

Seberapa lama ia melamun?

Alicia hanya mengangguk lalu menatap bakso yang tinggal setengah, ia menatap si bakso dan Arka bergantian. Arka tertawa tanpa suara sadar akan gelagat gadis dihadapannya.

"Habisin aja dulu, gue temenin."

Alicia mengagungkan kepalanya lalu memasukan bakso ke mulutnya sesekali melirik Arka yang tengah bermain handphone.

Setelah beberapa suap, ia mengambil gelas berisi es jeruk dan meneguknya hingga tanggal, ia menatap Arka dan seolah paham Arka berdiri. Disusul dengan Alicia yang mensejajarkan langkahnya dengan Arka.

"Sejak kapan lo mimpi kaya gitu, Ar?" Tanya Alicia, menaruh tangannya di dahi memasang pose berpikir.

"Kalau ngak salah sejak gue masuk smp," kata Arka.

"Lo juga suka mimpi kaya gitu?" Arka bertanya balik, ia menoleh kesamping melihat gadis yang tingginya hampir sama dengan dirinya.

"Iya, sejak kelas delapan. Mimpinya beda beda, tapi sama." Tanpa disuruh Alicia menjelaskan.

Setelahnya hanya ada keheningan, Arka yang hanyut dalam pikirannya dan Alicia yang tidak tau harus berkata apa. Keduanya menatap Yaffa yang duduk di kursi yang disediakan depan kelas dengan beberapa temannya.

"Oit lic, belum selesai pacarannya?" Tanya Yaffa agak keras setelah menyadari kalau Alicia berjalan sejajar dengan Arka.

Alicia mendekat lalu memukul pundak Yaffa agak keras meninggalkan Arka dibelakangnya.

"Kita baru ketemu," kata Alicia, dibelakangnya Arka mengangguk membenarkan.

"Belajar sono cil, di geprek orang tua lo nanti kalau ngak belajar," Arka mengacak ngacak rambut Yaffa membuat gadis itu mendengus kesal disambut tawa kecil dari si pelaku.

"Duluan ya, cantik. Kapan kapan ketemu lagi," katanya tertuju pada Alicia, lalu ia berjalan pergi.

Alicia terdiam menatap punggung lebar laki laki itu yang perlahan menghilang di belokan sana. Rasanya ia kembali mengalami deja vu tapi kapan ia mengalami ini?

"Pantengin aja terus," cibiran dari Yaffa membuatnya mendengus kesal.

"Bacot!"

Yaffa tertawa tanpa suara, lucu sekali temannya ini. Alicia menghentakkan kakinya sebal, lalu ia berjalan masuk ke dalam kelas dengan perasaan jengkel.

Setelah beberapa jam belajar mengenai biologi dan matematika. Akhirnya jam pulang tanda berakhirnya pelajaran berbunyi, Alicia menguap karna rasa kantuk yang melanda. Ia berjalan keluar ruang kelas saat kelas hampir kosong.

Yaffa sudah berada di depan kelas menunggu dirinya seperti biasa. Gadis itu selalu keluar paling awal karna terlalu malas untuk berada di dalam kelas. Alicia jadi heran, bagaimana bisa gadis ini pintar padahal malas berada di dalam kelas?

"Gue ngak bisa nganter, gue ada urusan sama si ketua osis." Kata Yaffa.

Memutar bola matanya malas, Alicia mengangguk terpaksa. Ia tau si wakil dan ketua osis itu hanya ingin waktu berdua setelah banyaknya kegiatan yang mereka lakukan bersama anggota lain.

"Ayo, Yaf." Sebuah suara membuat keduanya menoleh, Arka bersama seorang lelaki yang tersenyum ke arah mereka.

"Gue mau kita bahas acara yang mau diadain lusa," lelaki itu, Vino tersenyum.

"Kalo mau pacaran ngomong aja," sindir Arka, Alicia tertawa pelan.

"Duluan ya," Vino menghiraukan Arka dan berpamitan pada Alicia dibalas anggukan kecil dari si empu.

"Jangan lama lama pacarannya, belajar." Arka agak berteriak menyindir dua manusia itu, tangan kanan keduanya terulur kebelakang untuk memberikan jari tengah.

Arka tertawa kencang, setelah keduanya benar bener pergi ia menoleh pada gadis disebelahnya.

"Bareng siapa?" Tanya Arka pada Alicia membuat si empu menoleh.

***

Alicia menatap punggung tegap yang ada dihadapannya, entah bagaimana bisa ia berada di boncengan lelaki ini. Arka melajukan motor maticnya dengan kecepatan sedang, jalanan sedikit ramai karna waktu yang menunjukkan pukul empat sore.

"Rumah lo ke arah mana?" Arka sedikit berteriak karna ramainya jalanan.

Alicia menyirngit tidak mendengar dengan jelas apa yang Arka ucapkan.

"Hah?!" Alicia berteriak.

"Rumah lo ke arah mana?!" Suara Arka terdengar lebih keras, namun kurang jelas.

"Hah?!"

"Oh oke!" Arka berujar demikian, lalu membelokkan motornya ke sebuah gang yang berada di kanan jalan.

"Rumah kita searah, Lic." Arka berkata dan Alicia dapat mendengarnya karna di jalanan gang ini tampak senggang.

"Rumah lo dimana emang?" Tanya Alicia.

"Lo liat rumah cat biru telur asin disana?" Alicia mengangguk.

"Itu rumah orang," jelas Arka mendapat pukulan sayang di kepalanya.

"Yee, itu gue juga tau."

Tawa terdengar, Alicia tersenyum kecil perasaannya menghangat. Setelahnya Alicia tertawa kecil, menikmati perjalanan pulang ke rumahnya kali ini ditemani tawa Arka dan angin yang berhembus lumayan kencang.

"Mau mampir ke rumah gue ngak?" Tanya Arka, Alicia terlihat berpikir.

"Tapi rumah gue masih berantakan, baru pindahan kemarin soalnya," kata Arka lagi.

"Ngak apa apa, rumah gue juga selalu berantakan."

Keduanya terdiam, lagi lagi ia terlarut dalam pikirannya setelah mendengar kalimat yang diucapkan Alicia kepadanya.

"Lo bisa menganggap gue rumah."

31 mei 2023







Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 31, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

nos et fatumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang