Jaehan yang sedang bersiap pergi ke rumah sakit dikejutkan dengan nada dering teleponnya. Siapa yang meneleponnya pagi-pagi begini?
“Yo-,” niat untuk menyapa orang di seberang sambungan dengan ramah pupus saat suara panik Hyuk terdengar memotong salamnya,”Jaehan-ssi, apakah Yechan bersamamu?”
“Hyuk-ssi? Tidak. Aku tidak bersama Yechan. Waegurae?” Jaehan meletakkan kembali tas yang hendak dipakainya ke atas sofa.
“Aish, kemana Yechan pergi? Dia tidak ada di apartemen dan teleponnya juga tidak aktif. Bagaimana ini?” Jaehan tidak tahu kalau Hyuk sedang frustrasi karena ia tidak menemukan Yechan di seluruh sudut apartemennya. Berulang kali ia menelepon, nomornya tidak aktif. Dia sedang mondar-mandir sambil mengacak-acak rambutnya yang sudah rapi sambil sesekali menggigit bibir bawahnya dengan kesal.
“Mungkin saja dia sudah di kantor Hyuk-ssi?” Jaehan berusaha berkata dengan tenang, tapi sebenarnya dalam hati dia juga sudah ikut panik.
“Kalau dia sudah di kantor, pasti aku tidak akan meneleponmu Jaehan-ssi. Yechan selalu tepat waktu berangkat ke kantor. Tapi hari ini, ia tidak ada di kantor sama sekali. Aku bahkan sudah menanyakan resepsionis apakah Yechan sudah datang. Tapi mereka bilang belum. Aigoo, bagaimana ini?”
“Tenanglah Hyuk-ssi. Tenangkan dirimu dan coba hubungi Yechan sekali lagi.”
“Ah, baiklah. Terima kasih Jaehan-ssi. Kalau Yechan meneleponmu, tolong katakan padanya untuk segera menemuiku, ne?”
“Geurae Hyuk-ssi.”
🍀🍀🍀
Apa yang sebenarnya terjadi? Kemana Yechan pergi? Karena telepon dari Hyuk barusan, aku merasa panik dan khawatir. Aku takut sesuatu yang buruk terjadi pada Yechan. Jantungku berdetak dengan kencang dan aku makin khawatir. Kuurungkan niatku untuk pergi ke taman dan memilih duduk di ruang tengah. Hwichan sudah berangkat kerja jadi aku sendirian di apartemen.
Kukatupkan kedua tanganku untuk berdoa. God, tolong lindungi Yechan dimanapun ia berada. Aku terus-terusan komat kamit dan tiba-tiba handphoneku kembali berdering. Dengan cepat kuangkat telepon yang masuk.
“Jaehan Hyung,” suara itu. Yechan. Syukurlah. Akhirnya kau mengabulkan doaku Tuhan.
“Yechan-ah, neo eodiya?” aku segera menanyakan keberadaannya. Tapi dia tidak segera menjawab. Hening. “Yah, neo eodiya?” aku kembali bertanya. Kenapa dia tidak menjawab pertanyaanku. Terdengar suara isakan tertahan dari seberang saluran, apakah itu artinya Yechan sedang menangis?
“Yechan-ah, apakah kau menangis?” aku tidak yakin menanyakan hal semacam itu, tapi walaupun aku tidak melihatnya, aku seperti bisa melihatnya berada di dekatku.
“Tidak.”
“Syukurlah kalau begitu. Kau ada dimana?”
“Aku ada di depan pintu apartemenmu.” Apa? Dia ada di sini? Aku segera berdiri dan melangkah menuju pintu. Setelah bunyi klik pintu terbuka dan seseorang menghambur memelukku. Itu Yechan. Bau parfumnya sangat kukenal.
“Wae…waegurae Yechan-ah?” dia memelukku sangat erat. Tanpa sadar aku melingkarkan salah satu lenganku di pinggangnya dan tangan lainnya menepuk-nepuk punggung pria yang baru beberapa bulan ini kukenal. Mungkin dia sedang ada masalah dan belum ingin membicarakannya, jadi tidak ada hak ku untuk memaksanya buka mulut.
“Jaehan Hyung, mianhae,” dia meminta maaf padaku. Untuk apa? Dia tidak pernah melakukan kesalahan apapun padaku. Kurasakan air mata menetes dari matanya karena cairan itu membasahi leherku.
“Yechan-ah, kenapa minta maaf? Kau tidak salah apapun padaku. Tak perlu meminta maaf seperti ini,” aku meyakinkannya, namun ia justru menggelengkan kepalanya. Dia makin menenggelamkan wajahnya di ceruk leherku dan terisak lebih keras.
“Yah, wae irae? Kenapa kau begini?” walaupun tadinya aku tak ingin memaksanya, tapi setelah keadaan menjadi seperti ini aku harus tahu penyebabnya. Aku tidak akan tenang kalau dia belum mengatakannya.
"Hyung, aku janji akan membawakan dunia untukmu.”
“Mwo? Dunia? Kau ini kenapa Shin Yechan?”
“Jaehan Hyung, jeongmal mianhae. Aku benar-benar menyesal dan ingatlah bahwa aku tidak sengaja melakukan semuanya. Aku akan memperbaiki semuanya karena aku mencintaimu. Aku berjanji akan mengembalikan semua duniamu. Aku akan mengembalikan semua warna-warni itu.”
“Omong kosong apa yang kau katakan barusan?”
Yechan kembali diam. Sekarang ia sepertinya sedang berusaha mengatur napas agar tidak terisak lagi. Getaran tubuhnya pun sudah berkurang. Perlahan-lahan ia melepaskan pelukannya di tubuhku dan memindahkan tangannya ke bahuku. Sesaat kurasakan sebuah kecupan singkat di dahiku. Kemudian kedua tangan itu menghilang dan sepertinya Yechan berjalan mundur menjauhiku.
“Yechan-ah,” aku memanggilnya, tapi ia menjawab dari kejauhan,”Jaehan Hyung, aku akan berangkat ke kantor sekarang. Terima kasih atas semuanya. Kuharap kau akan hidup bahagia selamanya. Saranghae.”
Tanganku berusaha meraih tubuhnya, tapi gagal. Aku tidak tahu dia ada dimana. Suara klik menandakan pintu tertutup dan aku hanya bisa termangu. Apa aku tidak salah dengar tadi? Yechan bilang ia mencintaiku. Dia bahkan mengecup keningku. Kim Jaehan, apakah kau tidak bermimpi?
🍀🍀🍀“Hyuk-ssi, aku lupa mengabarimu kalau lima belas menit yang lalu Yechan kemari dan dia bilang akan segera berangkat ke kantor. Apakah ia sudah ada di kantor?” suara pria yang ditaksir Yechan itu menginformasikan keberadaan bosku.
“Apa? Dia berkata akan ke kantor? Lima belas menit yang lalu?” jarak antara kantor dengan apartemen Jaehan hyung tidak terlalu jauh, cuma lima menit perjalanan mengendarai mobil. Tapi kenapa sampai sekarang Yechan belum juga menampakkan batang hidungnya?
“Kenapa Hyuk-ssi? Apakah Yechan belum datang juga?”
“Mr. Yang, apakah Anda sedang berusaha menyembunyikan keberadaan Shin Yechan sekarang? Apakah dia berusaha kabur dari polisi?” detektif bernama Baek Juho itu membentakku. Aish orang itu tidak tahu kalau aku sedang panik setengah mati mencari keberadaan Yechan apa.
Kedua orang detektif itu tiba-tiba saja mendatangi kantor dan mencari Yechan. Mereka mengatakan bahwa hari ini Yechan dijadwalkan untuk interogasi lanjutan mengenai kasus tabrak lari yang dilakukannya beberapa bulan lalu. Korban kecelakaan yang tidak lain adalah Kim Jaehan membuatku kaget setengah mati. Kalau begitu, Yechan yang telah menyebabkan Jaehan Hyung, orang yang dicintainya, mengalami kebutaan.
Itu sebabnya Yechan menghilang. Dia pasti sangat depresi mengetahui semua kenyataan ini. Tapi dimana dia? Aku tidak ingin dia melakukan hal-hal bodoh, karena sejauh yang kutahu, Yechan adalah tipe orang yang sangat gegabah dalam bertindak. Ia sangat emosional sehingga sangat susah menebak keinginannya.
“Sabar detektif Baek,” aku berusaha menenangkannya. Untung saja rekannya tidak semenakutkan detektif Baek dan justru berusaha membantuku untuk menenangkan detektif menakutkan bermata tajam itu.”Juho Hyung, tenang sebentar. Biarkan dia menanyakan keberadaan Shin Yechan pada teman dekatnya dulu!”
“Aish, dia membuat kita menunggu seperti ini,” jelas sekali detektif Baek sangat kesal. Namun, detektif Hwiyoung membuatnya kembali duduk dengan tenang.
”Jaehan-ssi, apakah Yechan berkata sesuatu sebelum ia pergi? Selain akan berangkat ke kantor tentunya,” aku berharap ada secercah harapan tentang keberadaan Shin Yechan.
“Ah, ne. Dia berkata,” seolah ragu dengan apa yang ia katakan, Jaehan Hyung menghentikan kalimatnya, kemudian dengan pelan dia berkata,”… akan memberikan dunia bagiku dan mengembalikan semua warna-warni ke dalam kehidupanku.”
Oh no. Itu pertanda buruk.
🍀🍀🍀
KAMU SEDANG MEMBACA
Gimme The Light (Yechan X Jaehan From Omega X)
Fanfiction"Jaehan Hyung, aku janji akan membawakan dunia untukmu." "Mwo? Dunia? Kau ini kenapa Shin Yechan?" "Hyung, jeongmal mianhaeyo. Aku benar-benar menyesal dan ingatlah bahwa aku tidak sengaja melakukan semuanya. Aku akan memperbaiki semuanya karena aku...