Jeno dan Karina hanya terdiam sambil sesekali saling tersenyum canggung selama diperjalanan pulang menuju rumah Karina. Jauh dari apa yang dibayangkan sebelumnya oleh Karina maupun Jeno, lebih banyak mengobrol tentang kehidupan masing-masing.
Tp bagi keduanya ini sudah sangat menyenangkan bagi mereka berdua bisa duduk berdekatan dengan orang yang disukai."Yang didepan rumah lo ya?Pa berhenti di depan rumah nomor 87." Jeno bertanya sambil menyuruh supirnya memberhentikan mobilnya.
"Kok lo tahu?"
Jeno tersenyum kecil. "Itu, gue waktu itu ga sengaja liat lo turun disitu."Karina hanya mengangguk kemudian turun dari mobil sambil mengucap terimakasih.
Jeno menyandarkan kepalanya sesaat setelah mobilnya bergerak menjauhi rumah Karina. Dia tersenyum girang dan berpikir mungkin dia punya kesempatan untuk merebut hati sang perempuan. Tapi setelah beberapa saat dirinya langsung membuang jauh-jauh pikiran tersebut.
Laki-laki di sekolahnya banyak yang lebih tampan dan lebih baik darinya. Karina tidak mungkin akan suka padanya.Karina masih berdiri mematung didepan gerbang rumahnya. Hatinya masih berdegup tidak beraturan didalam sana.
"Non Karin?! Syukurlah non sudah pulang. Pantesan tadi ga ada disekolah.Maaf ya bpk tadi anter Ibu dulu ke RS. Ada panggilan mendadak katanya."
Suara supirnya tersebut seketika membuyarkan lamunannya dan tanpa disadari mobilnya sudah berada di depannya."Emang mobilnya mamah kenapa pa?"
"Lagi diperbaiki non,nabrak sesuatu kayaknya. Tapi Ibu ga apa-apa."
"Tumben banget mama sampe nabrak-nabrak gitu." Karina menyahut sebelum dirinya masuk kedalam gerbang rumahnya.
"Jenovan! Sayang!"
Jeno hampir saja menumpahkan mie instannya saat suara seseorang yang sangat familiar dengannya itu tiba-tiba berteriak dari arah ruang tengah. Dia bergegas meninggalkan dapur dan betapa kagetnya saat dia mendapati orang yang sangat dia sayang sedang berdiri dihadapannya.
"Bunda!" Jeno berteriak kegirangan lalu berlari kepelukan sang Ibu.
"Bunda kenapa baru datang sekarang? Jeno kangen Bun." Ucapnya masih mengeratkan pelukannya.
Wanita tinggi semampai bak model tersebut mengelus kepala sang anak, menyalurkan segala kasih sayang yang selama ini dipendam. Butuh tekad dan keberanian yang kuat bagi dirinya untuk memasuki rumah ini lagi setelah mantan suaminya memberi larangan baginya untuk menginjakkan kaki lagi dirumah yang mereka bangun bersama itu.Itu hanya karena Jenovan sang putra yang sangat disayanginya tersebut.
"Bunda juga kangen. Kangen banget."
Jeno kemudian melepas pelukannya dan menggenggam tangan sang bunda."Lalu kenapa bunda baru datang sekarang?"
Ibunya ingin menjelaskan bahwa bukannya dia tidak ingin menjenguk anaknya itu. Dia sudah berjanji tidak akan memberi tahu Jenovan bahwa ayahnya lah yang sebenarnya melarang dia bertemu anaknya.
Sakit hati yang amat dalam dirasakan oleh mantan suaminya itu saat mengetahui istrinya yang dia cintai lebih dari apapun itu mengkhianatinya.
Itu salahnya. Itu murni kesalahannya. Dan dia pantas mendapatkan semua perlakuan tidak menyenangkan itu dari mantan suaminya."Bunda sangat sibuk sayang. Tapi bunda ga pernah sehari pun ga kangen sama anak mama yang paling tampan ini." Balas wanita itu kembali memeluk Jenovan.
Bagi Jenovan hari ini adalah salah satu hari terbaik baginya. Bisa duduk berdekatan dengan orang yang disukainya dan kembali bertemu dengan ibundanya.
"Sayang, tolong rahasiakan kalo bunda dateng nemuin kamu ya. Rahasiakan dari ayah kamu."

KAMU SEDANG MEMBACA
sixteen
RomanceDi umur 16 tahun Karina dan Jeno pertama kali bertemu. Di umur 16 tahun keduanya saling jatuh cinta. Di umur 16 tahun mereka masuk kedalam suatu hubungan yang berakhir tragedi. Karakter Jeno & Karina