Confession

65 5 0
                                    

Karina memasuki mobilnya dengan perasaan yang sangat bahagia, seakan jiwanya sedang dibawa terbang ke langit. Tidak pernah sebelumnya dia merasakan perasaan seperti ini.
Jadi ini rasanya jatuh cinta.
Dia memang tidak tahu apakah Jenovan juga memiliki perasaan yang sama tapi dari yang Karina amati saat dia sedang duduk berdampingan dengan laki-laki itu dan cara dia memintanya untuk bertemu lagi esok hari sepulang sekolah benar-benar meyakinkan Karina jika sebenarnya perasaan ini berbalas.
Mereka saling menyukai.
Karina yakin akan hal itu.

Dan sepanjang hari itu Karina menghabiskan waktunya dengan tersenyum bahagia memikirkan tentang esok hari yang sangat dia nantikan.









"Kamu lagi senang ya nak? Ayah perhatiin dari tadi kamu senyam senyum aja."

Jenovan tidak bisa menyembunyikan perasaan bahagianya bahkan saat sedang makan malam dengan ayahnya.
Dia tidak bisa melupakan senyuman Karina saat dia mengangguk dan bilang "iya" ketika Jenovan memintanya untuk bertemu lagi jam pulang sekolah.
Bolehkah dia berharap kalau Karina juga sebenarnya menyukai dia? Walaupun Karina tidak bilang tapi Jenovan merasa seperti itu.

Dia yakin perasaan mereka sama.












"Karin! Kamu kenapa dah? Makanannya dimakan elahh bukan dimainin. Mana cengar cengir gitu lagi."
Kakak laki-laki Karina yang menemani Karina makan malam saat itu hanya bisa heran dengan kelakuan adik perempuan satu-satunya itu.

"Hehe gak apa-apa bang, Karin cuman lagi seneng aja. Tadi disekolah ada sesuatu yang bikin Karin seneng dan Karin jadi lebih semangat lagi pergi ke sekolah." Jawab Karina dengan mata berbinar.

Kakak Karina mendengus.
"Perasaan kamu mah tiap hari juga semangat kalo ke sekolah."

"Ngomong-ngomong tumben papa mama belum pulang jam segini. Abang tau kenapa?" Tanya Karina sambil melihat jam tangannya.

Rasanya aneh duduk hanya berdua dimeja makan bersama dengan kakak laki-lakinya saja tanpa orang tua yang jarang sekali absen makan malam bersama.

"Mama kan lagi kesel, jadi papa ajakin mama makan malam berdua khusus berdua aja diluar. Biar mama gak terlalu kesel." Jawab Kakaknya sambil melahap makanannya.
Karina spontan menaruh sendok garpunya dan mendekat ke kakaknya.

"Emang mama kesel kenapa bang?"

"Kamu gatau?" Tanya kakaknya, juga menaruh sendok dan garpunya.

"Ya gatau lah, emangnya siapa yang bakal ngasih tau ih orang Karin seharian ini belum ketemu sama mama. Kemarin aja ketemu pas makan malem aja itu juga bentar banget kan karena mama makannya tiba-tiba dikit."
Kakaknya mengangguk.

"Jadi kemarin tuh mama gak sengaja nabrak mobil orang. Dan kamu tau yang punya mobilnya siapa?"
Karina menggelengkan kepalanya.

"Musuh bebuyutan mama dari jaman sekolahnya dulu. Orang yang paling mama benci. Kamu inget kan dulu mama pernah cerita?"
Karina langsung paham. Ibunya sempat bercerita soal teman yang jadi musuhnya itu.
Jika ada yang sangat ibunya benci melebihi apapun di dunia ini pastilah musuh bebuyutan ibunya itu dan sampai saat ini Karina maupun kakaknya tidak tahu alasannya.







Ditempat yang berbeda Jenovan sedang berbaring diranjangnya kemudian sempat berpikir untuk mengirim pesan ke nomornya Karina.
Lama dia berpikir sampai akhirnya dia mengirim pesan bertuliskan,

See you tmrw,I just can't wait honestly

Setelah itu dia langsung menaruh ponselnya di bawah bantal.
Nafas tidak beraturan.
Jantung berdegup kencang tidak biasanya.
Karina tidak akan menganggap nya aneh atau menertawakan pesannya kan?




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 03, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

sixteenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang