05

3.6K 243 42
                                    

⚠️

Entah apa yang merasuki Jaemin hingga membuatnya berani dan mau menerima ajakan Hyunjin untuk ikut bersamanya memesan kamar.

Tadi, saat ia mendengar Jeno mengiyakan permintaan Hyunjin yang sebenernya sangat ingin Jaemin tolak itu sangat membuat si manis kecewa, tentu saja ia mengharapkan kata 'tidak' dari tuaannya itu.

Tapi apa yang ia dapat?

Jaemin mendengus. Mengapa pula ia sampai menaruh harapan pada pria yang hanya memiliki hubungan sebatas atasan untuknya?

Sial. Jaemin kesal.

"Juan? ada apa? apa yang sedang kau pikirkan?" Hyunjin bertanya kala ia mendapati si manis yang termenung dengan bibir cemberut lucu.

Jaemin yang merasa terpanggil akhirnya mengangkat wajah dan menatap pria di hadapannya, ia nampak tengah menanggalkan jas yang ia pakai hingga tersisa kaos hitam ketat yang mencetak tubuh kekarnya.

Tidak lebih bagus dari tubuh Jeno, pikir Jaemin.

"Hah? t-tidak kok. Aku tidak sedang memikirkan apa apa" balas Jaemin.

Tak apalah, siapa tau dengan mendekati Hyunjin yang merupakan member lama dari sekelompok orang di bar ini, membuat Jaemin menemukan sesuatu yang bisa memberinya petunjuk tentang kasus yang sedang ia selidiki bersama Jeno.

Lalu sebagai bonus, Jeno akan senang karenanya. Bukankah itu bagus?

Jaemin tersenyum memikirkan itu.

Mereka berdua sudah ada di salah satu kamar yang disediakan bar. Jaemin tengah duduk di ranjang king size kamar itu sementara Hyunjin dalam keadaan baru kembali dari luar entah melakukan apa.

"Bolehkah aku mendapat nomor Hpmu? aku akan senang jika kita bisa tetap saling mengenal setelah malam ini" Hyunjin bergerak dan duduk di samping si manis.

Dekat sekali.

Pandangan mata yang lebih tua tak bisa lepas dari yang lebih muda, sejak pertama kali bertemu tadi. Hyunjin memang sudah terpana dengan sosok manis yang ia kenal sebagai Juan.

Dan ia sama sekali tak memiliki niat untuk melepas dan mengakhiri pertemuan dengan si manis itu hingga malam ini saja. Dalam arti, ia akan memiliki Jaemin, baik malam ini, besok, lusa, dan seterusnya.

"Boleh, aku akan menambahkan kontakku di Hpmu" Jaemin menjawab tanpa ragu. Ia menengadahkan tangan, menerima hp Hyunjin dan mengetikkan deretan angka yang merupakan nomor pribadi miliknya disana.

Semua baik sampai Jaemin merasa jika pria disampingnya itu semakin mengikis jarak diantara keduanya, membuat Jaemin mengetik sambil menahan risih saat napas hangat yang lebih tua terasa berhembus menerpa leher jenjangnya.

"Mm.. tuan Hyunjin, kau tinggal dimana?" Jaemin berbasa basi.

"Aku?" Yang lebih tua nampak mengulurkan lengannya, memeluk pinggang yang lebih kecil dari samping, "aku tinggal di apartemen tak jauh dari sini" jawabnya sembari menggerakkan telapak tangan kasarnya untuk meraba masuk ke dalam pakaian Jaemin.

"Akh!" pekikan itu keluar dari bibir si manis. Terkejut karena putingnya yang tiba tiba dicubit oleh pria disampingnya. Ia langsung menahan tangan Hyunjin agar tidak melakukan itu lagi.

"Mnhh.. tuan Hyunjin.." memang benar jika Hyunjin tidak lagi mencubit puting kecil milik si manis, namun pria itu tetap memainkan jarinya, menggesek pelan tonjolan itu dengab kuku, lalu mengelus elusnya dengan ibu jari.

"Ahh shh, geli.. tuan"

Hyunjin tersenyum miring saat lenguhan Jaemin keluar akibat perbuatannya.

"Karena aku sudah mendapat izin, maka biarkan aku melakukan ini" ujarnya sebagai aba aba sebelum menerkam leher Jaemin dengan mulutnya.

Yours | Nomin (on hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang