□
"M-maaf tuan, aku tidak sengaja. Aku benar benar minta maaf karena tidak berhati hati saat berjalan" Jaemin berkali kali membungkukkan badannya sembari terus merapalkan perkataan maaf. Memohon pada seorang pria dewasa yang tak sengaja ia tabrak dan membuat minuman yang sedang ia bawa tumpah.
"Pakai matamu! Kau tidak buta, kan?!"
Jaemin mendengar bentakan itu tepat di tengah hingar bingar suasana bar. Ia hanya menunduk pasrah, tak ingin melawan karena hal itu pasti akan menyebabkan keributan di sini.
Pria dewasa dengan pakaian yang bagian dadanya terbuka itu tiba tiba berhenti mengomel saat sadar bahwa yang menabraknya barusan cukup menarik untuk ia jadikan santapan malam ini.
"Hei?" Satu alis pria itu naik ke atas, menyiratkan ketertarikan, "apakah kau salah satu pelayan di sini?" Tanyanya, ia sama sekali tak peduli lagi dengan gelas minuman miliknya yang bercecer membasahi lantai.
Yang lebih kecil mengerutkan alis, "t-tidak"
"Benarkah?" Pria itu perlahan mendekat ke arah Jaemin, membuatnya reflek melangkah mundur namun segera terhenti kala ia merasakan satu lengan menahan di pinggangnya, "lalu ada apa dengan penampilanmu? Apa kau salah satu pengunjung yang ingin mencicipi hentakan pinggul salah satu pekerja yang ada di sini?"
Jaemin tersentak, wajahnya langsung memerah kala mendengar kalimat frontal itu.
Astagaaaa. Jaemin semakin merinding saat pria itu mulai mengusap tengkuk dan pinggulnya dengan sensual.
Arah pandang si manis bergerak gusar, mencari cari keberadaan tuannya yang tadi mengatakan akan membuat kartu anggota untuknya namun belum juga kembali sampai sekarang. Jaemin merengekkan nama Jeno di dalam hatinya.
"Hmm, sepertinya kau sedang mencari seseorang?"
Kulit Jaemin meremang saat ia merasakan hembusan napas pria itu di lehernya. Sial, lehernya bahkan sudah mulai di endus dan di beri beberapa kecupan oleh pria di hadapan Jaemin itu. Si manis menahan tubuh kekar di depannya dengan lengan yang menahan dada bidang itu.
"Tidak.." cicit Jaemin pelan.
"Siapa namamu?"
"Jaem- Juan, tuan"
Si manis melihat dengan jelas wajah pria yang ada di depannya. Tak ada yang spesial, wajah pria itu sama seperti pria pria yang sudah ia temui. Nampak mesum.
"Namaku Hyunjin. Tapi aku lebih suka kau memanggilku 'master' di sela desahanmu nanti" pria yang mengaku bernama Hyunjin itu melepas lengannya dari pinggang si manis, "pergi bersamaku"
□
Jeno kembali ke table setelah urusan soal pendaftaran Jaemin sebagai anggota tempat ini selesai. Laki laki itu mengernyit kala menemukan tempat yang tadi ia pesan bersama si manis dalam kondisi kosong.
Kemana Jaemin? Dia bilang akan menunggu Jeno di situ sampai tuannya itu selesai.
Tak terlalu berpikir dan menghiraukan soal itu, Jeno mendudukkan pantatnya di table posisi pojok. Ia menyalakan rokok dan mulai menghirupnya.
Mungkin saat ini Jaemin sedang di kamar mandi. Banyak kemungkinan yang bisa terjadi. Tapi yang pasti, satu kemungkinan jika ternyata ada seseorang yang berminat membawa Jaemin untuk bermain membuat hembusan asap dari mulut Jeno semakin keras dan pekat.
Apakah pria itu khawatir?
Hei untuk apa khawatir? Selama si manis itu menghabiskan hari harinya bersama Jeno, tak pernah sekali pun ia absen dari pelatihan pagi. Jaemin juga belajar bela diri atas kehendak Jeno.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yours | Nomin (on hold)
Fanfic⚠️ nomin |mature | bxb | agegap | mpreg Jeno merasakan perasaan lain pada Jaemin yang selalu ia sebut sebagai alat. Alat yang mampu menuruti semua keinginan bejatnya.