□"Bagaimana, Jen? Apakah ada tugas penting dari atasan?" Itu suara Eric, bertanya saat melihat Jeno keluar dari ruangan dengan pintu besar di hadapannya.
Jeno menggeleng, "tidak, aku hanya di perintah untuk segera menyelesaikan tugas yang lalu" jawabnya. Ia menghela napas seraya menyibak rambut depannya ke belakang, dan saat matanya kembali mendongak, Jeno tak sengaja menatap ke arah Jaemin yang berdiri di belakang Eric.
Pandangan mereka bertemu.
Pipi Jaemin bersemu saat bayangan kejadian dimana ia mengulum kejantanan milik Jeno hilir mudik di kepalanya. Si manis itu segera menunduk.
"Kau belum menemukan dalangnya? Apa tidak ada tanda tanda, Jen?" Eric bertanya lagi, mengungkit tugas yang diberikan atasan kepada Jeno agar ia bisa menemukan pelaku utama dari perdagangan obat terlarang yang masuk dalam jenis narkoba, baru baru ini pun beritanya sangat gencar dibicarakan.
Dari tempatnya, Jaemin dapat melihat tuannya itu tengah berpikir keras. Wajahnya terlihat lelah.
"Ayo, kita harus membahas masalah perusahaan sebelum aku berangkat menjalankan tugas"
Eric mengangguk mendengar ucapan Jeno. Kemudian dua pria berjas hitam itu mulai melangkah pergi, dengan Jaemin yang mengekor di belakang mereka.
□
Pembicaraan penting Jeno dan Eric berlangsung kurang lebih dua jam. Keduanya membicarakan tentang perusahaan yang sedang ada di tangan Jeno. Biasanya, jika Jeno dapat tugas dari atasannya untuk menemukan atau menangkap dalang dari masalah yang menjadi hama di kota, ia akan menyerahkan urusan perusahaan pada Eric sang tangan kanan.
Tugas Jeno kali ini adalah menemukan dan menangkap. Sehingga, sebelum ia berhasil menemukan siapa dalang di balik penyebaran obat terlarang, Jeno harus menyamar dan menyusup di gerombolan kelompok yang ia curigai.
"Tuan Jeno, aku sudah selesai menyiapkan semuanya di mobil"
Suara itu mengalihkan Jeno dari ponselnya.
Jeno menoleh ke arah Jaemin, menatapnya sekilas kemudian mengangguk pelan.
"Tuan Jen-"
"Jaemin, jangan lupa. Saat menjalankan tugas dan kita sedang tidak berdua saja, panggil aku Norman"
Alis Jaemin terangkat.
Benar, Jeno dan dirinya memakai nama yang berbeda saat menyamar.
Norman.
Jaemin masih memperhatikan Jeno yang tengah bersiap dengan perlengkapannya. Penampilan dominan itu sungguh berbeda dari kesehariannya. Yang biasa Jaemin melihat sang tuan mengenakan setelan jas, namun saat mereka menyamar semuanya berbeda. Karena golongan yang Jeno curigai adalah kumpulan anak anak malam, maka Jeno pun memutuskan untuk ikut berpenampilan seperti mereka pula.
Jaemin tak bisa berbohong, Norman sangat tampan.
"Kau sudah siap Jae- siapa nama samaranmu?"
"J-juan tuan" Si manis menyebutkan satu nama yang ia pilih sebagai nama samaran.
"Oh" tak peduli, Jeno sama sekali tak terlihat tertarik untuk mengomentari Jaemin.
Sial. Jaemin merasa kesal, apakah nama yang ia pilih terdengar jelek untuknya?
"Ayo, kita berangkat"
□
Mobil hitam itu berhenti di depan sebuah rumah dengan halaman yang luas saat matahari sudah berganti dengan purnama. Rumah yang akan menjadi tempat pulang Jeno dan Jaemin selepas dari kegiatan menyamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yours | Nomin (on hold)
Fanfiction⚠️ nomin |mature | bxb | agegap | mpreg Jeno merasakan perasaan lain pada Jaemin yang selalu ia sebut sebagai alat. Alat yang mampu menuruti semua keinginan bejatnya.