Bertemu Kamu

3 2 0
                                    

Seorang anak laki-laki yang sedang tertidur pun terbangun dari tidurnya, sebab alarmnya yang berdering kuat. Dia terduduk sebentar dan bangkit dari tempat tidurnya. Bersiap untuk mandi, berpakaian seragam sekolah, sarapan, dan berangkat sekolah.

Beberapa menit kemudian, dia selesai mandi dan sudah mengenakan pakaian seragam batik biru-biru dengan rapi. Dia langsung keluar dari kamarnya dan turun ke lantai bawah sambil membawa tasnya di bahu sebelah kanannya.

Saat sudah di lantai bawah, dia hanya melihat seorang wanita paruh baya yang sedang menyiapkan sarapan dan bekal.

"Pagi, Bibi Nirma," sapa seorang anak laki-laki yang bernama Langit kepada Bibi Nirma dan duduk di kursi meja makan.

"Pagi, Den," balas Bibi Nirma dengan senyum dan memberikan piring kepada Langit.

"Dimana yang lain, Bi?" tanya Langit.

"Kata nyonya Karra, hari ini semua sarapan di tempat kerja masing-masing. Jadi, nyonya Karra,  tuan Erga, dan Den Arga sarapan sudah bawa bekal," jawab Bibi Nirma sambil menyiapkan piring untuk Langit.

"Jadi, di sini cuma Langit aja?" tanya Langit lagi dengan tatapan heran.

"Iya, Den," jawab Bibi Nirma yang masih sibuk mempersiapkan perlengkapan sekolah Langit.

Langit pun seketika murung, ternyata keluarganya sudah pergi terlebih dahulu dan dia tidak mengetahui itu.

"Den, cepat sarapannya nanti telat," ucap Bibi Nirma sembari mengelus pundak Langit.

"Eh... Iya, Bi," jawab Langit yang terbangun dari lamunannya.

Beberapa menit kemudian, Langit sudah siap sarapan dan ingin berangkat ke sekolah. Dia di antara oleh sopir pribadinya, Pak Irwan.

"Pagi, Pak Irwan," sapa Langit sambil masuk ke dalam mobil.

"Pagi, Den. Sudah siap berangkat sekolah?" tanya Pak Irwan sebelum pergi.

"Siap, Pak!" jawab Langit semangat.

"Ok, kita berangkat," sahut Pak Irwan dan menjalankan mobilnya.

Saat di perjalanan, Langit hanya melihat ke arah jalan dan melamun memikirkan tentang keluarganya. Kenapa mereka sarapannya di tempat kerja masing-masing? Kenapa pergi pagi sekali?

Hanya itu yang Langit pikirkan.

"Den, kenapa, toh? Melamun terus," tanya Pak Irwan.

"Ini, Pak... Tentang keluarga," jawab Langit.

"Kok bisa sampai kepikiran? Belum cocok untuk memikirkan tentang keluarga, Aden kan masih SMP harusnya fokus sekolah," ucap Pak Irwan dengan nada jawanya.

"Iya, Pak Langit tau kok. Tapi, masalahnya kenapa mereka tidak kasi tau Langit kalau mau pergi," sahut Langit sedih.

"Rupanya, kenapa toh? Kan memang sudah biasa pergi deluan," tanya Pak Irwan.

"Ish... Emang, sih tapi baru kali ini perginya sepagi ini," jawab Langit kesal.

"Haha... Iya, iya pagi sekali memang tadi perginya. Maafkan kalau Bapak terlalu kepo," balas Pak Irwan.

Langit hanya terdiam dan masih melihat jalanan dengan tatapan melamun.

Setelah beberapa saat, kini mobil Langit masuk ke dalam halaman sekolah dan Langit sudah bersiap turun dari mobil.

"Semangat sekolahnya, Den jadi anak yang baik, dengerin guru saat menerangkan pelajaran, jangan ganggu teman mu." pesan Pak Irwan sebelum Langit turun dari mobil.

"Haha, iya Pak Langit pamit sekolah, ya," ucap Langit sebelum menutup pintu mobil dan berjalan masuk ke dalam sekolahnya.

Langit masuk ke dalam kelasnya dan duduk di bangkunya, dia hanya melihat teman-temannya yang sedang bercerita dan bercanda sebelum bel sekolah berbunyi.

Langit dari dulu memang tidak memiliki seorang teman dan tidak bisa bergaul dengan orang-orang. Karena jika dia berusaha untuk bergabung, dia lah yang paling terkucilkan dan tidak di anggap ada.

Bel berbunyi, semua siswa duduk di bangkunya masing-masing, dan Buk guru sudah masuk ke dalam kelas. Tapi, kali ini ada yang berbeda. Buk guru bersama seorang anak perempuan di sebelahnya, anak perempuan itu berambut panjang yang di ikat kuda, matanya berwarna coklat, dan tidak terlalu tinggi.

"Pagi, anak-anak," sapa Buk guru ramah.

"Pagi! Buk!" sahut para siswa dan Langit serentak.

"Hari ini kalian kedatangan teman baru, dia pindahan dari sekolah di Surabaya. Jauh banget, ya, baiklah tidak usah berlama-lama silahkan perkenalkan diri mu," ucap Buk guru dan sedikit berjalan mundur.

"Halo, semua," sapa anak perempuan itu.

"Halo!" sahut siswa lain dan Langit hanya terdiam kagum saat melihat anak perempuan itu.

"Perkenalkan nama saya Anindi Sena Pramudita, kalian bisa memanggil saya dengan Anin, Sena, Dita, Nindi, dan sebagainya asalkan tidak jauh dari nama saya. Terimakasih atas perhatiannya," ucap anak perempuan yang bernama Anin itu dan tersenyum ke arah siswa yang lain.

Langit hanya terdiam, tidak bisa berkata apa-apa, dia terpesona dengan kecantikan anak perempuan yang baru datang ke sekolah ini. Langit terbayang-bayang dengan nada suaranya dan namanya. Anindi Sena Pramudita.

"Langit? Langit?!" tegur Buk guru.

Langit terbangun dari lamunannya, dia melihat ke kanan dan ke kiri dengan tatapan bingung.

"I-iya, Buk," sahut Langit.

"Langit... Ini masih pagi jangan suka melamun, nak, Langit apa di sebelah mu ada bangku kosong?" tanya Buk guru ke Langit.

"O-oh... Ada kok, Buk," jawab Langit gugup.

"Baiklah, kamu... Duduk di sana, ya Anin," ucap Buk guru pada Anin sambil menunju bangku kosong disebelah Langit.

"Baik, Buk terimakasih," sahut Anin dan berjalan ke arah meja Langit.

"Halo! Aku duduk di sini, ya," ucap Anin dan duduk di bangku sebelah Langit.

"Silahkan, atuh," Langit pun memalingkan wajahnya dan menahan senyum ke arah kanan.

"Nama kamu siapa?" tanya Anin.

"Hm... Nama aku Lintang Langit, salam kenal," jawab Langit dengan sedikit gugup.

"Nama yang bagus, salam kenal juga, ya aku Anin," sahut Anin dengan senyumnya.

Langit hanya bisa menahan senyum dan membuka buku pelajaran karena sudah mulai pelajarannya. Hari ini, pelajarannya ada bahasa Inggris, IPA, TIK, dan seni budaya. Langit mengeluarkan buku bahasa Inggris dan membuka halaman yang sudah di beritahu oleh Buk guru tadi.
























Jum'at, Oktober 13 2023

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 13, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ketika Rumah Berbentuk ‹Kamu›Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang