Scandal 2

435 39 8
                                    

Gimana mau bahagiain mereka kalo diri kamu sendiri aja ngga bahagia?

🍂

Aran membawa Fiony masuk ke dalam apartmentnya. Tentu saja, ia tidak mungkin membawa Fiony pulang ke rumahnya dengan kondisi seperti ini. Sejak tadi Fiony terus meracau tidak jelas, sesekali Aran mendapatkan pukulan dan cubitan kecil dari gadis itu.

Dengan sabar, Aran membaringkan Fiony di atas tempat tidurnya. Kemudian, membantu melepaskan jaket dan sepatunya.

"Aran?" ujar Fiony pelan, mata gadis itu sangat sayu.

"Iya aku di sini," jawab Aran menghampiri Fiony setelah membereskan barang-barang gadis itu.

"Kangen," kata Fiony sambil melebarkan kedua tangannya.

Aran terkekeh pelan, ia mengusap puncak kepala Fiony kemudian membawa gadis itu ke dalam pelukannya, "Aku juga kangen kamu,"

"Bohong!" Fiony mendorong tubuh Aran pelan, ia menatap tajam pada Aran, "Kamu udah lupain aku, 'kan?!!"

Aran mengernyitkan dahinya heran, sedikit bingung dengan perkataan Fiony, "Gimana bisa aku lupain kamu hey?"

"Iya! Kamu udah lupain aku, sekarang kamu lebih sering bareng sama Kak Chika daripada sama aku!!" ujar Fiony.

"Mana pake cium-cium segala lagi," lanjutnya.

Aran tertawa geli, entahlah ini pertama kalinya Aran melihat Fiony mabuk seperti ini. Ia sangat senang karena akhirnya Fiony mengakui perasaannya, "Oh kamu cemburu?"

Beberapa waktu ini Aran memang sangat sulit untuk berkomunikasi dengan Fiony. Gadis itu seakan selalu menghindarinya tiap kali ia sengaja bermain ke rumah dengan alasan ingin bermain dengan Zack.

"Aku sedih karena Kak Chika lebih dulu ngerasain bibir kamu daripada aku," ujar Fiony dengan mata yang berkaca-kaca.

Aran terpaku saat melihat Fiony yang tiba-tiba saja naik ke atas pangkuannya, mantan kekasihnya itu merangkul lehernya dengan tatapan mata menggoda. Aran meneguk ludahnya sendiri saat Fiony mulai mendekatkan wajahnya.

"F–Fio?" ujar Aran terbata sambil menaruh kedua tangannya untuk melingkari gadis itu, bermaksud untuk menahannya agar tidak jatuh karena Fiony yang tiba-tiba saja duduk di atas pangkuannya tanpa aba-aba.

Bukan tidak ingin, tentu saja ia tidak akan menolaknya apalagi gadis di depannya ini adalah Fiony; gadis yang masih sangat ia cintai.

"Hm?" Fiony hanya bergumam masih dengan mata yang terus menatap pada Aran lekat, "Kenapa sayang?"

Aran tersenyum lebar saat mendengar perkataan yang keluar dari mulut Fiony, sudah lama sekali rasanya, ia akhirnya menggeleng, "Ngga papa, aku kangen kamu."

"Aku ju—"

Belum sempat Fiony menyelesaikan perkataannya, kepala Fiony sudah lebih dulu terjatuh ke dalam dada bidang Aran. Gadis itu tidak sadarkan diri akibat pengaruh alkohol yang diminumnya.

Aran memejamkan matanya, kemudian menghela nafas berat, "Ya– aku lupa kalo kamu ngga bisa minum alkohol banyak-banyak."

Setelah itu, Aran kembali membaringkan Fiony ke posisi semula. Ia menarik selimut sampai ke dada gadis itu, mengusap pipinya dengan lembut.

Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang