Satu.

272 22 0
                                    

Note: italic untuk flashback/mimpi.

Ruangan itu kotor dan minim pencahayaan, lantainya yang dingin tak menjadikan mereka ingin menempatkan sebuah alas di sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ruangan itu kotor dan minim pencahayaan, lantainya yang dingin tak menjadikan mereka ingin menempatkan sebuah alas di sana. Suasananya begitu terasa mencekam karena suara rantai yang bertabrakan dengan kulit dan lantai.

Mereka bilang seharusnya dirinya tak di sini, tapi ia memaksa untuk masuk. Menembus para pria tinggi yang menamai diri mereka pengawal. Ia berlari sebisa yang ia mampu, lalu menjatuhkan dirinya di depan seorang laki-laki yang entah masih sadar atau tidak.

Ia mengangkat kepala pelan kepala laki-laki itu agar bisa tertidur di pahanya. Tangannya bergerak untuk menepuk pelan pipi laki-laki itu, membangunkannya. Mata itu secara perlahan terbuka dan menatapnya dengan getar.

"Anda tidak seharus—"

"Please, don't say anything. Kamu pasti sangat kesakitan."

Bibirnya yang ternoda darah malah memaksakan sebuah senyum agar muncul. Tangannya yang dingin menggenggam tangan kekasihnya. Ia menggeleng dan berkata, "Don't worry. I'm fine."

Tepat setelah berkata demikian, ia terbatuk. Darah ikut memberontak keluar dari mulutnya seiring dengan hal itu.

"You're not fine!" bentak wanita itu seraya mengusap darah yang baru saja keluar dengan gaunnya.

Fallin' Flower | Hoshi x SanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang