Awan hitam pertanda hujan.
Kau datang memberi kesejukan.
Kau dan petir datang bersamaan dengan tangisan pilu ku yang mengisi kamar sepi ini.
Tangis ku dengan tangis mu akan menjadi kebiasaan yang tak bisa aku hindari.⛈️⛈️⛈️
Rintikan hujan terdengar diluar kamar. Dinginnya udara malam hari menerkam seorang gadis terduduk meringkuk dengan kedua tangan memeluk badannya sendiri. Menatap kosong ke arah depan, mendengarkan rintikan hujan yang semakin lama semakin deras.
Gemuruh di langit terdengar keras membuat siapa saja ketakutan. Namun, berbeda halnya dengan gadis ini. Ia malah menertawakan nasibnya.
"Nadin Anastasya... Kakak yang selalu salah dimata mamah, terus gak becus jaga adek," ia bergumam kepada dirinya sendiri dan diakhiri tawa sedih meratapi nasibnya menjadi anak perempuan pertama.
Nadin harus kuat, kamu gak boleh nangis, kamu gak boleh menyerah. Itulah yang selalu ia ingatkan kepada dirinya sendiri. Namun, tetap saja takdir selalu membuatnya lemah, selalu membuatnya menangis, dan selalu membuatnya ingin mengakhiri kehidupan yang menyedihkan ini.
Hanya saja, ia ingat betul pesan mamah kandungnya terhadap Nadin.
"Nak... Kamu harus sayang sama Mamah tiri kamu, ya? Seperti kamu menyayangi Mamah. Mamah tidak ingin Ayah berbuat buruk terhadapmu karena kamu tidak menuruti perintah Mamah tiri mu."
Itulah yang mamah Nadin katakan kepada Nadin. Ia harus berusaha kuat walau raganya lemah, ia harus menurut kepada mamah tirinya, karena satu-satunya yang ia punya saat ini adalah mamah Tari dan Adi Nugroho, adik tiri Nadin.
Adi Nugroho adalah adik satu-satunya yang Nadin punya. Adi sekarang baru saja masuk kelas 1 SD, di SD Mentari. Adi juga termasuk anak kesayangan mamah Tari. Adi juga selalu di bela oleh Tari walaupun takdir berkata anak kesayangannyalah yang melakukan kesalahan.
Yang terkena marah siapa? Nadin.
Terkena omelan hingga berakhir pukulan siapa? Nadin lagi. Bahkan Nadin rasa apa yang ia buat dan apa yang ia lakukan selalu salah dimata Tari. Padahal Nadin sudah berusaha dan memperlihatkan kepada Tari ia bisa menjaga Adi dan ia memperlakukan Adi dengan baik. Namun, ia masih saja dipandang buruk oleh mamah tirinya tersebut."MAMAH!!" teriak anak laki-laki yang berada di kamar sebelah Nadin.
Teriakan tersebut adalah teriakan Adi, adiknya Nadin. Nadin tau adiknya ini sangat takut terhadap petir. Kebetulan petir terus terdengar di langit malam sampai membuat Adi bersembunyi di balik selimutnya yang hangat.
Nadin tidak tega melihat adiknya pun menghampiri Adi. Sampai detik ini mamah Tari masih belum menampakkan dirinya sejak tadi pagi. Katanya sih ada perlu dengan teman-temannya, tapi ini terlalu lama.
Sekarang Nadin sudah berada di depan gorden kamar mamahnya. Di rumah ini semua kamar menggunakan gorden.
Sebelum Nadin masuk, Nadin berfikir dua kali untuk masuk ke kamar mamahnya. Sebab, ia diberi peringatan untuk izin terlebih dahulu kepada Tari ketika ingin masuk ke kamar ini.
Nadin tidak kuat mendengar teriakan ketakutan Adi pun langsung masuk ke kamar. Betapa terkejutnya Nadin melihat Adi bersembunyi di balik selimut berwarna coklat. Adi terus menangis dan berteriak meminta tolong kepada mamahnya agar segera pulang.
"Dek..?" panggil Nadin lembut.
Nadin duduk di pinggir kasur, membuka perlahan selimut menutupi seluruh badan Adi yang memiliki tinggi 127 centimeter.
"MAMAH!!" Adi memeluk Nadin, ia tidak sadar bahwa yang ia peluk adalah kakaknya sendiri.
"Syutt... Ini kakak, dek." Adi langsung melihat wajah yang ia peluk dan ternyata itu bukan mamahnya melainkan kak Nadin.
"Hiks, kak.." Nadin mengusap punggung Adi perlahan.
"Kita tidur di kamar kakak aja yuk!" Tanpa berfikir panjang Adi mengangguk patuh. Sekarang ia benar-benar ketakutan. Sedari pagi ia menunggu mamahnya pulang, tetapi hasilnya nihil.
᯽ ᯽ ᯽
Dikamar Nadin.
"Kakak. Jangan tinggalin Adi, ya. Adi takut..." Nadin mengangguk.
"Tidak akan dek. Sekarang kamu tidur, okay?" Adi mengangguk dan memeluk Nadin dengan mata yang berusaha tertutup rapat.
Nadin kasihan kepada Adi. Walaupun mamah tirinya lebih menyayangi Adi, tetapi ia prihatin terhadap Adi yang selalu di tinggal Tari. Adi masih butuh kasih sayang seorang ibu. Meski Adi di beri uang banyak, kasih sayang seorang ibu lebih penting dibanding uang. Dan, jika Adi pilih, ia lebih memilih ibunya selalu berada di samping Adi. Seperti sosok sang kakak yang selalu menemaninya.
Dari umur 2 tahun Adi memang sering ditinggalkan Tari. Siapa yang mengasuhnya? Nadin. Siapa yang menggantikan popok? Nadin. Siapa yang membuatkan susu sejak Adi umur tujuh bulan? Nadin lagi. Sedangkan Tari, Mama kandungnya Adi? Ia malah asik jalan-jalan dengan teman-temannya dibanding mengasuh Adi.
Pada saat Adi terluka atau mendapat hinaan dari teman-temannya pun Tari—lah yang memarahi Nadin. Tari—lah yang menyiksa Nadin supaya Nadin merasakan apa yang anak kandung Tari rasakan.
Kejam dan egois bukan? Memang betul. Tetangga sekitar tahu betul sifat Tari terhadap kedua anaknya geram. Mereka ingin sekali memarahi Tari, karena Tari selalu meninggalkan kewajibannya sebagai seorang ibu.
Tapi, apa daya mereka yang dilarang pak RT untuk tidak ikut campur urusan keluarga orang lain. Pak RT juga menjamin kepada warga yang masih berada disekitar rumah Tari akan mendapatkan peringatan supaya tidak terlalu keras mendidik anak.
Sampai saat ini warga heran. Kenapa ayah Nadin menikahi Tari yang sudah jelas ayah Nadin sudah mempunyai istri. Warga berfikir berbeda. Ada yang bilang hamil di luar nikah dan ada pula ingin merebut suami orang.
Semua sudah terjadi, waktu pun tidak bisa diulang dari awal pernikahan kedua orang tuanya Nadin. Kini, Nadin berprinsip kepada dirinya sendiri akan selalu bersikap tegar dan memberikan kasih sayang kepada Tari dan Adi.
Balik lagi dengan Adi yang sudah tertidur lelap di tangan kanan Nadin. Bantal yang berada di kamar Nadin pun tidak dipakai oleh Adi, karena Adi lebih memilih tangan kakaknya yang menurutnya nyaman.
Tangan kiri Nadin juga tidak tinggal diam, tangannya bergerak mengusap punggung Adi hingga membuat adiknya nyaman dan tidur terlelap.
Seiringnya waktu, perlahan petir menghilang. Membuat Adi merasa tenang di samping sang kakak. Walaupun masih ada sedikit gemercik air bertubrukan dengan tanah lembab akibat guyuran hujan.
Adi terhanyut ke dalam mimpinya hingga suara petir yang membuatnya takut pun tidak terdengar lagi. Bukan hanya itu saja, usapan halus yang diberi Nadin membuat Adi semakin tenang dan nyenyak dengan tidur malamnya.
"Selamat malam adikku."
...
Jangan lupa tinggalkan jejak di chapter pertama ini ya.