"Jangan melihat orang dari covernya saja, kita bahkan tidak tahu niat baik dan buruknya seseorang."
- Nadin Anastasya -"Makasih mah."
"Sama-sama." Mendengar itu, seketika Nadin berbalik badan dan mendapat dimana sosok pria tampan dengan pakaian sederhana dan lensa matanya yang berwarna hitam gelap.
Pria itu hanya melempar senyuman tulus kepada Nadin.
Nadin yang mendapatkan senyuman pria itu langsung berbalik badan dan berjalan lurus meninggalkan pria yang menurutnya asing.
Sebenernya dia bisa saja teriak jika pria ini berbuat macam-macam padanya, karena keadaan sekitar cukup ramai dengan kendaraan berlalu lalang di jalan raya dan orang-orang beraktifitas di bibir jalan.
"Mau kemana?" Pria yang tadi mengikuti Nadin, tetapi bedanya sekarang pria ini berdiri di samping Nadin.
"K-kamu nanya siapa?"
"Saya nanya sama perempuan sederhana, baik hati, dan pendek." Nadin mengerutkan dahinya.
"Maksudnya pria ini apa sih?" Gumam Nadin dalam hatinya.
"Saya nanya sama kamu. Kamu mau kemana siang-siang gini keluar rumah." Tanya pria itu dengan sopan.
"Beli chicken buat mamah." Mendengar penjelasan singkat dari bibir Nadin, pria itu mengangguk paham dan tidak lupa dengan bibir tipisnya yang tersenyum tipis.
"Rekomendasi dong tempat makanan chicken yang enak?"
"Aku kurang tau, tapi aku sering beli chicken disini." Tanpa terasa mereka berdua sudah sampai di depan dimana seorang pegawai menyiapkan pesanan untuk pelanggannya.
CHICKEN LEZAT
Itulah nama tempat chicken yang akan Nadin kunjungi. Tempat ini tidak terlalu jauh dari rumah Nadin dan sudah menjadi langganan mamahnya, Tari.
"Ohh, kalo boleh tau. Chicken disini enak gak?" Nadin menggeleng kepala.
"Kurang tau."
"Kamu pasti sebelumnya pernah beli, masa gak tau rasanya?" Tanya pria ini heran. Ya, kalian pasti akan heran juga jika di posisi pria ini. Nadin beli chicken, tetapi dia tidak tahu rasanya? Aneh bukan.
"Aku beli buat mamah sama adikku. Permisi." Nadin yang merasa terganggu dengan kehadiran pria tak dikenalnya pun langsung pergi untuk mengantri membeli makanan kesukaan Tari.
Tanpa Nadin sadari, ternyata pria yang merasanya tidak nyaman berdiri tegak dibelakang Nadin dan tujuannya pun sama seperti Nadin. Ingin membeli chicken. Walaupun sebenarnya dia ingin pergi ke tukang bakso tapi dia rela mampir untuk membeli makanan yang akan dibeli Nadin juga.
Setelah selesai memesan pun Nadin tinggal duduk manis di kursi yang sudah disediakan, tetapi matanya tertuju kepada pria yang sedari tadi menguntitnya dari belakang.
"Dia sengaja atau emang tujuannya sama kaya aku?" Tanya Nadin dalam hatinya heran.
᯽ ᯽ ᯽
Nadin POV
"Maaf sebelumnya, dikarenakan stok chicken di etalase sedikit lagi. Kami mohon kepada pembeli untuk menunggu sebentar. Terima kasih." Aku hanya mengangguk patuh dan menunggu pesanannya selesai, setelah itu aku bisa memberikan chicken yang mamah inginkan.
"Hayo ka." Sapa seorang anak kecil laki-laki yang baru saja duduk di samping kursi ku. Sebelumnya kursi tersebut kosong dan sekarang ditempati oleh seorang bocah dan ayahnya.
"E-eh? Kamu sapa kakak?" Tanyaku kebingungan. Ya tadinya aku ingin langsung menyapa bocah disampingku, hanya saja aku takut kege'eran. Gimana nanti kalo aku sapa dia sedangkan dia menyapa orang lain?
"Hu'um. Aku agi sapa kakak antik." Mendengar itu pipiku bersemu merah. Jujur, aku lebih suka anak kecil memujiku daripada laki-laki seumuran. Rasanya agak aneh saja sih.
"Terima kasih. Kamu juga ganteng." Puji balik ku kepada anak tersebut.
"Iya, aku antengkan kaya papah?"
"H-ha?" Mendadak aku ambigu.
Seketika pria yang pangku anak kecil ini mencubit gemas, "bisa aja kamu Rio." Rio yang mendapatkan cubitan gemas di pipinya hanya terkekeh kecil.
"Ck! Sok asik banget si duda." Papah Rio mendengar pria asing hanya mendelik tak suka.
"Maksudnya kamu apa? Dasar Bocah jomblo."
"Cih, tunggu aja waktunya. Bentar lagi gue gak bakal jomblo. Camkan itu!" Jawab Azlan dengan nada sombongnya.
"Terserah mu Azlan."
"Azlan?" Tanyaku kepada si duda.
"Kamu tidak tau nama bocah ini?" Aku menggeleng tak tahu. Aku bertemu dengannya pada saat aku ingin membeli chicken.
"Sialan! Dasar duda gak tau diri."
"Dengar, jangan kamu dekat dengannya. Dia bocah yang tidak tau sopan santun."
"Idih, ngapain lu ngatur pacar gue?" Seketika aku melotot dan mencubit paha Azlan. Apa maksudnya itu? Siapa yang pacaran dengannya. Menyebalkan.
"Gak! Kapan kita pacaran, ha?!" Tanyaku pedanya dengan penuh emosi.
"Eee.. bukannya tadi---"
"Halu."
"Nda! Kakak antik ini nanti jadi mamanya Lio."
Selamatkan aku dari situasi menyebalkan ini!
"Mimpi kali ah. Ntar bapak lu disebut predator."
"Pledatol?" Mendengar ucapan Rio, aku tertawa geli. Anak kecil yang belum lancar bicara itu sangat menggemaskan. Seketika aku reflek mencium pipi Rio.
"Huh?" Boom! Pipi kiri Rio bersemu merah.
"Masa anak saya saja yang dicium? Saya kapan?"
Plak!
᯽ ᯽ ᯽
Sekarang Nadin, Azlan, Rio, dan si duda alias papahnya Rio tengah berjalan menuju rumahnya masing-masing. Posisi mereka berempat saat ini adalah Nadin yang berjalan paling depan. Tadinya Nadin menolak, tapi tidak mau basa-basi akhirnya Nadin langsung berjalan meninggalkan Azlan dan Steven yang tengah berdebat satu sama lain.
"Tata Nadin!" Panggil Rio yang kini sedang dipangku oleh Steven.
"Hm? Apa?" Seketika laki-laki yang berada dibelakang Nadin berhenti mendadak karena Nadin mendadak berbalik badan.
"Tata Nadin, mau nda main ke lumah Lio? Pweees." Ucapnya dengan nada memohon.
"Maaf ya, kakak gak bisa."
"Tata Nadin jahat!" Rio langsung menangis
- END -
Gajeulas da, ngegantung wae😭
Sesuai mood yaaw