Cahaya yang masuk melalui celah gorden kamar sorang anak perempuan yang tengah tidur terlelap, membuat dirinya merasa terganggu atas sinar cahaya yang sangat menyinari muka cantiknyaa itu.
"Hoaam." sabita menguap sembari duduk di ranjang kasur nya yang empuk itu.
Jam yang ternyata sudah menunjukan pukul 08.45 WIB, dia terbangun dan berjalan menuju ruang makan.
Perempuan berambut hitam cokelat menatap anak gadisnya yang dari tadi berdiri di tangga dengan wajah bangun tidurnya, yah dia Buna Fidelyn bunda nya Sabita, panggil saja dia Buna karena itu panggilan kesayangan Sabita.
"Sayang sini cepetan turun makan." panggil Buna kepada Sabita.
Tanpa basa basi Sabita turun dengan langkah yang panjang dan sedikit berlari, tanpa di duga suatu kejadian yang menimpa Sabita
Dubrakkkk
"Aduhh, sakit." Sabita reflek dan langsung meringik kesakitan.
"Astaga sayang hati-hati kalau turun tangga, Buna kan udah pernah ngomong jangan jalan sambil lari di tangga, gimana?, kamu gapapa." gerutu Buna, dan langsung menghampiri Sabita.
"Lagian sih lu dek turun tangga bukanya hati hati malahan lari larian." ucap Sarega sambil sedikit terkekeh.
Sarega pun tak tinggal diam, dia berdiri dari tempat duduknya langsung mengahampiri Sabita dan menggendong sampai sofa yang berada di ruang keluarga.
Sabita masih meringis kesahitan karena bagian betis kaki terkena garis tangga, untung saja hanya lecet lecet bukan patah.
"DUH SAKITTT BANGETTT, HIKSSS...."
Sarega yang mengobati Sabita pun sedikit tutup telinga karena suara adeknya begitu menggelegar sampai bagian sudut rumah.
"Bisa diem ga si Dek, lagi di obatin juga." kesal Sarega kepada Sabita yang dari tadi tidak berhenti merengek karena kesakitan.
Akhirnya selesai di obati Sabita bergegas berjalan menuju kamar nya lagi, namun nyeri yang berada di tulangnya itu tak kunjung mereda, semakin Sabita menggerakan kakinya maka nyeri yang di rasakan Sabita begitu sakit.
"Sini gue bantu naik." karena Sarega juga saat itu ingin kekamarnya
Sabita di bantu abangnya menuju kamarnya, kamar Sabita dan Sarega bersebelahan, Sabita di kanan dan Sarega di kiri.
"Btw, makasih ya Bang." ucapan terimakasih Sabita ke abangnya dan mencium pipi kiri nya dengan lembut.
"Haha iya Dek santai aja, kalau ada apa-apa ngomong atau telefon gue ya." jawab Sarega dengan lembut dan tak lupa senyuman yang begitu manis.
"Siap aye-aye captainn." Sabita menjawab kembali lalu duduk di atas ranjang kasur besarnya.
***
Sabita bosan karena daritadi dia hanya duduk dan sambil memainkan ponselnya itu, tidak ada aktivitas lain yang di lakukanya, karena kakinya masih terasa sakit jika digerakan.
Tak lama dari itu sebuah notif pesan masuk dalam handphone-nya, lalu dia membukanya dan membaca pesan yang ternyata dikirim oleh temanya itu.
"Sabita lo gapap?." pesan yang tertera di whatsapp nya itu
"Iya gue gapap kok, btw lo tau darimana?." jawab Sabita kepada temannya
"Gue dikasih tau sama Abang lo, dan gue juga disuruh kerumah lo." jawab ajele selanjutnya
"Yaudah sini kalau mau kerumah, lagian gue juga bosen ga ngapa-ngapain wkwk."
Selepas dari itu Sabita menaruh handphone-nya kembali di sampingnya agar ketika mau mengambil nya lagi tidak sulit untuk di ambil.
*15 menit kemudian*
Ajele berjalan memasuki rumah Sabita dan mengetuk pintu agar dia bisa masuk kedalam, tak lama kemudian Bang Sarega membukakan pintu, dan mempersilahkan Ajele masuk kedalam rumahnya itu.
Tanpa basa basi dia bergegas kekamar Sabita untuk menengok keadaan temanya itu, yang katanya jatuh dari tangga. Ajele pun mengetuk pintu kamar sahabatnya, dan dijawab oleh Sabita berarti pertanda boleh masuk.
"Weh Bit bisa-bisanya lo jatuh." tanya penasaran Ajele kepada Sabita
"Ya biasalah lo tau sendiri kalau gue di tangga suka ngapain." jawab Sabita sambil memutarkan bola matanya yang malas itu.
"Haha ya tau kok, makanya hati hati lain kali." ucap Ajele mengingatkan agar temanya itu untuk berhati-hati kedepanya.
Akhirnya mereka berdua sibuk curhat satu sama lain, Ajele menceritakan cowonya itu kepada Sabita, karena akhir-akhir ini hubungan mereka renggang.
Sabita pun memberi saran agar temanya itu tidak terlalu bucin untuk pasanganya yang sekarang mulai berubah sikapnya, agar ketika cowonya itu meninggalkan sahabatnya, Ajele tidak perlu menangis dan gamon berlangsung lama.
Tak terasa waktu begitu cepat berlalu, Ajele akhirnya memutuskan untuk pulang karena ini sudah terlalu malam, takutnya di jalan dia kenapa kenapa.
Ajele berpamitan kepada Buna Sabita dan Bang Sarega
"Bun, bang, Ajele pamit dulu ya." ucap Ajele berpamitan
"Hati-hati ya nak, biar Sarega yang antar kamu pulang." jawab Buna dan segera menyuruh anak laki-lakinya itu bergegas antar Ajele ke rumahnya.
"Iya Buna, terimakasih." sambung Ajele menjawab Buna.
Sarega bergegas mengambil kunci mobil dan segera menuju garasi tempat mobilnya yang terparkir rapi berjejer.
Tak lama Sarega mengeluarkan mobilnya itu Ajele bergegas juga menyusul mobil Sarega dan menaiki jok depan, di perjalanan mereka saling bicara satu sama lain, dan pada akhirnya sudah sampai tepat di depan rumah Ajele.
Ajele kemudian berpamitan kepada Sarega dan mengucap salam dan terimakasih karena sudah mau mengantarnya pulang sampai rumah.
"Kak makasih ya." terang Ajele mengucap terimaksih.
"Santai aja jel, sama sama." jawab Sarega sambil tersenyum manis
Setelah Ajele masuk kedalam rumahnya Saregas bergegas mentancapkan gas mobilnya menuju rumahnyaa itu karena sudah begitu larut malam.
Ya tak terduga kecelakaan tunggal yang terjadi di depan persis mobilnya Sarega, nafas Sarega pun sudah normal karena bukan dirinya yang berada di posisi kecelakaan tunggal ini.
Sarega bergegas menyetir mobilnya dengan kecepatan sedang agar cepat sampai rumahnya agar orang rumah tidak khawatir dengan keadaanya.
Sesampainya dirumah Sarega memarkirkan mobilnya masuk didalam garasi mewahnya itu, tanpa basa basi Sarega masuk rumah lewat pintu garasi dan menuju ke kamarnya.
TBC...
Gimana ceritanya? Seru tidak? Pasti serukan, gimna kalay kalian baca sambil ngefollow juga biar kita sama sama enak ya kan?
Lanjut ga nih? Penasaran? Mending baca chapter berikutnya aja
See you ketemu di chapter selanjutnya@zaniarraa_
KAMU SEDANG MEMBACA
last scenario
Teen FictionSeseorang anak yang ditinggal oleh Ayahnya dalam kecelakaan, dan memiliki Bunda dan Abang yang begitu menyayanginya, tanpa mereka sadari Anak gadis mereka memiliki trauma berat ketika melihat seseorang yang kecelakaan atau tertabrak. Apakah Sabita b...