Chapter 04 : Milk Tea

89 4 0
                                    

"Sulit sekali bukan, menahan gejolak rasa yang ingin sekali dikeluarkan, tetapi disisi lain dihadapkan dengan resiko yang akan membuat hidupmu berubah 180°."

------------
BinHao
------------

Bagaimana rasanya memiliki seseorang yang menerima semua sisi negatif dirimu?

Seseorang yang selalu mendukungmu apapun pilihanmu.

Senang, bersyukur.

Itu yang Abian rasakan mempunyai sahabat seperti mereka. Mereka pendukung nomor 1 pilihan Abian menyukai seseorang berjenis kelamin sama dengannya. Walaupun sahabatnya terkadang bertingkah lebih dari mahkluk halus, tapi mereka tidak pernah mengkritik pilihannya.

Abian sudah percaya kepada mereka seperti keluarga sendiri.

Hari Jumat cerah di jam 06:30, hawa dingin masih mendominasi kota. Abian mengenakan helm full face nya kemudian menyalakan mesin motor Ducati Panigale V4 Maroon miliknya.

Abian mulai melajukan motornya keluar dari rumah bernuansa eropa, diiringi Aji, Gandi dan Ricky dibelakangnya. Seperti biasa, mereka bertiga akan datang lebih awal ke rumah Abian, tak jarang pula mereka ikut sarapan. Begitulah biasanya setiap akan berangkat sekolah, saling tunggu menunggu. Sebut saja mereka ini F4 nya Planet High School.

Mereka sampai di sekolah disambut dengan teriakan yang mampu membuat telinga berdengung. Mereka seperti idol, Kehebohan para pecinta F4 setiap harinya membuat satpam gemas.

***

Hamza membawa dua buku tebal di tangannya. Bunyi sepatunya terdengar jelas di koridor sekolah yang sepi membuat ia menjadi lebih rileks. Bunyi sepatunya  menyenangkan.

Ini masuk jam pelajaran kedua. Ia di suruh mengantarkan buku pelajaran milik guru mapel pertama.

Langkahnya sedikit melambat saat melewati lapangan basket, bukan disengaja, Hamza juga tidak sadar kalau sekarang bahkan ia sudah berhenti berjalan. Ia malah asik mengamati orang-orang bermain basket, terutama yang membuatnya sedikit terkesima, adalah Abian, dia bermain dengan sangat baik dan keren. Hamza sudah tahu dari banyak mulut tentang Abian dan prestasinya terutama dalam hal basket. Cowok itu memang hebat bermain basket, tapi ini terasa sangat hebat karena kini ia menyaksikannya sendiri.

Ini sudah beberapa kalinya Hamza  melihat Abian bermain basket, dan sudah berkali kali pula ia kagum dengan permainan handal cowok itu. Hamza jadi itu, sangat iri.

Di lapangan Abian tengah meneguk air mineral, itu hal yang biasa, tapi tidak tahu mengapa itu terlihat berbeda di mata cowok penyuka biola itu. Ia berpikir 'kok ada cowok se sempurna dia' pantas memang, dia di idam-idamkan semua orang.

Ditengah asiknya melamun, tiba-tiba seseorang memanggil namanya.

"Hamza?"

Hamza refleks menolehkan kepalanya. Dilihatnya seorang siswa bertubuh kurus tak jauh dari tempatnya berdiri. Jalannya petantang petenteng.

"Ngapain diri disini, sendirian pula?" Tanya siswa yang menjabat sebagai ketua OSIS.

"Ah ini, gue mau ke ruang guru, nganterin buku. Lo sendiri ngapain? Lagi ngeronda?"

"Gue abis dari kamar mandi."

"Oh kirain ngeronda. Ya udah gue duluan ya."

"sini gue bantuin." Ketua OSIS bernama Leon itu mengulurkan tangannya hendak mengambil buku yang di tangan Hamza, namun Hamza menahannya.

"Nggak usah, gue bisa sendiri kok." Tolaknya.

"Gue temenin aja kalo gitu."

Hamza menghela nafas. Orang ini memang selalu baik padanya, membuatnya selalu merasa tidak enak.

"Gak perlu. Lo balik aja ke kelas lo."

"But rest time together, okay?."

"Emangnya lo nggak ngeronda?."

"Nggak. Bye, see you.." Lee Jeong mengusak rambut coklat Hamza hingga berantakan.

"Ishh! Kebiasaan!" Hamza misuh sembari tangannya merapikan rambutnya.

Disisi lain, seseorang menatap tak suka interaksi kedua orang itu. Mata elangnya tidak pernah lepas dari setiap gerak ketua OSIS terhadap lawan bicaranya. Tangan berototnya meremas botol air mineral yang telah kosong, membuat botol itu menciut dengan bentuk yang tidak cantik lagi.

**

Hari ini Hamza sedikit kecewa, karena di kolong mejanya tidak ada minuman milk tea seperti kemarin kemarin. Hamza tidak tahu siapa yang selama ini selalu memberinya milk tea hangat. Tapi, kenapa orang itu tidak memberinya milk tea, apa orang itu bosan, atau memang sudah tidak ingin memberinya milk tea lagi. Padahal milk tea nya sangat enak. Ah, Hamza sungguh kecewa. Ia jadi kurang bersemangat untuk belajar.

Daripada memikirkan milk tea yang tak jelas asal usulnya, lebih baik Hamza ke kantin isi perut.

.

Hamza kini sudah berada di kantin sekolah dengan seorang cowok lesung pipi dan seorang cowok jangkung.

Hamza hanya memesan roti dan es jeruk. Ditengah acara makannya tiba-tiba saja ia merasa sangat berharap kalau orang yang biasa memberinya milk tea akan datang ke hadapannya dan memberinya milk tea buatannya yang sangat enak. Kira-kira siapa yang selama ini memberinya milk tea.

Hamza mendengus kasar membuat Tera dan Leon melirik ke arahnya.

"Kenapa Lo?" Tanya Tera.

'gue pengen milk tea..'

"Ouh iya, ini buat Lo" Leon menyodorkan milk tea kotak ke hadapan Hamza, membuat cowok itu kaget.

Leon semalam pergi ke indoapril, disuruh ibunya membeli Snack karena dirumahnya kedatangan kerabatnya yang dari Jerman. Lalu ia melihat ada milk tea yang sedang diskon. Ia jadi teringat akan Hamza, cowok itu sangat menyukai milk tea, jadilah Leon membeli milk tea.
Sedangkan sekarang Hamza sedang bertanya tanya dalam hatinya. Mengira bahwa Leon yang selama ini memberinya Milk tea diam-diam?

Tapi ini milk tea kemasan yang biasa dijual belikan dipasaran, sedangkan milk tea yang biasa dia terima adalah buatan rumah, buatan orang yang memberinya, Hamza yakin itu.

******

Hai hehe;)

Not Them But Only You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang