1 | PERTEMUAN PERTAMA DI BAR

3 1 0
                                    

“Hei, kau, kemari.” panggil ian kepada seorang wanita yang memakai dress tipis sepaha berwarna hitam. Namun sepertinya wanita itu sama sekali tidak nyaman dengan pakaiannya, terlihat sejak tadi ia terus menarik bajunya itu agar turun menutupi kakinya.

wanita itu menghampiri ian, “apa anda memanggil saya?” tanyanya.

Ian tidak menjawab pertanyaan itu. “siapa namamu?” tanya Ian.

“saya Vania” jawab wanita itu.

“layani aku malam ini” perintah ian. Vania menunduk, “maaf, saya tidak bisa” ucapnya.

Ian mengernyitkan dahinya, “apa maksudmu? Kau disini untuk bekerja bukan?” tanyanya.

grep!!

“turuti kata2nya jika kau ingin bertahan hidup!” seorang pria yang kira2 berumur 50-an tahun menghampiri Vania dan menarik rambut wanita itu.

“argh!” Vania memegang kepalanya yang terasa sakit akibat jambakkan pria tua itu.

“mulai hari ini sampai besok, pria ini adalah tuanmu, jadi patuhilah perintahnya.” pria itu melepas jambakannya dan tersenyum pada Ian sebelum pergi meninggalkan mereka berdua.

“layani aku” perintah Ian sekali lagi kepada Vania. terpaksa Vania mengikuti Ian.

Ian dan Vania memasuki sebuah kamar yang ada di bar tersebut. Setelah masuk, Ian langsung membuka jas miliknya dan melemparnya sembarang.

Vania yang sudah tau hal apa yang akan terjadi selanjutnya pun membuka suara, “m-maaf tuan, saya benar2 tidak bisa.” ucap Vania.

Ian melirik Vania, menunggu alasan wanita itu.

“..saya belum pernah melakukan hal ini” ucap Vania pelan.

Ian mendekati vania, “jadi kau masih perawan?” tanyanya yang diangguki Vania, “baguslah. akhirnya aku mendapat barang  baru” ucap Ian santai.

Vania membulatkan matanya, “tuan, saya mohon lepaskan saya. s-saya akan mencarikan wanita lain untuk tuan” ucap Vania terbata-bata, matanya sudah menahan tangis. Ia takut keperawanannya akan hilang malam ini juga.

“sebutkan alasan yang masuk akal soal kenapa kau tidak bisa melayaniku.” perintah ian.

Vania menunduk, “saya tidak mau melakukan hal ini, saya berubah pikiran, saya akan keluar dari tempat terkutuk ini..” ucap Vania yang mulai mengeluarkan air matanya.

Ian mengangkat dagu Vania, “tatap aku saat sedang berbicara” ucapnya mengintimidasi.

“lalu kenapa kau bekerja disini?” tanya Ian.

“apa boleh saya menceritakan kehidupan pribadi kepada orang yang tak dikenal?” Vania benar-benar bertanya.

Ian menghela napas kasar, “kau cukup menjawab pertanyaanku” ucapnya malas.

“saya dipaksa oleh paman.. jika saya tidak melakukan ini, saya tidak akan mendapat makanan dari paman.. saya juga tidak punya uang untuk membiayai hidup sendiri” ucapnya jujur.

Ian menatap Vania lekat, “jadi kau dijual?”

“tidak! Paman tidak menjual saya! Saya hanya diberi tugas oleh paman untuk bisa mendapat makanan” jawab Vania.

itu namanya dijual, dasar gadis pintar - Ian

“baiklah. Berapa umurmu?”

“saya 19 tahun”

“kau ikut denganku, aku akan memberimu makan 3 kali sehari dan aku akan membelikan pakaian yang bagus untukmu” ucap ian.

“..saya tidak bisa. paman akan memarahi saya jika pergi begitu saja” ucap Vania.

Ian mengambil jas-nya yang sudah ia lembar sembarang tadi kemudian memakaikannya di tubuh Vania, mengingat bahwa wanita itu tidak nyaman memakai pakaian pendek ini. Ah, mungkin sekarang ia harus menyebutnya sebagai 'gadis itu'?

Ian beranjak keluar dari kamar meninggalkan Vania. Entah apa yang akan dilakukan pria itu, Vania tak bisa menebaknya.

~

Ian menghampiri seorang pria, pria ini adalah yang tadi menjambak rambut Vania.

“aku mengambil Vania untukku” ucap Ian santai.

pria itu menoleh, “apa maksud anda, tuan?” tanyanya.

“aku akan membeli Vania” ucap ian memperjelas.

“apa maksud anda? Vania adalah keponakan saya” pria tua itu marah.

“berapapun harganya akan kubeli” ucap Ian.

“ah.. baik. ambillah gadis itu, ia masih perawan.” ucap pria itu dengan raut wajahnya yang berubah gembira.

Setelah menyelesaikan pembayaran, Ian pergi meninggalkan pria itu. Ia menyunggingkan senyumnya, “dasar mata duitan.”

cklek!

ian masuk dan melihat Vania yang masih dalam posisi saat ia meninggalkan ruangan, duduk di kursi dengan jas yang menutupi tubuhnya.

“ikut denganku” perintah Ian sembari menarik tangan Vania.

“apa? kemana? saya harus bilang pada paman” Vania menahan tangannya yang ditarik Ian.

“kau itu terlalu polos atau apa? sekarang kau milikku. aku akan membawamu pulang” ucapnya.

Vania tak mengerti apa maksud Ian, namun ia memilih menurut dan mengikuti Ian. Vania hanya ingin keluar dari tempat yang seperti neraka itu.

~~~

Ian menghentikan mobilnya di sebuah toko pakaian ternama.

"Ukuran bra-mu?" Tanya Ian tiba-tiba yang mengejutkan Vania.

"A-apa? Kenapa bertanya soal itu?" Wajah Vania memerah menahan malu. Bukankah tidak sopan jika seorang pria bertanya ukuran bra?

"Aku perlu membeli pakaianmu, tentu saja pakaian dalam juga" jawab Ian

"Saya akan ikut turun dan memilihnya sendiri!" Ucap Vania.

"Kau ingin tubuhmu terkekspos lebih lama lagi?" Tanya Ian,

Vania tersadar, ia lupa pakaian apa yang sedang digunakannya saat ini.

"...cup c" ucap Vania ragu.

Ian menaikkan alisnya sebelah, "aku sudah menduganya" ucap Ian yang membuat Vania semakin mengeratkan jas Ian pada tubuhnya.

"Baiklah, Kau tunggu disini, aku tidak akan lama." Ian turun dari mobilnya dan masuk ke toko pakaian itu.

Tak sampai 20 menit, Ian kembali dengan para pegawai toko di belakangnya yang membawa banyak sekali tas belanja.

Hal itu membuat Vania tertegun, "anu, tuan.. ini terlalu banyak.." ucap Vania sembari memandangi satu persatu tas berisi pakaian itu.

"Tentu saja banyak, kau akan tinggal dirumahku selamanya" Ucap Ian yang mulai melajukan mobilnya.

"Selamanya??"

•••

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 03, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

STILL A VIRGIN | 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang