10. Satu Minggu

870 155 7
                                    

[Epilog udah tayang di Karyakarsa 'kataromchick', ya. Selamat menunggu extra part yang hanya up di Karyakarsa nantinya, ya.]

Jemima memiliki banyak kekecewaan pasca melahirkan, tapi untungnya kondisi bayi mungilnya berangsur membaik dan ibu perempuan itu bisa memberikan nasihat yang cukup. Hingga akhirnya Jemima mau pulang bersama Aryan dan bayi perempuan mereka yang sudah dinyatakan bisa pulang setelah lima hari melalui masa observasi di rumah sakit. Aryan yang begitu cemas dengan keputusan Jemima akhirnya bisa merasa lega, karena perempuan itu tidak membahas keinginan untuk pergi lagi.

Jemima menggunakan waktu untuk mencintai putri mereka. Mungkin setelah melihat bayinya sendiri, membuat perempuan itu terdorong untuk tak pergi meninggalkannya. Aryan bersyukur karena usahanya tidak sia-sia untuk menahan Jemima. Aryan merasa keputusannya saat Jemima membahas mengenai mau atau tidaknya pria itu mengurus bayi yang dilahirkan nanti sudah tepat. Pria itu meminta Jemima memikirkan pilihannya setelah bayi mereka lahir, dan memang inilah jalan yang tepat.

"Cantiknya," ucap Jemima yang sibuk memandangi putrinya.

Aryan yang melihat hal itu menjadi tertular untuk mengatakan hal yang sama. "Kamala memang cantik. Saya akan sangat protektif begitu dia beranjak dewasa."

Jemima mendongak, tatapannya terpatri pada Aryan yang sudah membersihkan diri sepulang kerja.

"Kamala? Saya baru mendengar Tuan menyebut namanya."

"Oh, saya lupa, Jemima. Saya sudah membuatkan nama untuk bayi kita. Kamala Jemiar Putri. Bagaimana?"

"Kamala Jemiar Putri." Jemima menyebut ulang nama buatan Aryan tersebut. "Saya suka, Tuan. Nama yang bagus."

Aryan mengangguk senang. Jemima yang setuju dengan nama tersebut membuatnya sekali lagi merasa lega.

"Jemima," panggil pria itu.

"Ya, Tuan?"

"Mulai sekarang, kamu bisa panggil saya dengan nama."

Jemima tidak membutuhkan waktu untuk memikirkan respon terhadap pernyataan Aryan itu. Perempuan itu jelas langsung menggelengkan kepala tanpa ragu.

"Saya tidak bisa, Tuan."

Alasan pertama sudah jelas karena Aryan adalah pria yang sudah dipandang sebagai majikan, bukan suami. Alasan kedua karena perbedaan usia mereka yang cukup jauh. Jarak usia sepuluh tahun, dan Jemima merasa tidak dekat dengan pria itu sama sekali sebagai pasangan. Meski Aryan sudah bersikap baik beberapa bulan belakangan, tapi Jemima tidak bisa begitu saja dekat dengan pria itu dalam tentang waktu tersebut. Sikap baik Aryan dinilai Jemima sebagai bentuk kepedulian pria itu pada bayi yang ada di kandungannya saja.

"Kenapa? Kamu masih mengira saya akan bersikap kasar lagi dan menyuruh kamu seperti pembantu?"

"Memangnya nggak?"

Balasan singkat itu membuat Aryan terkejut.

"Jemima, saya sudah menunjukkan perubahan sikap saya ke kamu belakangan ini. Apa kamu nggak bisa merasakannya?"

"Saya tahu Tuan berubah lebih baik, tapi itu untuk bayi yang saya kandung waktu itu. Iya, kan?"

Kini Aryan menggelengkan kepalanya. Dia menghela napas panjang sebelum menjelaskan dengan sabar pada Jemima.

"Tidak. Kamu salah. Saya berubah untuk memperbaiki hubungan kita sebagai orang tua. Saya ingin kamu dan saya menjadi orang tua yang baik untuk bayi kita."

Perempuan itu tertegun dengan ucapan Aryan. Tidak menyangka akan mendapati sikap pria itu yang berubah untuk membuat mereka berdua menjadi orang tua yang baik.

Her Wings / TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang