12. I feel you

406 54 39
                                    







...

Udah seminggu lamanya Haraka menginap di rumah Eca. Sudah selama itu juga Nolan nggak dateng.

Dia jadi khawatir, siapa yang jagain Zeva kalo pas ditinggal kerja sama Nolan?

Nolan ditelpon juga nggak ngangkat, dichat pun cuma dibaca.

"Kok Nolan nggak kesini?"

"Ck! Ada kamu sih!"

"Bagus deh."

Eca cuma melirik sengit kearah Raka. Kek dih apaan sih dia? Abis itu Eca bantuin Mika yang lagi nyemilin Ayam.

"Liat deh, mulutnya kaya kamu kalo pas makan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Liat deh, mulutnya kaya kamu kalo pas makan." Kata Raka gemes lihat anaknya lahap banget makan sendiri nggak mau disuapin.

"Ih enggak. Aku enggak manyun-manyun gitu kalo makan." Eca nggak sadar diri. Itu dia marah-marah begitu juga bibirnya monyong-monyong. Ngebuat Haraka cuma bisa ketawa lihatnya.

"Yayah! Enaakk.."

"Hhm? Iya? Mana coba Ayah disuapin.." Kata Raka sambil sedikit memajukan tubuhnya kearah Mika.

Mika menggelengkan kepalanya sambil sibuk ngunyah. "Buna Buna.. masa Yayah minta disuapin. Yayah kaya anak kecil ya Buna? Padal kan uda gede."

"Huum. Masa kalah sama Mikael ya.." Sahut Eca sambil menyeka pipi Mika yang belepotan menggunakan tisu.

"Belalti Mika pintel, Yayah endak pintel."

"Iya, Mika pinter. Ayah enggak. Mana ngeselin lagi."

Haraka terkekeh menyaksikan interaksi Mika dan Eca yang begitu menggemaskan. Wajah Mika memang mirip Raka, selebihnya mirip Eca semua. Makanya Mika tuh gemesin banget anaknya.




...





"Ca? Ngomong bentar yuk."

Raut wajah serius dari Haraka ngebuat Raeca ketar-ketir. Udah dipastiin lelaki itu akan kembali meminta maaf padanya.

Mau ngindar tapi ngindar kemana. Mana Mika lagi bobok siang. Kan dia jadi nggak bisa akting pura-pura Mikael nggak mau ditinggal sendirian.

Alhasil, mau nggak mau Eca pun mengikutin langkah Haraka menuju ruang tamu. Duduk disamping lelaki itu dengan gelisah.

"Nolan baik nggak sama kamu?"

Eh? Apanih? Kenapa pertanyaannya jadi begini?

"Baik. Dia banyak bantu."

Raka mengangguk paham. "Aku besok pulang. Kamu mau ikut pulang atau tetep disini aja?"

Serius, selama disini Raka bener-bener aneh. Yang sebelumnya dikit-dikit marah, jadi sabar banget. Yang biasanya pemaksa, sekarang dia ngebiarin Eca ngambil keputusan sendiri.

Jujur, Eca udah nyaman di tempatnya yang sekarang. Tapi dia juga masih kangen Haraka.

Tapi kalo dia ikutan pulang, dia takut kejadian sebelumnya akan kembali terjadi. Dia takut perlakuan buruk Haraka akan kembali.

"Maaf kalo kamu jadi takut sama aku gara-gara perlakuan burukku ke kamu sama Mika."

"Aku bener-bener menyesal. Nggak papa kalo kamu nggak bisa maafin aku. Asal sekarang kamu sama Mika baik-baik aja dan bisa seneng-seneng, itu udah cukup buat aku."

Eca menatap Raka penuh selidik. Dia nggak bisa baca pikiran Haraka, jadi dia kaya lebih was-was aja kalo semisal Raka omdo.

"Mas?"

Haraka masih setia menatap Raeca seperti sebelumnya. Dia bener-bener udah pasrah. Dia udah terserah aja gimana nyamannya Eca.

"Aku boleh tampar kamu nggak sih?"

Eh?

Agak kaget Raka sebenernya, tapi ya itu udah resiko dari perbuatan buruknya terhadap Raeca.

Nggak lama kemudian, Haraka begerak turun dari sofa dan berlutut di hadapan Eca. Mendongak mengarahkan wajahnya kearah perempuan itu."Lakuin apa yang bisa bikin kamu lega.."

Eca menarik nafasnya. Sebenernya dia nggak tega, tapi dia juga geregetan sama kelakuan Haraka.

PLAK!

Sekali. Bukan apa-apa buat Haraka.

PLAK!

Dua kali. Haraka masih bisa nahan.

PLAK!

Tiga kali. Pipinya mulai terasa panas

PLAK!

Empat kali. Dirasanya tamparan Eca melemah.

Eca bener-bener nampar Haraka, dengan berlinang air mata.

Rahang Haraka mengeras. Menahan panas bekas tamparan Eca di pipinya, dan bersiap untuk menerima tamparan berikutnya.

Ingin sekali lagi Raeca mendaratkan tangannya di pipi Haraka, tapi kenyataannya tangannya justru mengambang di udara tak bergerak.

Eca terisak. Tangannya mengepal, beralih memukuli dada Haraka.

Lelaki itu sama sekali nggak ngelawan. Dia tau ini belum seberapa kalo dibandingkan dengan sakit hati Eca yang disebabkan olehnya.

"Kenapa?"

"...."

"Kenapa baru sekarang kamu dateng??"

"...."

"Mau kamu apa sih??"

"...."

Haraka segera meraih Raeca kedalam dekapan eratnya. Rasanya nyesek banget ngelihat Eca nangis sampe sesenggukan gini. Padahal yang bikin Raeca kaya begini juga Haraka sendiri.

Sekarang tinggal maunya Eca aja gimana.





👾👾👾👾👾👾👾








Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 05, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NeptuneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang