Jangan lupa tinggalkan jejak kalian dengan cara vote dan komen nya ya, makasih💚
Selamat membaca, semoga terhibur 🐻🌻
"Haa"
Helaan nafas sudah terdengar beberapa kali di kamar Galvin. anak itu sekarang sedang merebahkan tubuhnya di kasur. karena tidak ada yang bisa ia lakukan selain itu.
Menatap langit-langit kamar, dengan tatapan bosan. ia berharap hukumannya akan segera berakhir. ini baru hari ke 5 sejak dia di kurung. benar-benar sangat membosankan.
"Huwaa gue bosen!" teriak anak itu frustasi.
Galvin langsung duduk mencoba melepaskan rantai itu lagi. tak perduli jika nantinya pergelangan kaki nya itu akan lecet seperti kemarin-kemarin. ia hanya ingin bebas, itu saja.
"Lepas kek lo dari kaki gue!" kesalnya.
Karena tak kunjung lepas, Galvin yang kembali kesal langsung merebahkan tubuhnya lagi. "Siapapun tolong gue" gumamnya, lalu memejamkan matanya.
Di sisi lain, Kyler sedang menikmati teh hangat nya di ruang keluarga. dengan tangan kiri yang memegang sebuah tablet.
Liam menghampiri Kyler yang sedang bersantai. pemuda itu duduk sambil memandangi si sulung.
Merasa di perhatikan, Kyler melirik ke arah adik pertama nya sekilas. "Bicaralah dan berhenti menatapku" ucap nya, datar
Mendengar itu membuat Liam tersadar dari lamunannya. pemuda itu berdehem untuk menetralkan perasaan nya. ia sebenarnya ingin meminta kunci kamar Galvin, tapi pemuda itu terlalu takut untuk berbicara pada Kyler.
"Em begini, aku ingin meminta kunci kamar Galvin. aku ingin melihatnya" ucap Liam dengan wajah datar. sebenar nya ia bisa saja menggunakan kunci cadangan, tapi dia tidak berani memakai itu. takut jika Kyler akan mengamuk lagi.
Kyler memberikan kunci kamar Galvin, dan di sambut baik oleh Liam. Liam tersenyum tipis. "Terimakasih" ucapnya lalu segera pergi ke dalam lift.
Ceklek
Melihat pintu kamar ingin di terbuka, Galvin langsung menyelimuti dirinya sendiri sampai batas dada. pura-pura tertidur. sepertinya anak itu sedang merencanakan sesuatu.
Liam tersenyum menatap adiknya yang tertidur. tapi senyuman itu tergantikan dengan raut wajah khawatir dan panik begitu mendengar suara anak itu.
"Jangan ayah hiks Galvin mohon jangan siksa Galvin lagi hiks sakit hiks ayah sakit hiks" racau anak itu memejamkan matanya.
"Galvin kau kenapa?" Liam berlari ke arah adiknya, mencoba membangunkan anak itu. ia menepuk-nepuk pipi gembul Galvin dengan pelan.
Galvin terus bergerak gelisah. "Enggak hiks sakit! ampun ayah hiks jangan pukul Galvin lagi hiks"
"Galvin, sadarlah! tidak akan ada yang memukul mu. bangun, ada abang di sini. abang tidak akan membiarkan mu terluka. jadi bangunlah" Liam terus mengguncang tubuh Galvin, sampai anak itu pun terbangun dari tidurnya.
Galvin langsung duduk dan memeluk tubuh Liam dengan erat. tak lupa dengan air mata buaya nya. "Abang hiks" anak itu mulai bersandiwara, berpura-pura menangis.
Liam membalas pelukan Galvin, mengelus punggung anak itu yang bergetar. "Tenanglah, ada abang di sini. abang Liam mu akan selalu menjaga mu" ujar Liam menenangkan.
Sekarang Liam sangat khawatir dengan si bungsu. berbeda dengan Galvin yang tengah tersenyum puas di balik dada bidang milik Liam. ia senang karena berhasil mengelabui abang keduanya.
Astaga bang Liam gampang banget gue kibulin. emang ya, akting gue gak pernah gagal. buktinya bang Liam bisa percaya sama air mata buaya gue haha~batin Galvin.

KAMU SEDANG MEMBACA
Galvin Malvelino ( S1 & S2 )
Ficção AdolescenteGalvin Malvelino adalah remaja berusia 15 tahun yang tidak pernah membayangkan kalau ternyata dia adalah anak bungsu dari keluarga mafia yang bermarga Alvarendra yang selama ini telah hilang dan di cari-cari oleh keluarganya. Galvin yang dasarnya me...